dekan FE with JKW Berbagai isu ekonomi beredar di pertengahan tahun 2015. Beberapa diantaranya adalah isu mengenai inflasi, melemahnya nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga, dan saham. Melihat berbagai isu yang telah membuat gejolak opini di masyarakat, Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi ini, bersama Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) mengundang 20 dekan Fakultas Ekonomi dari universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Acara Jamuan Makan Siang ini digelar untuk mendapatkan masukan sebanyak-banyaknya terkait persoalan ekonomi dewasa ini. Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI), Nury Effendi, SE, MA, Ph.D.

Sebuah kehormatan bagi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Dr. Dwipraptono Agus Harjito, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi berkesempatan untuk menghadiri acara Jamuan Makan Siang yang diselenggarakan di Istana Negara, Jakarta. (7/09). Melalui acara tersebut pandangan akademisi diharapkan dapat berkontribusi dalam pemulihan kondisi ekonomi Indonesia.

Acara yang berlangsung secara informal tersebut, Jokowi membuka jamuan dengan menampilkan data mengenai keadaan perekonomian di Indonesia di tahun 1998, 2008, dan 2015. Jika dibandingkan, keadaan ekonomi di Indonesia tahun 2015 tidak separah seperti yang terjadi di tahun 1998 dan 2008. Saat ini Indonesia memang mengalami perlambatan ekonomi. Namun, hal tersebut dapat segera diatasi dengan berbagai paket kebijakan yang akan mengakomodasi banyak aspek perekonomian. Diharapkan paket kebijakan tersebut dapat meningkatkan nilai investasi di dalam negeri . Paket kebijakan ini rencananya akan diumunkan pada 9 September mendatang.

“Acara berjalan santai dan lebih menekankan terhadap perkembangan pembangunan infrastruktur di Indonesia, seperti waduk, jalan tol, dan irigasi. Terutama di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), agar dapat dibangun waduk untuk mengatasi masalah kesulitan air”, ungkapnya. Tidak hanya masalah pembangunan infrastruktur, tapi juga membahas sistem moneter di Indonesia, kaitannya dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Nilai tukar Rupiah akan terus dipantau agar tidak sampai menembus angka Rp 15.000.

Selain iu, Jokowi juga membahas masalah perlambatan ekonomi di Indonesia yang di akibatkan karena dampak dari krisis ekonomi global. Diharapkan dari pertemuan ini dapat meredam isu ekonomi yang beredar di masyarakat yang tidak sesuai dengan data konkritnya. Diharapkan paket kebijakan yang diambil dapat tepat sasaran. Sehingga perekonomian di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat.

Ekonom Menurunnya performa perekonomian nasional dalam beberapa waktu terakhir sering diidentikkan dengan gejala pelambatan pertumbuhan ekonomi dan anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Gejala tersebut memang dinilai belum masuk pada sebuah fase krisis ekonomi. Meski demikian, pemerintah sebaiknya tidak bersikap terlalu percaya diri dan cukup puas dengan kondisi perekonomian saat ini. Sebab menjelang krisis 1998, perekonomian Indonesia juga tampil cukup meyakinkan dan bahkan dipuji oleh Bank Dunia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi ajaib. Oleh karenanya, pemerintah dihimbau untuk mengambil langkah-langkah yang taktis lewat kebijakan ekonomi yang mampu kembali menggairahkan perekonomian nasional.

Demikian seperti disampaikan oleh pakar ekonomi UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec dalam sesi diskusi terkini ekonomi yang diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Ekonomi UII. Diskusi yang berlangsung di RM. Padang Sederhana Jogja pada Jum’at (4/9) dihadiri oleh para pakar ekonomi UII, seperti Dr. Sahabudin Sidiq, MA dan juga para awak media.

“Pemerintah harus mengambil langkah untuk mereduksi dampak ekonomi eksternal yang berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini salah satunya dapat dicapai dengan merevisi program yang boros devisa dan berdampak ganda. Ini lebih tepat daripada menyalahkan kebijakan ekonomi negara lain”, tutur Prof. Edy.

