
Program Magister dan Doktor (PMD)
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia
Gedung Ace Partadiredja (Lantai 2)
Jl. Pawirokuat, Ring Road Utara, Condongcatur, Sleman
Yogyakarta 55283 INDONESIA
Telepon: 0274 883525 / Faksimile: 0274 883526
Ponsel (WA/SMS): 0813 2878 9856 / Email: [email protected]

Akreditasi Institusi A. Universitas Islam Indonesia telah mendapatkan Akreditasi Institusi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak tahun 2013.

Memahami Akar Permasalahan Akuntabilitas Para Wakil Rakyat dalam Perspektif Akuntansi Forensik
Mungkin beberapa kalangan tidak terkejut tentang perilaku para wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), setelah dipublikasikannya laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semeseter I Tahun 2015 atas 666 objek pemeriksaan pada pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BPK menemukan dugaan kunjungan kerja fiktif anggota DPR yang berpotensi merugikan negara Rp 945 milyar, selain itu juga ditemukan adanya dugaan tiket pesawat fiktif senilai Rp 2,05 milyar.
Dosen Magister Akuntansi Universitas Islam Indonesia Hendi Yogi Prabowo, SE., M.ForAccy., Ph.d mengemukakan hal tersebut di kampus Pascasarjaan FE UII Condongcatur, Rabu (18/5). Menurutnya dari sudut pandang behavioral forensics yang merupakan bagian dari ilmu akuntansi forensik hal ini sering dipicu tiga faktor utama yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) atau yang sering disebut sebagai fraud triangle.
Selain ketiga hal tersebut adanya perilaku narsisme juga dapat memicu hal tersebut, karena seseorang yang memiliki perilaku narsisme merasa dirinya menjadi pusat perhatian (authority), mengagumi diri sendiri secara berlebihan (self admiration), berhak dianggap lebih baik dari orang lain (superiority), dan berhak mendapatkan lebih banyak dari pada orang lain.
“Bagi seorang akuntansi forensik yang akan dilihat adalah ada tidaknya aturan detail mengenai hal itu,” jelasnya. Untuk memudahkan, Hendi manganalogikan dengan penggunaan mobil dinas pada libur hari raya, yang acapkali terjadi dan mengundang pro dan kontra, ia menyatakan hal itu salah, penyimpangan harus dilihat dengan ada tidaknya aturan detail yang mengaturnya. Selain ada aturan yang jelas ia menambahkan acapkali para ahli atau praktisi memberikan solusi dari segi teknis saja seperti mengubah aturan, mengubah sistem bahkan mengubah kelembagaan.
Hal-Hal teknis ini diakuinya tidak akan mudah untuk mengantisipasi atau menghilangkan penyimpangan yang terjadi di DPR, tapi bagi seorang akuntan forensik yang terbaik dilakukan adalah dengan mengubah mindset, mengubah perilaku.
Dengan merubah mindset atau perilaku seorang diharapkan kelak, mereka sadar bahwa mereka adalah pelayan masyarakat yang mempertanggungjawabkan segala tindakan dan perbuatannya kepada masyarakat juga.
Perluas Kerjasama Akademik, Delegasi dari University of Debrecen Hungaria Kembali Kunjungi UI
Kerjasama antara Universitas Islam Indonesia (UII) dan University of Debrecen (UD) Hungaria telah lama terjalin, tepatnya dimulai sejak pertama kali delegasi UII berkunjung ke universitas tersebut pada Maret 2013 lalu. Satu tahun kemudian UD memberikan respon yang baik dengan membalas kunjungannya ke UII dengan delegasi dari Fakultas Hukum UD. Salah satu hasil kerjasamanya adalah pada September 2014, UII mengirimkan Dodik Setiawan Nur Heriyanto sebagai satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang mengambil program Ph.D., di universitas tersebut.
Dalam rangka memperluas kerjasama dengan fakultas lain, hari ini (12/05) UD melakukan kunjungan kembali ke UII diwakili oleh Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UD Prof. Dr. Popp Jozsef, Ketua Institusi FEB UD Dr. Dajnoki Krisztina, Asisten Karoly Ihrig Doctoral School FEB UD Dr. Harangi-Rakos Monika, dan Wakil Ketua Asosiasi PhD dan DLA Hungaria dr. Komives Peter Miklos.
Kunjungan dari UD diterima langsung oleh Rektor UII Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc., bertempat di Ruang Sidang VIP Lantai 2 Rektorat UII Gedung GBPH Prabuningrat. Selin itu tampak pula hadir menyambut kunjungan diantaranya Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UII Dr. Drs. Dwipraptono Agus Hardjito, M.Si., Direktur International Program UII Ir. Wiryono Rahardjo, Ph.D., Direktur Direktorat Pemasaran Kerjasama dan Alumni (DPKA) UII Hangga Fathana, SIP., B.Int.St., MA., serta beberapa dosen dari FE UII.
