BERITA PROGRAM MAGISTER DOKTOR

Dalam penyelenggaraan aktifitas akademik di kampus, adanya jaminan mutu atas layanan akademik perlu mendapat perhatian. Hal ini penting sebab kampus sebagai institusi pendidikan bergerak di bidang jasa yang melayani kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Sebagai pengguna jasa, masyarakat tentunya berhak memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas dan terjamin mutunya.

Sejalan dengan itu, UII pun terus berupaya meningkatkan jaminan mutu pendidikan yang diselenggarakan oleh unit-unit di lingkungannya. Unit-unit tersebut meliputi prodi S-1, diploma, program master, program doktor, laboratorium, dan pusat-pusat studi. Guna memastikan kesemua unit itu telah menerapkan sistem penjaminan mutu yang baik, audit mutu internal (AMI) dilaksanakan secara rutin oleh Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII.

Sebagaimana tergambar dalam pembukaan AMI Kinerja Akademik yang berlangsung di Gedung Prof. Dr. Sardjito, kampus terpadu UII, Jum’at (30/10). Kegiatan ini diikuti oleh pimpinan dan kepala unit akademik di UII yang relevan dengan pelaksanaan audit tersebut.

Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam sambutan pengarahannya mengatakan bahwa pelaksanaan audit ini sangat penting untuk mengukur kinerja dari masing-masing unit akademik yang ada. “Audit jangan dianggap sebagai momok untuk mencari kesalahan. Namun hendaknya dimaknai sebagai upaya untuk mempertahankan yang sudah baik dan meningkatkan hal yang masih kurang baik”, ujarnya. Oleh karenanya, kerjasama di antara auditor dan auditee perlu terjalin dengan baik agar proses audit dapat berjalan maksimal.

Rektor juga mengingatkan tantangan persaingan yang semakin ketat di masa mendatang perlu disikapi dengan serius oleh semua pemimpin di unit akademik yang ada di UII. “Standar penjaminan mutu kita perlu semakin ditingkatkan agar mampu merespon tantangan global”, tambahnya.

Sementara Kepala BPM UII, Kariyam, M.Si menjelaskan proses audit akan dilaksanakan oleh 49 auditor dengan jumlah unit yang diaudit sebanyak 162 unit. Untuk meningkatkan efektivitas audit, ia menerangkan proses audit hanya berlangsung 1 hari di masing-masing fakultas. “Selama 1 hari kami targetkan auditor mampu mengaudit 2 fakultas beserta unit-unit akademik yang ada di dalamnya sehingga waktunya akan lebih efektif”, katanya. BPM UII juga berencana menyelesaikan platform audit mutu internal yang mencerminkan kharakteristik UII sebagai lembaga pendidikan tinggi bernafaskan Islam.

Saat ini persaingan Perguruan Tinggi (PT) di tingkat nasional semakin ketat, akibat dari persaingan tersebut setiap PT berlomba-lomba untuk mempertahankan eksistensi. Sama hal nya dengan berbagai PT yang berada di Sumatera Utara. Keberhasilan suatu universitas sangat didukung oleh berbagai pihak di antaranya pimpinan, pegawai, staf pengajar dan juga mahasiswa itu sendiri.

Salah satu faktor penentu dari keberhasilan suatu universitas adalah pegawai. Hal ini disebabkan karena secara langsung mereka berinteraksi dengan para mahasiswa. Hubungan baik yang tercipta di antara kedua pihak akan membuat suasana kerja lebih nyaman dan kondusif, sehingga proses kegiatan operasional yang berlangsung dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut mendorong Safrida, SE.,M.Si., melakukan penelitian desertasi dengan topik yang membahas tentang stress kerja dan dampaknya pada kinerja tenaga kependidikan di seluruh Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Medan.

Saat mempertahankan desertasinya di hadapan Rektor UII dan Penguji dalam Ujian Terbuka Sidang Promosi Doktor di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu (28/10), Safrida, SE.,M.Si., mengungkapkan bahwa dari 18 Perguruan Tinggi Swasta yang diambil datanya, terdapat 10 perguruan tinggi yang tenaga kependidikannya mengalami stress kerja. “Lebih dari 50% dari perguruan tinggi yang diambil datanya, karyawannya mengalami stress kerja. Fenomena tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari gaji masih di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP), minimnya penghargaan bagi pegawai berprestasi, fasilitas kerja kurang memadai, dan jenjang karir yang tidak jelas.” Papar Safrida.