Di samping itu, pada level nasional menurut Prof. Edy, situasi sekarang adalah momentum yang tepat untuk mempercepat realisasi anggaran belanja infrastruktur. “Pembangunan infrastruktur akan menstimulus perekonomian yang lesu saat ini. Namun patut dicatat bahwa pembangunan infrastruktur jangan berbasis pada kepadatan penduduk tapi pada potensi ekonomi sehingga tidak hanya berpusat di Pulau Jawa”, tambahnya. Di level daerah, Prof. Edy juga menyorot maraknya kebijakan investasi keuangan daerah di sektor perbankan. Hal ini memerlukan pembatasan karena pada hakikatnya masyarakat juga memiliki hak atas dana tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi lokal.

Sementara itu, pakar ekonomi UII lainnya, Dr. Sahabudin Sidiq, MA menilai tren pelemahan nilai tukar rupiah salah satunya disebabkan oleh tingginya permintaan mata uang dolar di dalam negeri saat ini. “Banyak perusahaan swasta nasional yang dalam jangka pendek harus membayar hutang dari luar negeri sehingga mempengaruhi permintaan dolar”, katanya.

Di sisi lain, tingginya ketergantungan industri dalam negeri terhadap bahan baku impor juga menjadi masalah tersendiri. “Industri dalam negeri kita masih bergantung pada sumberdaya yang tidak berasal dari negeri sendiri sehingga mereka sangat terhantam ketika terjadi penurunan nilai tukar rupiah”, tuturnya. Oleh karena itu, pemerintah juga perlu memikirkan solusi jangka panjang untuk membangun industri bersifat resource based material yang dapat diperoleh dari pasokan dalam negeri.

Sumber: www.uii.ac.id

semata Akhir bulan Agustus menjadi awal bagi mahasiswa baru Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) untuk menapak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Perlu adanya perkenalan mengenai dunia kampus maupun dunia kemahasiswaan. SEMATA (Semangat Ta’aruf) 2015 yang mengusung tema Menanamkan Kesadaran dan Semangat Juang Mahasiswa sebagai Generasi Unggul untuk berkontribusi atas terwujudnya kemaslahatan umat, menjadi salah satu sarana yang di harapkan mampu mewujudkan generasi unggul. Hampir seluruh mahasiswa baru FE UII mengikuti rangkaian acara SEMATA yang di selenggarakan pada tanggal (30-31/8) bertempat di lapangan parkir FE UII. Uniknya, kegiatan kali ini lebih diminati pada hari terakhir dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

Berbagai rangkaian acara dari pembukaan hingga penutupan terlihat berjalan lancar, Mahasiswa baru FE UII terlihat mengikuti berbagai kegiatan yang telah disusun oleh panitia, Seperti yangg disampaikan oleh M.B Hendrie Anto selaku ketua tim Monitor dan dosen FE UII, ” acara semata kali ini lebih menciptakan suasana santai, memang belum ideal tapi lebih soft.” Selain itu, acara SEMATA kali ini memang lebih menghormati waktu beribadah. Tidak terdengarnya teriakan dari panita ke mahasiswa baru sehingga memang terlihat lebih soft.

Selain itu, tradisi luhur yangg memang ada dirangkaian kegiatan semata yaitu bakti sosial tetap akan dilaksanakan baik oleh panitia maupun peserta. Rencana untuk bakti sosial ini akan dialokasikan di daerah Bantul yang disalurkan oleh panitia. Sedangkan, untuk perwakilan mahasiswa baru dan panitia dilaksanakan di seturan yangg terjangkau secara waktu dan jarak.

Melalui SEMATA, para mahasiswa baru lebih bisa mengenal UKM dan organisasi-organisasi di Fakultas. Pengenalan UKM dan organisasi Fakultas tersebut menjadi pendukung mahasiswa untuk lebih mengenal aspek yang sesuai dengan soft skill mereka dari pada saat ospek universitas. Seperti yg Ryzka sampaikan sebagai salah satu mahasiswa baru, dia jadi memiliki pandangan UKM apa yang cocok dengan hobby dan bakatnya.

Adapun harapan untuk semata yang disampaikan oleh ketua tim monitor Semata, M.B Hendri Anto kedepannya Fakultas bisa bekerjasama dengan panitia agar semata kedepannya tidak hanya berfokus tentang mengenalkan dunia kemahasiswaan tetapi juga tentang dunia kampus FE UII secara lebih spesifik.

