,

Menjadi ‘Young Entrepreneur’ di Tengah Pandemi Covid-19

Pada masa pandemi ini, tampaknya banyak sekali anak muda yang memiliki ide-ide cemerlang untuk berbisnis di sosial media dan akhirnya berbisnis dari rumah. Namun, ternyata masih banyak dari kita yang tidak mempertimbangkan nilai daya saing saat melakukan transformasi digital. Akibatnya, transformasi digital yang seharusnya bisa menambah nilai daya saing bisnis justru menjadi beban anggaran bagi para young entrepreneur ini. Dalam menyikapi kondisi tersebut, Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia pada tanggal 15 Juli 2020 mengadakan webinar bertajuk “Digital Business Transformation for Young Entrepreneur”.

Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan zoom meeting dengan Asep Bagja Priandana sebagai pembicara yang merupakan Alumni Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia Jurusan Akuntansi tahun 2005. Beliau merupakan Founder dan Ceo di Tanibox, Co-founder dan Dirut PT Kutiva Agro Sejahtera, Co-founder dan Tech Directing di Cloe & Matt Business Development Studio, Eks Co-founder dan Eks CTO (Chief Technology Officer) di Froyo Story Digital Agency. Banyak yang tidak menyangka bahwa pebisnis muda yang meranah pada bidang digital ini karena latar belakang pendidikan yang beliau tempuh adalah akuntansi dan Asep Bagja Priandana memulai karir dalam digital dengan selalu mencoba secara autodidak.

Sekarang, Era Digital sangat berkembang baik dari segi apapun dan generasi milenial adalah saksi dari perubahan dari zaman analog ke zaman digital. Di setiap perbedaan generasi pasti mempunyai perbedaan yang sangat berbeda antara generasi milenial dengan generasi X inilah yang membedakan cara melihat teknologi, mengapa harus berbisnis digital di tahun 2020 sangat diuji karena adanya covid-19 yang membuat semua orang dituntut untuk menggunakan teknologi digital, serta strategi bisnis yang berubah. Namun, dari berbagai bidang yang sangat berdampak jatuh karena adanya covid-19, ada beberapa bidang yang terus tetap berkembang seperti ICT, dll.

Peluang bisnis digital di Indonesia akan sangat pesat. Hal tersebut diketahui dari data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), yang mana pengguna internet dari tahun 1998 sampai tahun 2017 menunjukan angka yang semakin tinggi, dalam persentase kepemilikan perangkat tersebut banyak yang sudah menggunakan smartphone dan potensi yang sangat besar untuk berbisnis. Dalam membuka sebuah bisnis yang berbasis digital, kita juga harus jeli membaca pasar bahwa penggunaan internet tidak hanya pada masyarakat kelas atas namun juga  masyarakat kelas bawah, sehingga disini kita harus pintar dalam membuat ide dan konsep sebuah konten agar mudah dipahami oleh kelas mana saja. (DIN/LIN)