,

Diskusikan Akademik Terbaru, STIE BPD Jateng Tertarik Kunjungi FBE UII

Demi menambah wawasan dan pengetahuan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jawa Tengah menyelenggarakan kegiatan studi banding yang bertempatkan di Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII). Kunjungan kali ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi dan menambah sudut pandang baru antar universitas yang lebih baik kedepannya.

Diskusi yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Jaka Sriyana, S.E., M.Si., Ph.D. memperkenalkan UII dan begitu pula adanya perkenalan kembali oleh Ketua STIE Bank BPD Jateng, Dr. Taofik Hidajat.,SE.,M.Si.,CRBC.

Di tahun ini, adanya proses perubahan yang menuntut perguruan tinggi untuk mengevaluasi kurikulumnya. “Dengan adanya MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), struktur kurikulumnya menjadi berubah. Adapun tiga prodi tidak bisa sama konsepnya karena masing-masing memiliki ciri khusus sendiri-sendiri,” ujar Rifqi, Sekretaris Prodi Akuntansi.

Wacana mengenai MBKM bagi perguruan tinggi masih perlu melakukan berbagai penyesuaian dan pembaruan. Faktanya, mahasiswa juga ikut berperan aktif menambah informasi tentang gagasan baru tersebut. “Kami dapat banyak pesan whatsapp dan email dari mahasiswa untuk memberikan legalisir dokumen, surat izin, dan sebagainya,” timpal Suryakusuma, Kepala Bagian Kemahasiswaan STIE Bank BPD Jateng.

Masalah lain yang dihadapi perguruan tinggi adalah produktivitas dalam penulisan artikel. Staf pengajar diharapkan juga aktif menggarap karya-karya ilmiah selain tugas utamanya sebagai pendidik bagi mahasiswanya. FBE UII punya cara yang anti-mainstream untuk tantangan spesifik ini. Dosen-dosen dalam program studi masing-masing diberikan suatu wadah untuk menulis dan berdiskusi satu sama lain guna terciptanya atmosfer menulis yang nyaman. “Biasanya kita lakukan setiap Jumat. Kampanye itu kemudian kita namakan Semangat Jumat Menulis. Hasilnya terbilang positif. Sekaligus juga bersilaturahmi ba’da salat jumat. Nyatanya, lingkungan ini membuat staf pengajar kami menjadi lebih fokus,” ucap Jaka.

Kinerja dosen di level fakultas bisa dikatakan sebagai ujung tombak dari perguruan tinggi. Dalam diskusi, didapati bahwasanya cara evaluasi kinerja masih dianggap terlalu sederhana dan tidak bersistem. Penyebaran angket NKMD (nilai kinerja mengajar dosen) yang mewajibkan mahasiswa untuk mengisi dengan saksama nampaknya layak dijadikan sebuah solusi. Penyebaran angket ini isinya dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai catatan dari mahasiswa kepada dosennya yang nantinya dijadikan acuan untuk evaluasi.

Hal ini dilakukan untuk menjaga dan mematuhi nilai-nilai pokok dari universitas. “Dalam konteks UII, nilai keislaman akan selalu dijunjung tinggi dalam proses perkuliahan” ujar Jaka. (DHK/YNZ)