Rangkaian acara diakhiri dengan Closing Ceremony yang berlangsung cukup meriah dan dihadiri langsung oleh Dekan FE UII, Dwipraptono Agus Harjito dalam sambutannya beliau menyampaikan harapan untuk mahasiswa baru “semoga adik-adik semua mengikuti perkuliahan dengan baik setelah mengenal perkuliahan di Universitas dan Fakultas ” katanya. Selanjutnya penyerahan plakat secara simbolis oleh ketua SC kepada ketua OC sekaligus menutup rangakaian acara Semata 2015.

Purwoko 1 Salah satu kebijakan dalam pembangunan pertanian yang pernah diluncurkan pemerintah Indonesia adalah pengembangan pertanian organik melalui komitmen “Go Organik 2010”. Dalam komitmen ini dicanangkan bahwa pada tahun 2010 Indonesia akan menjadi produsen produk pertanian organik terbesar di dunia. Namun hingga saat ini target tersebut ternyata belum tercapai.

Penyebab tidak tercapainya komitmen pemerintah tersebut di antaranya adalah masih dilegalkannya peredaran pupuk kimia bahkan Indonesia masih sangat tergantung dengan pupuk kimia anorganik, sosialisasi terkait produk pertanian organik masih kurang sehingga konsumen tidak banyak memahami pentingnya mengkonsumsi produk pertanian organik. Selain itu, tidak terwujudnya komitmen pemerintah tersebut dikarenakan banyak petani yang menolak untuk memakai pupuk organik yang sebenarnya telah disubsidi oleh pemerintah.

Hal inilah yang mendorong Dr. Purwoko, SE.,MM., untuk meneliti penyebab munculnya sikap penolakan petani terhadap penggunaan pupuk organik dan menghantarkannya meraih gelar Doktor di Universitas Islam Indonesia. Dalam desertasinya yang dipresentasikan pada Ujian Terbuka Sidang Promosi Doktor di Fakultas Ekonomi UII, Selasa (1/9), Purwoko menyampaikan bahwa ia telah meneliti sekitar 200 petani di kawasan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. “Setelah diteliti, ditemukan bahwa mayoritas perilaku penolakan petani tersebut lebih banyak disebabkan karena hasil panen pertama setelah menggunakan pupuk organik ternyata lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya saat para petani masih menggunakan pupuk kimia anorganik.” Papar Purwoko.

“Selain itu juga banyak yang tidak mau menggunakan pupuk organik karena dipengaruhi oleh petani lain yang pernah mencoba pakai pupuk organik dan mengalami kegagalan peningkatan hasil. Setelah banyak mendengar cerita kegagalan dari petani-petani tersebut akhirnya banyak petani yang terpengaruh sehingga para petani lebih memilih cara lama menggunakan pupuk anorganik tanpa memperhatikan dampaknya terhadap pencemaran tanah di masa yang akan datang.” Lanjut Purwoko.

Terkait rendahnya hasil panen para petani setelah menggunakan pupuk organik, Purwoko menjelaskan, “Untuk mendapatkan hasil yang sama dengan hasil panen saat menggunakan pupuk kimia anorganik diperlukan setidaknya lima kali masa panen menggunakan pupuk organik, hal tersebut dikarenakan kualitas tanah baru dapat kembali setelah minimal lima kali masa panen.” Papar Purwoko.

Oleh karena itu, Purwoko berharap hasil penelitiannya tersebut dapat mendorong pemerintah untuk lebih serius mewujudkan komitmen menjadikan Indonesia sebagai produsen produk organik. “Demplot sebaiknya dilakukan minimal sampai lima kali masa panen, tidak hanya sekalik seperti yang selama ini dilakukan sehingga hasilnya belum maksimal.” Tegas Purwoko.

Di samping itu, ketika petani menggunakan pupuk organik namun hasil panennya lebih rendah dari tahun sebelumnya maka pemerintah harus berani mengganti kekurangan hasil panen petani. “Jika pemerintah serius ingin menjalankan program ini maka harus berani mengganti kekurangan hasil panen petani, misalkan tahun ini 8 ton setelah menggunakan pupuk organik hasil panen pertama kurang dari 8 ton maka pemerintah mengganti 2 ton kekurangannya.” Lanjut Purwoko.

