Menjelang MEA 2015, Masyarakat Indonesia Masih Minim Persiapan

Seminar MEA 2 Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) akan mulai diberlakukan pada 2015. Walaupun sudah sangat dekat, namun persiapan masyarakat Indonesia mengahadapi MEA masih sangat minim. Indonesia layak khawatir mengingat belum adanya antisipasi atau mengambil langkah-langkah dikarenakanan terbatasnya sosialisasi serta pemahaman mengenai MEA di kalangan masyarakat. Survei Litbang KOMPAS pada awal tahun 2014 di 10 kota besar ternyata menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Hanya 42,5% masyarakat yang pernah mendengar apa itu MEA.

Hal ini mengemuka dalam seminar “Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Problem Pengangguran Terdidik di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi UII, di Gedung Prof. Dr. Ace Parta diredja Fakultas Ekonomi UII, Selasa (28/10). Hadir sebagai pembicara Pakar Ekonomi UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec dan Dosen Ilmu Ekonomi UII Rokhedi Priyo Santoso, SE, MIDEc. Seminar diselenggarakan dengan tujuan untuk membuka pandangan mahasiswa selaku benih bangsa yang akan bersaing langsung pada MEA 2015.

Disampaikan Prof. Edy Suandi Hamid yang juga Dosen Ilmu Ekonomi UII, visi MEA adalah mewujudkan pasar tunggal dan berbasis produksi, mewujudkan wilayah ekonomi yang kompetitif dengan pertumbuhan ekonomi tinggi serta terintegrasi dengan ekonomi global.

Menurut Prof Edy Suandi Hamid yang saat ini juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia, terdapat lima elemen inti pasar tunggal dan berbasis produksi yaitu pergerakan arus barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja. “Secara teknis pencapaian MEA 2015 menggunakan mekanisme dan inisiatif yang telah dibentuk oleh ASEAN selama ini yang diperkuat dengan penguatan institusi dalam kerjasama ASEAN,” paparnya.

Dikutip dari data Bappenas 2013, kesiapan tenaga kerja Indonesia menurut Asian Productivity Organization (APD) menunjukkan dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya sekitar 4,3% yang terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6% dan Singpura 34,7%. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk bersaing 2015 mendatang.

Sementara Rokhedi Priyo Santoso dalam paparannya menyampaikan, dampak positif MEA terhadap tenaga kerja yaitu meningkatkan kesempatan kerja sehingga penyerapan tenaga kerja naik dan pengangguran turun serta dapat mendorong perkembangan ekonomi kreatif melalui terbukanya pasar domestik maupun asing. “Jika tenaga kerja Indonesia kompetitif, maka nilai tambah naik sehingga meningkatkan kesejahteraan pekerja,” ungkapnya.

Sumber Artikel: Humas UII

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply