Pelayanan Prima Kunci Keberhasilan Perguruan Tinggi Pertahankan Eksistensi
Di tengah persaingan global yang semakin ketat terlebih dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka seluruh perguruan tinggi dituntut untuk terus berusaha memperbaiki diri agar mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain baik perguruan tinggi dalam negeri maupun perguruan tinggi dari luar negeri.
Dengan jumlah perguruan tinggi dalam negeri yang begitu banyak dan di tambah semakin gencarnya promosi perguruan tinggi asing yang masuk ke Indonesia, maka setiap perguruan tinggi baik PTN maupun PTS semuanya memiliki tantangan dan peluang yang sama. Kompetisi tidak lagi hanya ditentukan dari rekam jejak institusi melalui akreditasi maupun ragam prestasi lainnya.
Dijelaskan Rektor UII Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc., dalam arus globalisasi yang semakin tidak mengenal batas antarnegara, keunggulan dalam kompetisi saat ini setidaknya ditentukan oleh tiga hal: lebih cepat, lebih murah, lebih baik – faster, better, cheaper. “Kalau yang mahal lebih baik itu banyak, tapi kita berusaha dengan biaya yang lebih murah namun dapat memberika pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik.” Ujar Dr. Harsoyo.
Dr. Harsoyo melanjutkan bahwa kualitas pelayanan akan menentukan keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam bersaing, “Keunggulan dalam kompetisi antarperguruan tinggi ke depan juga akan ditentukan oleh kualitas layanan di luar kelas. Pelayanan di dalam kelas seperti kualitas mengajar seorang dosen sudah menjadi sebuah keharusan, dan di saat yang sama, kualitas pelayanan di luar kelas seperti layanan informasi akademik, layanan kemahasiswaan, dan layanan terkait lainnya semakin bermakna penting untuk menunjang pelayanan prima universitas.” Papar Dr. Harsoyo.
Pelayanan prima menurutnya harus diwujudkan oleh seluruh unit yang ada di UII dengan memperhatikan kebutuhan stake holder mulai dari internal kemudian kepada pihak ekternal dari waktu ke waktu. “Pelayanan prima bagi eksternal tidak mungkin dapat berhasil jika di kalangan internal UII saja pelayanan tersebut masih belum terlaksana dengan baik.” Tegas Dr. Harsoyo
Drs. H. Syafaruddin Alwi, M.S. yang merupakan Ketua Pembina Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII mengungkapkan bahwa faktor utama mengapa customer meninggalkan sebuah perusahaan atau lembaga adalah buruknya pelayanan perusahaan tersebut terhadap customer. “75% disebabkan oleh pelayanan yang buruk, 11% ketidakpuasan terhadap produk, 7% harga di tempat lain lebih murah, dan 7% sisanya faktor lain-lain.” Papar Drs. Syafar.
Ia menjelaskan bahwa setiap staf dan karyawan UII perlu memahami kunci-kunci penggerak perubahan sistem pelayanan di antaranya adalah perubahan lingkungan global, penggunaan teknologi informasi yang semakin luas dalam multi dimensi kegiatan masyarakat, perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan terbaik yang semakin tinggi, reaksi kritikal dan emosional dari pelanggan, serta derivasi dan konsekuensi dari visi organisasi.
Sumber : www.uii.ac.id
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!