Kembangkan Bisnis Susu Pasteurisasi, Bidik Pasar Kalangan Muda

susu Semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk susu, turut berdampak pada meningkatnya minat terhadap produk-produk olahannya. Salah satunya yakni produk susu dalam kemasan yang kini banyak dipasarkan secara luas, tidak hanya oleh produsen besar namun juga industri rumah tangga. Di kalangan anak muda khususnya, mengkonsumsi susu dalam kemasan mulai mengarah pada tren yang digandrungi. Apalagi susu ini dikemas dalam kemasan-kemasan menarik dengan berbagai rasa yang unik.

Mahasiswa UII, Intan Paramita mampu mengubah peluang tersebut menjadi bisnis yang menjanjikan. Ia mengembangkan produk susu pasteurisasi yang dikemas dalam botol-botol menarik. Selain tahan lama, susu yang tersimpan dalam botol itu juga memiliki berbagai macam rasa yang unik.

“Ide awal untuk mengembangkan produk susu pasteurisasi ini terinspirasi dari bisnis serupa yang saya jumpai ketika berkunjung ke Thailand. Waktu itu saya melihat susu yang dikemas dalam kemasan botol yang menarik dan ternyata lumayan ramai pembelinya”, tutur mahasiswi Prodi Akuntansi itu. Ia kemudian tertarik untuk serius mengembangkan produk susu pasteurisasi dalam kemasan yang diberi label Nic & Pim.

“Di Jogja sepertinya belum banyak yang melirik peluang ini sehingga masih cukup menjanjikan. Awalnya perlu waktu lama untuk menemukan formula produksi yang pas. Sering susu yang saya produksi cepat basi karena teknik produksi yang belum tepat”, ungkap dara kelahiran Lombok itu. Seiring berjalannya waktu, Intan mulai belajar bahwa teknik pasteurisasi dapat mempertahankan kualitas susu meski tidak diberi pengawet sehingga produknya bisa tahan hingga 5 hari.

Dalam memasarkan produknya, Intan mengandalkan pemasaran secara langsung kepada sesama mahasiswa di kampusnya, Fakultas Ekonomi UII. Selain itu, ia juga aktif mengikuti pameran wirausaha mahasiswa di berbagai kampus agar produknya semakin dikenal. “Saya juga dibantu adik yang kuliah di UGM untuk memasarkan produk. Pemasaran juga kita lakukan lewat media sosial instagram”, tambah mahasiswi yang duduk di semester VII itu.

Untuk satu kali produksi, Intan mampu menghasilkan 350 botol susu pasteurisasi ukuran 350 ml. Terdapat berbagai pilihan rasa yang disajikannya, seperti choco caramel, macha greentea, taro, dan blueberry. “Rata-rata pelanggan saya didominasi oleh kalangan muda. Mereka suka dengan pilihan rasanya yang unik dan kemasan yang menarik”, katanya. Dalam sebulan, Intan mampu meraup omset penjualan senilai Rp 10 juta.

Dalam menjalankan bisnisnya, Intan juga memiliki visi sosial yakni turut membantu mitranya, para peternak sapi lokal skala kecil dan menengah. “Saya memiliki hubungan baik dengan beberapa peternak sapi tempat saya membeli bahan baku. Sering saya mendengar keluhan mereka tentang kesulitan dalam menjual susu sehingga mereka senang jika ada pelanggan tetap”, katanya. Oleh karena itu, ia merasa senang jika usahanya ini dapat sedikit menjawab kesulitan tersebut.

Salah satu pengalaman berkesan bagi Intan adalah ketika dirinya pernah kewalahan memenuhi permintaan pelanggan pada saat mengikuti pameran. Waktu itu stoknya mulai menipis karena ramai diserbu pembeli, padahal pameran masih berlangsung lama.

“Saya harus produksi lagi meski waktu sangat terbatas. Malam-malam saya mengambil susu dari peternak di Turi-Sleman pakai motor, padahal jaraknya cukup jauh dari rumah di Kotagede. Sampai rumah kita langsung produksi sampai jam 3 pagi, besoknya langsung kita pasarkan lewat pameran, rasanya capek sekali”, ceritanya. Meski demikian, gadis asal Jogja ini mengaku menikmati rutinitasnya tersebut.

Sumber: www.uii.ac.id

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply