Pentingnya Peran Ulil Albab di Kalangan Pelajar
Dalam perkembangan ilmu yang relatif cepat, ilmuwan ataupun pelajar saat ini dihadapkan dengan tantangan untuk menjadi seorang yang tetap Rahmatan Lil Alamin maupun seorang Ulul Albab. Hal ini dikarenakan saat ini mulai maraknya ilmuwan yang terpaku terhadap ilmunya seolah-olah hanya mengejar dunia saja. Menghindari hal tersebut, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi UII mengadakan kuliah umum mengenai Studi Intensif Alquran dan Rahmatan Lil Alamin di ruang kuliah P1/2. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sentilan besar bagi mahasiswa baru Magister dan Doktor FE UII agar tidak hanya mengejar ilmu untuk dunia saja sedangkan untuk akhirat justru terlupakan.
Kegiatan ini terbagi menjadi dua sesi, diisi oleh Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag selaku wakil ketua Majelis Ulama Indonesia yang memaparkan materi mengenai Ulul Albab itu sendiri dan Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., P.Si. yang memaparkan materi mengenai Intelektual Profetik & Islamisasi Ilmu sebagai Wujud Islam Rahmatan Lil Alamin.
Ulul Albab disebut juga sebagai cendikiawan atau intelektual lainnnya dan disebutkan dalam Alquran sebanyak 16 kali. Menurut Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag, Ulul Albab berkata bahwasanya Ulu berarti orang-orang yang memiliki dan albab adalah bentuk jamak dari lubb yang berarti intisari, bagian terbaik atau terpenting dari sesuatu, atau berarti juga akal dan hati dan cara untuk menelusuri siapa sajakah yang dinamakan Ulul Albab dan bagaimana Ulul Albab dipandang dalam Alquran adalah dengan cara menelusuri ayat-ayat mengenai Ulul Albab sebanyak 16 kali yang disebutkan di dalam Alquran. Salah satunya tertuang dalam Surah Al-Baqarah ayat 179 yang mengenai Qisas yang bahwasanya pembunuhan menurut Islam tergantung alat yang digunakan dan disebutkan pula untuk karakterisitik Ulul Albab sendiri dalam ayat ini adalah seseorang yang bisa memahami hukum Qisas bukan hanya sekadar membalas dendam terkait masalah pembunuhan. “Seseorang bisa dikatakan Ulul Albab ketika orang itu selalu mengerjakan ibadah sehari-hari,” pangkas beliau. Disebutkan pula pada Surah Ali-Imran ayat 190-194 dan beliau berpendapat bahwasanya Ulul Albab memadukan antara pikir dan zikir yang dimana pikir terdapat pada intelektualnya sedangkan zikir terdapat pada hatinya.
Setelah menyelesaikan materi yang pertama, dilanjutkan dengan materi kedua mengenai Intelektual Profetik & Islamisasi Ilmu sebagai Wujud Islam Rahmatan Lil Alamin yang dipaparkan oleh Sus Budiharto. Di dalam materinya, beliau berpendapat bahwasanya rahmat merupakan paduan dari rahman dan rahim yang terdapat pada Surah Al-Anbiya ayat 197. Beliau berpendapat di dalam islamisasi ilmu terdapat masalah utama berupa pemisahan antara pendidikan mengenai ekonomi dan keislaman itu sendiri. “Pendidikan tentang ekonomi dan keislaman itu sendiri jangan dipisahkan, harus digabungkan yang menjadi ekonomi Islam. Seperti saya yang mengubah sistem transfer gaji saya ke bank syariah,” tutur beliau. Dalam islamisasi ilmu, diperlukannya beberapa hal utama yaitu menguasai ilmu pengetahuan itu sendiri dan menguasai Islam. Umat Islam harus mengembangkan sistem pendidikan yang integratif sesuai dengan Alquran dan diperlukannya intelektual yang mumpuni untuk mengembangkan sistem pendidikan tersebut. (ATE/ DYH/ MNZ)