Perlunya Digital Marketing di Era Millenial
Universitas Islam Indonesia yang bekerjasama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (RISTEKDIKTI) mengadakan seminar yang bertemakan Digital Marketing. Seminar ini diadakan di ruang P1/2 Fakultas Ekonomi UII. Seminar terasa begitu relevan bagi generasi Y yang dihadapkan dengan kondisi digitalisasi global yang mengharuskan generasi Y menguasai dunia digital.
Acara dibuka oleh Leonetti Priangkasa selaku MC pada pukul 09.30 WIB. Leonetti juga memperkenalkan C-Gov dan menyampaikan sedikit pesan tentang pentingnya bisa berbahasa inggris dengan baik, karena dengan persaingan pasar yang semakin ketat kita akan bersaing dengan orang-orang profesional baik dalam maupun luar negri. Acara ini juga ditujukan untuk mahasiswa yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk menjadi sarana marketing dan mengembangkan digital skill generasi Y.
Memasuki inti acara, pembicara utama pada seminar ini diisi oleh Dewantara Arief Rahman, selaku Business Coach and Digital Marketing Expert. Diawal pembicaraannya ia sedikit bercerita tentang pengalaman jatuh bangunnya di dunia bisnis daring. Sering kali ia gagal namun bangkit lagi dari keterpurukannya. Ia juga pernah menjual buku Iqra. Jika pada umumnya buku Iqra kurang lebih seharga Rp 10.000 namun karena buku Iqra yang ia jual menggunakan metode rubaiyat, ia harus menjualnya seharga Rp 270.000. Awalnya ia kebingungan bagaimana cara untuk menjualnya. Namun dengan teknik digital marketing, ia berhasil meraup omzet mencapai Rp 5.000.000. Memang masih banyak orang yang belum tau mengapa digital marketing sangat dibutuhkan di dunia usaha. Padahal setelah ditelusuri, orang-orang zaman sekarang cenderung malas dan malu untuk belajar di ruang luring dan mulai beralih ke ruang daring yang cenderung tidak bertatap muka. “Digital isn’t future anymore, it is present” ujarnya.
Berdasar data yang diperoleh, internet mulai banyak yang menggunakan di Indonesia pada tahun 2014, dan data yang sangat mengejutkan pada tahun 2017 pengguna internet sejumlah 143,26 juta jiwa dari 262 juta jiwa penduduk Indonesia, artinya lebih dari 54% penduduk indonesia telah menggunakan internet. Hanya dalam waktu tiga tahun internet telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan banyak orang mengatakan bahwa saat ini sinyal dan kuota adalah makanan sehari-hari.
Seseorang bisa menghabiskan sekitar 4-7 jam per hari dalam menggunakan layanan internet. Layanan internet yang diakses juga sangat beragam, namun yang paling banyak dinikmati setiap harinya adalah layanan messenger seperti WhatsApp dan Line, media sosial seperti instagram, dan layanan hiburan seperti YouTube. Semakin hari pun seseorang semakin kecanduan internet dan mulai meninggalkan televisi. Tak heran suatu produk sekarang lebih efektif untuk diiklankan di internet, terlebih untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan usaha PKM bagi mahasiswa.
Saat ini, persaingan marketing di Indonesia sudah begitu ketat, ditambah perusahaan Amazon dari Amerika baru saja masuk ke Indonesia. Selain Amazon, masih banyak perusahaan asing yang melirik pasar Indonesia. Banyak ahli berpendapat bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk berbisnis karena pasarnya yang besar dan juga pertumbuhan penduduknya yang begitu tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi jelas menumbuhkan perekonomian karena ketika seseorang lahir maka ia akan menambah permintaan barang maupun jasa dipasar.
Dewantara juga membagikan apa saja masalah yang dihadapi oleh pebisnis pemula. Masalah itu biasanya adalah masalah klasik seperti mudah menyerah, rendah diri, dan sulit beradaptasi di lingkungan bisnisnya. Ia juga membagikan beberapa tips untuk masuk ke dunia digital, yaitu kita harus mengetahui target pasar, membuat daftar kebutuhan calon konsumen, mencari tahu masalah yang dihadapi calon konsumen, dan membuat solusinya. Solusi itu berupa produk barang ataupun jasa yang akan kita produksi.