“Anggaran kita yang besar itu saya rasa cukup jika difokuskan untuk hal tersebut. Pemerintah juga perlu mmbantu pemasarannya produk organik petani dan menghargai hasil panen dengan harga yang layak. Dengan demikian para petani akan tertarik untuk menggunakan pupuk organik dengan sendirinya” Jelas Purwoko.

sumber: www.uii.ac.id

wisuda

Sejumlah 902 lulusan Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti acara wisuda Periode VI Tahun Akademik 2014/2015 yang digelar di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir UII, Sabtu (29/8). Jumlah tersebut terdiri dari 722 orang dari Program Strata Satu (S1), 95 orang dari Program Magister dan 85 orang dari Program Diploma. Dari jumlah tersebut, 296 diantaranya berhasil meraih predikat cumlaude. Dengan kelulusan kali ini, alumni UII telah mencapai jumlah 78.686 orang.

Disampaikan Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. dalam sambutannya, Indek Prestasi Komulatif (IPK) tertinggi Program Strata Satu pada wisuda kali ini, berhasil diraih oleh Dea Nur Arifah Eka Meierta, mahasiswi dari Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi dengan nilai 3,96. Sementara waktu tempuh studi tercepat, tiga tahun enam bulan, berhasil diraih oleh Namira, mahasiswi dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Buadaya, Program Studi Psikologi.

Dituturkan Dr. Harsoyo, dengan kelulusan ini para wisudawan telah menyelesaikan suatu proses pendidikan formal pada jenjang masing-masing di UII. Selanjutnya wisudawan akan memasuki fase kehidupan bermasyarakat yang jauh lebih kompleks dan penuh dengan tantangan dibanding kehidupan akademis di kampus.

Dihadapan para wisudawan Dr. Harsoyo berpesan, dalam menjalani kehidupan berikutnya wisudawan harus pandai memahami kondisi dan latar belakang masyarakat di tempatnya berada. Selain itu, etos kerja keras hendaknya juga mutlak untuk terus ditumbuhkan guna membangun kemapanan pribadi dan masyarakat.

“Niatkanlah bahwa semua buah pekerjaan yang dilakukan adalah untuk beribadah pada Allah SWT. Kontribusi nyata di tengah masyarakat juga merupakan bentuk pertanggungjawaban sebagai insan intelektual yang berkarakter ulil albab,” tuturnya.

Sementara wakil alumni UII, Drs. Daan Achmad, MM. di hadapan para wisudawan UII mengatakan, kunci dari keberhasilan kita adalah kesungguhan dan adanya “Need for Achievement” di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sekecil apapun itu. Antusias di dalam menekuni suatu pekerjaan sehingga tercipta suasana Fun at work.

“Bukan berarti lucu lucuan di dalam bekerja akan tetapi mampu menjadikan setiap pekerjaan dilakukan penuh sukacita tanpa terasa menekan sehingga kita bisa berfikir positif, kreatif dan inovatif”, ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan Daan Achmad yang saai ini juga sebagai Director Human Capital, General Affairs & IT PT. Angkasa Pura II (Persero), gerbang kesuksesan hanya bisa diraih oleh seseorang yang selalu mengawali aktivitas hidupnya dengan semangat dan motivasi yang tinggi. Ketekunan, keterampilan dan keuletan serta rasa percaya diri yang tinggi juga merupakan beberapa faktor penentu dari kunci kesuksesan.

“Meraih kesuksesan tidaklah semudah yang dibayangkan. Untuk mencapai jarak terjauh, kita harus memulainya dari jarak terdekat dan untuk mencapai titik tertinggi, kita harus memulainya dari titik terendah,” ungkapnya.