Selain itu, fenomena lainnya masih rendahnya kualitas kehidupan kerja pegawai, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengayaan kemampuan kerja, minimnya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri, penolakan perubahan budaya kerja, rendahnya kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi, dan masih banyaknya tenaga kependidikan yang merangkap jabatan. Faktor-faktor tersebut menjadi pemicu pegawai mengalami stress kerja yang kemudian membawa dampak negatif pada pekerjaannya.

Oleh karena itu, ia berharap hasil penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi perguruan tinggi di Medan khususnya perguruan tinggi swasta untuk memperbaiki kualitasnya dengan cara meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pegawainya.

“Para pimpinan perguruan tinggi khususnya di Medan sebaiknya lebih memperhatikan tenaga kependidikan karena secara administratif mereka memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas universitas. Tenaga kependidikan perlu diberdayakan semaksimal mungkin melalui pembagian tugas yang jelas, peningkatan kompensasi, peningkatan perencanaan karir melalui pelatihan-pelatihan yang mendukung tahap pekerjaan mereka.” Papar Safrida.

Ia melanjutkan, pimpinan perguruan tinggi juga perlu bersikap tegas terhadap tenaga kependidikan yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, tanpa melihat ada tidaknya ikatan persaudaraan. Hal tersebut mengacu fenomena dimana masih banyaknya tenaga kependidikan yang direkrut karena faktor hubungan kekeluargaan.

“Saat ini penelitian banyak dilakukan hanya kepada dosen namun mengabaikan tenaga kependidikan. Ini untuk mengubah cara pandang bahwa semua terintegrasi, sehingga mampu mewujudkan visi-misi perguruan tinggi. Dari tingkat kesulitan memang lebih sulit meneliti pegawai karena belum ada standar penilaiannya sebagaimana dosen.” Tegas Dosen di Universitas Islam Sumatera Utara tersebut.

Dengan keberhasilannya mempertahankan penelitian desertasinya, hal tersebut menghantarkannya meraih gelar Doktor di bidang ilmu ekonomi pada Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi UII. Ia menjadi Doktor ke-81 yang ujiannya dilaksanakan di Universitas Islam Indonesia

Buku Ekonomi Politik Peradaban Islam Klasik ditulis sebagai tanggapan setengah rasional dan emosional akibat kejengkelan yang kelewat dalam tentang kekhawatiran masa depan peradaban Islam. Siapa tahu tulisan itu bisa menjadi separuh jawaban rasional. Sebuah harapan yang mungkin terkesan dipaksakan. Peradaban Islam yang pada masa lalu yang relatif jauh pernah tumbuh dan berkembang bahkan pernah menjadi salah satu pemegang hegemoni dunia kini sepertinya tidak memiliki masa depan, ketika itu bersama India dan Cina, Islam menjadi pengendali dunia, yang dikenal dengan sebutan Globalisasi Timur (Eastern Globalization).

Demikian itu adalah salah satu pemikiran yang ditulis oleh Suwarsono Muhammad dalam bukunya “Ekonomi Politik Peradaban Islam Klasik” Sabtu,23 Mei 2015 dibahas dalam acara Launching dan Bedah Buku bertempat di Aula Utara Lt 3 Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.

Acara launching dan bedah buku tersebut diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi UII bekerjasama dengan penerbit Ombak. Menghadirkan pembicara  Suwarsono Muhammad sendiri selaku penulis buku yang saat ini masih bekerja sebagai Dosen di Fakultas Ekonomi UII, Prof. Dr. Faisal Ismail (Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta) sebagai pembahas, dan sebagai Moderator, Dr. Zaenal Arifin, Msi.

Penulis buku yang juga pernah menjabat sebagai Dekan FE (1998-2005) pada kesempatan tadi menyampaikan bahwa dengan hadirnya buku ini dapat membantu mencari jawaban mengapa Imperium Islam yang pernah berjaya pada masa lalu itu surut berkepanjangan dan kemudian runtuh, dan sepertinya belum ditemukan indikator kebangkitan yang signifikan. Termasuk didalamnya kemungkinan kesalahan yang pernah terjadi yang menjadikan keruntuhan itu seperti tidak terelakkan. Selain itu buku ini juga berusaha menemukan kembali resep-resep dan peta jalan baru yang dapat digunakan untuk membangun kembali kejayaan peradaban Islam. Prof. Faisal Ismail menilai bahwa buku ini disusun oleh penulisnya dengan Bahasa yang baik, bernas, mudah dipahami.Ide dan uraian mengalir secara sistematis, Sudah sepatutnya diberikan apresiasi tinggi kepada penulisnya.