Keliling Dunia Melalui International Student Mobility
Bepergian ke luar negeri kini bukan menjadi hal yang sulit bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, pasalnya beberapa fakultas di UII memiliki dua program dalam pendidikannya yakni reguler dan International Program (IP). Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi UII yang bekerjasama dengan IP kali ini mengadakan info session yang berjudul International Student Mobility pada hari Jumat, 30 November 2018 di Aula Utara FE UII. Acara ini membahas terkait program gelar ganda (double degree) yang ditawarkan kepada mahasiswa FE UII. Seperti dilansir dari Ristekdikti, program kembaran atau gelar ganda (double degree) adalah penyelenggaraan kegiatan antar perguruan tinggi baik dalam negeri maupun melalui kerjasama antara perguruan tinggi di dalam negeri dengan perguruan tinggi di luar negeri, untuk melaksanakan suatu program studi secara bersama serta saling mengakui lulusannya. Sehingga mahasiswa yang mengikuti program ini nantinya akan mendapat dua gelar dari dua universitas yang berbeda. Acara ini diisi oleh Nihlah Ilhami selaku Manajer dari International Mobility UII, Diaswanto Rosyad selaku Presidium PPI Deventer City Netherlands 2017-2018, Fauzan Goldiano Putra sebagai Head of Global Talent & Entrepreneur Global Talent AIESEC Indonesia, dan Arif Singapurwoko sebagai moderator acara.
Pada awal sesi, Nihlah Ilhami memberikan pengetahuan dan informasi terkait cara yang bisa ditempuh mahasiswa FE UII untuk melanjutkan studi ke luar negeri dan meraih gelar ganda melalui berbagai program. Mahasiswa bisa memilih sendiri negara tujuan yang diinginkan baik di Asia hingga ke Eropa. Nihlah Ilhami menjelaskan negara Asia yang sering dipilih oleh mahasiswa adalah Malaysia, Jepang, Thailand, dan sebagainya. Sedangkan negara Eropa yang biasa dipilih oleh mahasiswa diantaranya adalah Jerman, Inggris, dan Perancis, umumnya mahasiswa enggan jika harus melanjutkan studi ke luar negeri dengan alasan biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, namun Nihlah Ilhami menjelaskan bahwa banyak universitas di luar negeri yang memberikan beasiswa (scholarship) untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. Dengan adanya beasiswa ini, maka mahasiswa tidak perlu membayar uang kuliah bahkan beberapa universitas memberikan biaya hidup sehingga mahasiswa hanya perlu mengurus uang transport saja, namun tentunya beasiswa yang diberikan ini tidak semena-mena diberikan tetap ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Pada sesi kedua disampaikan oleh Fauzan Goldiano Putra selaku utusan dari AISEC Indonesia. AISEC merupakan organisasi pemuda terbesar di dunia yang mecakup beberapa negara di belahan dunia. Menurut pria yang akrab di panggil Faldi ini, AISEC Indonesia merupakan wadah bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk menemukan potensi diri serta mengembangkan kemampuan sebagai seorang pemimpin. AISEC Indonesia menawarkan beberapa program kepada pemuda-pemudi khususnya mahasiswa yang ingin memiliki pengalaman di luar negeri, salah satu program AISEC Indonesia adalah Global Volunteer. Program ini menawarkan pemuda-pemudi menjadi relawan global dengan melakukan suatu langkah awal untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia. Senada dengan hal itu, Faldi juga mengatakan bahwa AISEC merupakan wadah untuk sharing knowledge dengan pemuda-pemudi di berbagai belahan dunia. Pada sesi terakhir di sampaikan oleh Diaswanto Rosyad selaku Presidium PPI Deventer City Netherlands 2017-2018. Di sesi ketiga ini beliau banyak bercerita mengenai budaya serta flow perkuliahan di Belanda yang sangat berbeda jauh dengan perkuliahan di Indonesia. Beliau juga menyampaikan apabila mahasiswa yang sedang exchange ke luar negeri harus bisa survive artinya bisa mengelola pengeluaran sebaik mungkin agar tidak boros dan bisa meraih nilai ujian yang bagus, karena sistem perkuliahan di Belanda terbilang lebih sulit dibanding sistem perkuliahan di indonesia.
Info Session ini diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa FE UII bahwa menempuh pendidikan tidak hanya di dalam negeri saja tetapi dapat di lakukan hingga ke berbagai belahan dunia. Sudah seharusnya mahasiswa mengambil peran yang penting sebagai agent of changes dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada agar menjadi individu yang berguna bagi masyarakat, negara serta agama.