Disampaikan Daan Achmad, dalam mencapai jarak terjauh maupun titik tertinggi kesuksesan tersebut, tentu kita akan menghadapi rintangan, hambatan, halangan yang menghadang. “Jadilah para lulusan yang bisa membayar harga kesuksesan dengan kerja keras dan kerja cerdas,” tuturnya.

sumber: www.uii.ac.id

syariah Kondisi melemahnya nilai tukar rupiah dan melambatnya perekonomian seperti saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan, terlepas dari siapa yang berwenang untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah berada dalam keadaan krisis atau belum, hendaknya masyarakat mulai berhati-hati. Pernyataan menarik dari Dr. Aviliani, SE., M.Si., selaku Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) pusat mengenai hal tersebut adalah bahwa apabila ‘konsep’ syariah bisa diterapkan sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia baik Muslim maupun non Muslim, maka Indonesia akan jauh dari krisis.

Kalimat itu Ia lontarkan ketika memberikan Key Note Speech dalam acara Sekolah Pasar Modal Syariah (SPMS) pada hari ini (27/8) bertempat di Aula Utara Lantai 3 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII). Acara yang terselenggara berkat kerjasama antara MES, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) FE UII, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut juga mengundang pembicara lain yaitu Doddy Prasetyo dari BEI dan Prof. Jaih Mubarok dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

Menurutnya, perbankan syariah sekarang ini masih belum mampu mengangkat ekonomi sektor riil, maka dari itu pasar modal syariah kemudian diharapkan mampu mengembangkan sektor tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. “Bahkan kami sedang membuat rencana Undang-undang terkait proses go public bagi sektor umkm, sehingga modal dan eksistensinya bisa berkembang dengan cepat”, imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama Wakil Dekan FE UII Suharto, SE., M.Si., memberikan apresiasi terkait dengan penyelenggaraan acara tersebut, dengan harapan mahasiswa dan praktisi yang mengikuti SPMS hari ini dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pasar modal syariah.

Sependapat dengan Suharto, Perwakilan pengurus MES Yogyakarta Mashudi, Muqorrobin membenarkan bahwa pemahaman masyarakat saat ini mengenai Pasar Modal Syariah masih minim, sehingga pelatihan dan sosialisasi semacam ini perlu ditingkatkan.

sumber: www.uii.ac.id

Kuala lumpur Kiprah UII dalam membangun generasi Indonesia melalui pendidikan harus terus ditingkatkan, banyak cara Universitas untuk mendukung mahasiswanya terutama untuk membuat karya ilmiah baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Menjelang hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 70, mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indoesia (UII), yaitu Kurnia Atdi Anto (23 tahun) memberi kontribusi melalui karya ilmiahnya yang dipresentasikan dikonferensi internasional dalam acara Kuala Lumpur International, Business, Economics and Law (KLIBEL) di Hotel Putra, Kuala Lumpur Malaysia 15-16 Agustus lalu. Ia terpilih menghadiri acara ini setelah melalui seleksi karya lmiah berskala internasional dimana peserta yang terpilih berasal dari 11 negara yakni, Indonesia, India, Pakistan, Iran, Malaysia, Turki, Arab Saudi, Vietnam, Filipina, Bangladesh dan Thailand. Ada 70 paper yang dipresentasikan dalam konferensi tersebut yang berasal dari bidang Bisnis, Akuntansi, Ekonomi dan Hukum.

KLIBEL merupakan ajang konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Zes Rokman Resources Kuala Lumpur Malaysia. Pada tahun ini telah memasuki penyelenggaraan ketujuh. Tujuan konferensi ini, yaitu untuk memberikan wawasan melalui kajian ilmiah dari berbagai negara agar satu sama lain dapat bertukar ide dan saran dalam memajukan sektor Bisnis, Ekonomi dan Hukum serta untuk membangun jaringan.”Bertemu dengan para Master dan Doktor dari berbagai negara di ajang internasional ini membuka mata saya bahwa saya tidak boleh berhenti belajar,” kata Kurnia, asal Temanggung Jawa Tengah, ketika mengekpresikan keyakinannya bahwa pendidikan harus terus maju dan berkembang. Ia berharap agar mahasiswa UII lainnya termotivasi untuk mengikuti ajang seperti ini agar generasi muda Indonesia menjadi generasi yang cerdas dan gemilang serta tampil di dunia internasional.

