Ekonomi ‘New Normal’, Yakin Indonesia Siap?
Pandemi yang telah berlangsung selama beberapa bulan ini tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan, tetapi juga krisis ekonomi di negara Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menerapkan berbagai kebijakan baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Kabar terbaru juga muncul mengenai penetapan New Normal setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dianggap sukses. Kebijakan ini tentu banyak menuai pro dan kontra. Masih saja terdapat pertanyaan terkait dengan apakah memang benar PSBB telah berjalan dengan sukses? Dan apakah dengan diterapkannya New Normal ini perekonomian Indonesia dapat bangkit kembali?
Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang mendorong Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan sebuah Kajian Insidental yang bertajuk “Dialog Kita: Menilik Kesiapan dan Peluang Ekonomi Indonesia Menghadapi New Normal” (21/6). Topik tersebut tentu sangat menarik untuk dibahas, mengingat sebagian besar masyarakat kalang kabut dalam memikirkan kondisi ekonominya saat ini. Tak kalah menariknya lagi, diskusi kali ini diisi oleh Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. sebagai pembicara yang notabenenya merupakan seorang peneliti bidang ekonomi dan keuangan di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Menilik kesiapan Indonesia menghadapi New Normal, Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. menyatakan, “Sepertinya keputusan pemerintah membuat kebijakan ini masih prematur”. Beliau kemudian mengungkap fakta bahwa sebenarnya kebijakan New Normal awalnya hanya dikemukakan oleh negara-negara yang mana jumlah pasien Covid-19 telah menurun dan itupun dengan catatan bahwa kemungkinan akan diterapkan lockdown lagi karena adanya gelombang ke-2 yang diakibatkan oleh munculnya episentrum baru pasca pelonggaran mobilitas masyarakat. Tidak hanya itu, menurutnya fasilitas kesehatan di Indonesia juga kurang memadai dibandingkan negara lain. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan beliau ragu terhadap kesiapan Indonesia. Bahkan beliau juga memberikan statement bahwa Indonesia kemungkinan akan ada penurunan ekonomi sekitar 2-3 tahun kedepan untuk dapat back to normal. Lebih jauh lagi, beliau menilai bahwa kebijakan New Normal hanya fokus pada sektor ekonomi tanpa mempertimbangkan risiko kesehatan yang mungkin akan jauh lebih besar.
“Lalu stimulus seperti apa yang seharusnya diberikan oleh pemerintah agar dapat memulihkan perekonomian Indonesia?” tanya Imam Nur Fadilah.
Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. menjelaskan bahwa terdapat beberapa stimulus yang menurutnya mungkin membantu pulihkan perekonomian Indonesia. Sama seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia, Indonesia dapat memberikan subsidi internet gratis bagi masyarakat agar kegiatan Work From Home lebih efektif. Beliau juga sangat mendorong masyarakat untuk mulai menjalankan bisnis digital melalui berbagai sektor perdagangan. Beberapa hal tersebut merupakan peluang bagi masyarakat untuk mendongkrak perekonomian Indonesia.
“Bagaimanapun juga, dalam situasi pandemi ini pemerintah harus selalu mengontrol berbagai stimulus yang ada. Hal ini tentunya dilakukan secara berjenjang, mulai dari level nasional sampai level daerah,” tutur Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. (AMA/SDI)