Teliti Fenomena Perpindahan Manajer Perusahaan Kelapa Sawit di Riau, Farida Raih Gelar Doktor di UII

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga 2010 mencapai 7.824.623Ha. Perkebunan kelapa sawit paling paling banyak ada di Provinsi Riau dengan luas sekitar 1.612.382 hektar pada tahun dan bertambah menjadi 2.256.538 pada tahun 2011 (Rian Dalam Angka, 2012). Perkebunan ini tersebar di semua kabupaten maupun kota di Provinsi Riau, yang menunjukkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman primadona masyarakat di provinsi ini.

Demikian disampaikan Ir. Farida Hanum Hamzah, SP.,M.Si. saat mempresentasikan hasil penelitian disertasinya di hadapan promotor dan para penguji dalam Ujian Terbuka Sidang Promosi Doktor di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Kamis (14/1).

Farida menyampaikan, luas areal perkebunan yang terus bertambah menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga kerja termasuk tenaga kerja dengan spesifikasi manajer. Jumlah manajer perkebunan kelapa sawit yang sangat terbatas telah menyebabkan adanya persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan manajer. Upaya untuk mendapatkan manajer bahkan sering dengan membajak manajer perusahaan perkebunan kelapa sawit lain.

“Pembajakan manajer terjadi karena perluasan kebun tidak diikuti dengan pertambahan sumber daya manusia terutama di level manajer. Sehingga ada gap yang sangat lebar antara supply dan demand level manajer perkebunan kelapa sawit. Fakta-fakta perpindahan ini dimungkinkan dan dipicu oleh perkembangan yang pesat dari adanya jaringan Teknologi Informasi dan komunikasi yang menembus daerah-daerah kantong perkebunan. Seorang manajer dengan mudah mendapatkan tawaran untuk mendapatkan jabatan atau gaji lebih tinggi dari perusahaan lain.” Jelas Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau tersebut.

fenomena perpindahan manajer menurutnya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu dari dalam diri seorang manajer itu sendiri kemudian ditambah dengan faktor eksternal seperti rendahnya gaji, kurangnya kesempatan promosi ke jabatan yang lebih tinggi, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang mengakibatkan para manajer lebih tertarik untuk pindah dari perusahaan yang ditempati ke perusahaan yang baru.

 

“Di perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mapan, untuk naik ke posisi lebih atas cenderung lebih sulit, sehingga banyak dari mereka yang memilih pindah keperusahaan-perusahaan baru yang masih berkembang sehingga ia mendapatkan gaji dan posisi yang lebih tinggi. Hal tersebut diperparah dengan tidak adanya ikatan kerja yang membatasi gerak seorang manajer sehingga tidak ada konsekuensi bagi manajer yang pindah.” Papar Farida.

Dalam suatu perusahaan perkebunan kelapa sawit, kepindahan seorang manajer seringkali diikuti oleh bawahan-bawahannya, sehingga akan sangat merugikan perusahaan yang ditinggalkan. “Bahkan ada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang manajernya pindah ke perusahaan lain kemudian bawahan-bawahannya juga ikut pindah sampai perusahaan tersebut bangkrut dan gulung tikar karena orang-orangnya pindah semua”. Ujar Farida.

Menurutnya, selama ini penelitian-penelitian hanya menyentuh manufacture dan lain-lainnya tidak ada yang masuk ke permasalahan yang lebih dalam yaitu fenomena turn over tersebut. “Saya berharap ada kajian lagi yang masuk ke dalam seperti ini, Jika penelitian ini tidak dilakukan maka fenomena turn over ini tidak akan terungkap, sebenarnya ini fenomena dahsyat. Oleh karena itu penelitian ini saya berharap bermanfaat bagi industri khususnya bagi Perguruan Tinggi untuk menghasilkan SDM perkebunan kelapa sawit yang berintegritas agar fenomena turn over tidak benyak terjadi.” Papar Farida.

Berkat penelitiannya tersebut Farida berhak menyandang gelar Doktor dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Ia menjadi Doktor ke-29 yang dululuskan oleh Fakultas Ekonomi UII.