,

Secercah Harapan untuk Bangsa dalam Meneladani Makna Berkurban

Secercah Harapan Kala Berkurban - Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII

Tidak hanya Idul Fitri, umat Islam memiliki hari besar lainnya yaitu Idul Adha atau juga sering disebut dengan Idul Qurban. Tentu kita semua paham bahwa hari tersebut merupakan hari besar yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Idul Adha ini merupakan wujud ketakwaan umat muslim kepada Allah Swt. sekaligus meneladani kisah Nabi Ibrahim as. Tidak sedikit masyarakat yang dengan sukarela turun tangan mengorbankan sebagian harta mereka untuk berpartisipasi pada hari Idul Adha ini.  

Minggu (11/8) Takmir Masjid Al Muqtashidin Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) menggelar Salat Idul Adha yang dihadiri oleh sivitas akademik dan masyarakat sekitar.

Khatib Sholat Idul Adha pada kali ini dibersamai oleh Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E., M.Sc. Sedangkan imam sholat dibersamai oleh Hidayatur Rahman, S.E., M.M.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, Masjid Al Muqtashidin FE UII juga menyelenggarakan penyembelihan hewan Qurban. Hewan Qurban yang terkumpul kali ini total berjumlah enam belas ekor kambing. Namun, tidak semuanya disembelih ditempat, melainkan delapan ekor disembelih di FE UII dan delapan ekor lainnya dikirimkan ke masjid ataupun daerah yang lebih membutuhkan di Yogyakarta.

Idul Adha merupakan momen yang tepat untuk kita bersyukur. Ini sesuai dengan pernyataan Anto dalam khotbahnya yang menyatakan bahwa kita semua harus senantiasa meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat Allah yang tiada terhingga. “Nikmat iman maupun islam, kesyukuran harus diwujudkan tidak hanya dalam kata-kata, namun wujudkan juga dalam perbuatan dengan menjalankan segala perintah Allah dan Rasulnya dengan kaffah”, terang Anto.

Perayaan Idul Adha berdekatan dengan perayaan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tentu peristiwa ini bukan terjadi secara kebetulan. Namun, telah direncanakan oleh Allah agar menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Anto, pada hakekatnya, tauhid dan kemerdekaan adalah hal yang dekat. Dalam ajaran islam, keberkahan masyarakat didapatkan dari suatu bangsa yang bertakwa.

Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 96 Allah Swt. berfirman tentang hubungan antara ketakwaan dan kesejahteraan suatu negeri yang artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Firman Allah Swt. tersebut memberikan satu pemahaman jika suatu bangsa ingin mendapatkan keberkahan, syaratnya adalah iman dan takwa yang diwujudkan masyarakatnya dalam pembangunan. “Ketaatan kepada Allah, menegakkan salat, puasa, zikir, dan lain sebagainya, harus senantiasa dilakukan oleh masyarakat di semua sektor dalam rangka bersungguh-sungguh untuk mengelola bangsa ini”, tambah Anto.

Sebagai umat Islam, peringatan Idul Adha haruslah diwujudkan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari, yaitu kembali kepada Allah Swt. Menurut Anto, memperkuat keyakinan bahwa berkah Allah diturunkan bagi orang yang bertakwa dan beriman, mestinya tidak hanya diwujudkan dalam aktivitas beribadah, namun juga diwujudkan dalam aktivitas muamalah. “Ketakwaan dalam muamalah ini juga mengajarkan bagaimana kita berani mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak, Insya Allah hal tersebut dapat mendorong kejayaan negeri ini yang sudah lama diidam-idamkan oleh pendiri bangsa maupun masyarakat Indonesia”, pungkasnya. (ARS)