Dalam sambutannya Harsoyo menyampaikan bahwa diharapkan dengan ditandatanganinya nota kesepakatan kerjasama ini, kolaborasi akademik antara UII dan UD bisa semakin luas, banyak skema kerjasama dengan fakultas yang bisa dikembangkan lebih lanjut.
Sementara itu pimpinan delegasi dari UD menyampaikan bahwa maksud kunjungan kali ini adalah untuk menjajaki peluang kerjasama dengan fakultas ekonomi UII dan program pascasarjana FE UII, terutama berkaitan dengan kegiatan akademik, seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, join seminar, serta skema lainnya yang bisa dikembangkan. “Saat ini kami mempunyai 14 fakultas dengan jumlah total kurang lebih 30 ribu mahasiswa dimana 3.800 nya adalah mahasiswa internasional,” pungkasny
Gelar Studium Generale, UII Hadirkan Gubernur Jawa Barat
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Akademik kembali menyelenggarakan studium generale bagi mahasiswa baru di semua Program Pascasarjana yang ada di UII. Menghadirkan pembicara Gubernur Jawa Barat, Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan, Lc., M.Si., Studium generale yang digelar di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito UII ini, Selasa (26/4), mengambil tema Islam dan Revolusi Mental Dalam Mewujudkan NKRI Sejahtera dan Berkeadilan.
Disampaikan Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. dalam sambutannya, diyakini bahwa Islam adalah solusi terbaik bagi kebahagiaan umat manusia di dunia maupun akhirat. Namun demikian, minimnya pemahaman tentang Islam belum mampu menghadirkan keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia. ”Tidak sedikit yang memahami ilmu Islam masih terbatas sebagai ilmu dan teori yang belum mampu dihadirkan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan,” tuturnya.
Dr. Harsoyo menuturkan, Islam sejatinya merupakan agama yang syamil-mutakamil yakni komplit dan komprehensif, mengatur kehidupan manusia dalam seluruh aspeknya, baik urusan pribadi maupun masyarakat dan negara. Oleh karena itu, Islam harus selalu menjadi pedoman dalam beraktivitas di segala aspek, baik itu sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. ”Akhlak dan mental bangsa yang baik secara otomatis akan terwujud jika sebagai rakyat maupun sebagai pemimpin selalu berupaya menerapkan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan” ujar Dr. Harsoyo.
Sementara disampaikan Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan dalam materinya, pada dasarnya terdapat tiga tujuan pembangunan. Pertama adalah mewujudkan kesejahteraan, kedua mewujudkan rasa aman dan yang ketiga adalah mewujudkan penghambaan kepada Allah SWT. ”Kehidupan kita tidak hanya berhenti di dunia, namun juga kehidupan di akhirat kelak,” paparnya.
Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan menuturkan, terdapat beberapa hal dari sisi-sisi mikro yang kiranya juga perlu diperhatikan dalam pembangunan. Diantaranya yakni dalam hal pengentasan kemiskinan dan pengentasan pengangguran. Menurut Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan, sehebat apapun program pembangunan tetapi bila tidak bisa mengurangi kemiskinan dan pengangguran, dikatakan pembanguan tersebut tidak berhasil. Hal ini kiranya perlu diperhatikan sebagai bangsa.
Lebih lanjut disampaikan Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan, bila memperhatikan data world bank yang dirilis paling mutakhir pada tahun 2015, disebutkan 1 persen bangsa Indonesia menguasai 55,5 persen kekayaan di Indonesia. Hal ini menrut Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan berbahaya bagi kehidupan. Sementara yang terakhir dari sisi mikro yang perlu difahami dalam pembangunan menurut Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan yang mensuplai bahan-bahan kehidupan adalah lingkungan atau bumi kita.
Sebagai kaum muslimin seperti disampaikan Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan kita tidak bisa menguasai salah satu saja dari ulum dan funun, tetapi kedua-duanya harus dikuasai dengan baik. Dengan penguasaan ulum dan funun itulah menurut Dr. (H.C.) Ahmad Heryawan akan hadir peradaban yang seimbang. ”Penguasaan ilmu-ilmu yang berbasis wahyu dengan ilmu-ilmu yang berbasis alam semesta baik sosial maupun sains, dan kedua duanya harus dibuat seimbang. Dari hal inilah akan hadir peradaban yang seimbang,” tuturnya.
Dijelaskan Ahmad Heryawan, ulum adalah semua jenis keilmuan yang terus dikembangkan yang basisnya adalah wahyu dan isinya benar dan salah, halal dan haram serta membangun keterarahan manusia. Sementara funun adalah segala jenis ilmu pengetahuan baik sosial sains maupun sains yang sumbernya dari ayat-ayat kauniyah.