Bagi Kurnia, keikutsertaan sebagai presenter dalam KLIBEL ketujuh pada tahun 2015 di Kuala Lumpur memberi kesan yang mendalam, seperti yang disampaikannya “pengalaman yang luarbiasa, benar-benar mengagumkan. Apalagi saya adalah peserta termuda yang diundang sebagai presenter pada kategori bisnis”. Kurnia mempresentasikan papernya yang berjudul “The Mediating Role of Organizational Commitment in Influence Relationships between Interpersonal Communication and Emotional Intelligence toward Employee Performance”,Karya ilmiah ini dibimbing oleh Dra. Trias Setiawati, M.Si dosen tetap Prodi Manajemen FE UII, paper Kurnia merupakan hasil dari hibah penelitian dosen dan mahasiswa di Prodi Manajemen FE UII pada konsentrasi Manajemen Sumber DayaManusia. Kurnia sangat berterima kasih kepada Pihak Rektoriat UII, Kantor Internasional UII, Dekan Fakultas Ekonomi UII dan Prodi Manajemen FEUII serta pihak-pihak lainnya yang telah memberikan dukungan moral maupun finansial yang menjadi bekal untuk mengikuti konferensi bergengsi tersebut. (Trias-Kurnia).

Pesta 1 Sebanyak 5.386 mahasiswa baru UII dengan pakaian putih hitam nampak berbaris rapi di hall Gedung Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Para mahasiswa baru UII ini terbagi ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki nama tersendiri. Masing-masing kelompok dibimbing oleh mahasiswa senior yang mengenakan jas almamater UII. Rupanya pada Ahad pagi (23/8), tengah berlangsung kegiatan Pesona Ta’aruf (PESTA) 2015 yang wajib diikuti oleh para mahasiswa baru tersebut. PESTA merupakan aktifitas pengenalan kampus yang bertujuan mengenalkan kepada mahasiswa baru mengenai seluk beluk kehidupan akademik di kampus UII. Kegiatan ini juga membuka wawasan mahasiswa baru bahwa berkuliah di UII tidak sekedar mengejar prestasi akademik semata. Menjadi mahasiswa UII berarti juga menjalankan peran sosial sebagai agen perubahan di masyarakat.

Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada para mahasiswa baru UII bahwa mereka merupakan bagian dari anak bangsa yang beruntung dapat mengenyam pendidikan tinggi. “Untuk dapat diterima di kampus perjuangan ini, tentunya Saudara telah melewati proses seleksi dan persaingan yang cukup ketat. Ini bukanlah suatu kebetulan”, tegas Rektor.

Selain itu Rektor juga berpesan bahwa menjadi mahasiswa tidak cukup dengan hanya belajar rajin di bangku perkuliahan. Mahasiswa juga harus aktif dalam berbagai kegiatan positif di luar bangku kuliah untuk mengasah skillnya. “Para alumni UII yang sukses saat ini di berbagai profesi dulunya dikenal sebagai mahasiswa yang sangat aktif di kampus, tidak hanya berdiam diri di dalam kelas”, ujarnya. Rektor berharap agar para panitia dapat memberikan pengalaman yang berkesan kepada mahasiswa baru lewat PESTA kali ini.

Sementara Ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII, Dimas Panji menyebut bahwa kegiatan PESTA sangat penting untuk mengawali kehidupan akademik yang aktif di kampus selama beberapa tahun ke depan. Untuk memudahkan mahasiswa menemukan kegiatan yang diminatinya, berbagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di UII siap mengisi dan menyemarakkan PESTA.

Ketua Dewan Pertimbangan Mahasiswa (DPM) UII, M. Aldi Setiawan juga menyemangati para mahasiswa baru UII bahwa keputusan untuk berkuliah di UII sudah sangat tepat. “Lewat PESTA saya yakin bahwa Saudara akan semakin mantap berkuliah di UII karena kampus ini memiliki rekam jejak yang baik dalam menghasilkan lulusan yang berkontribusi dalam arah perjuangan bangsa”, katanya. Selanjutnya, Rektor bersama Ketua DPM secara simbolis memotong pita yang menandai inisiasi kegiatan tersebut. Pelepasan balon dan burung merpati oleh segenap peserta mengakhiri acara pembukaan PESTA 2015 di kampus UII.

sumber: www.uii.ac.id

Pesta 2