,

Hadapi Pandemi, Organisasi Perlu Bangun Strategi

Strategi Adaptasi dan Resiliensi Organisasi di Masa Pandemi - Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII

Indonesia, salah satu negara terdampak Covid-19 diantara ratusan negara lainnya. Kondisi turbulensi, semuanya serba tidak pasti, dan hal yang direncanakan rasanya tidak mungkin dieksekusi. Dengan adanya masalah ini, INSPIRE Media TV mengadakan bincang-bincang santai bersama Arif Rahman, SE., MCam., Ph.D. sebagai narasumber, yang notabenenya merupakan seorang Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII). Acara yang diselenggarakan secara daring pada Rabu (29/7) ini bertajuk “Strategi Adaptasi dan Resiliensi Organisasi Menghadapi Pandemi“.

“Sepertinya tidak ada yang siap dengan kondisi pandemi saat ini. Bahkan, negara besar seperti Amerika pun tidak siap karena semua serba mendadak,” ungkap Arif sebagai pembicara.

Menurutnya, situasi pandemi ini lebih mengerikan daripada krisis-krisis yang telah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Tidak hanya itu, sampai hari inipun pasien terdampak Covid-19 masih terus bertambah. Hal ini juga yang menimbulkan keraguan, apakah sekarang Indonesia memang sudah memasuki fase new normal atau justru sebenarnya masih dalam fase pandemi yang belum usai?

Arif Rahman, SE., MCam., Ph.D. menuturkan bahwa strategi yang secara umum harusnya diambil oleh masing-masing organisasi yaitu strategi survive demi keefisiensian perusahaan dan pasti dibarengi dengan penyesuaian-penyesuaian internal.

“Organisasi saat ini perlu menyadarkan anggota mengenai sense of crisis. Hal ini dikarenakan kita yang ada dalam organisasi ini merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu, harus bergandeng bersama demi menemukan strategi yang tepat,” jelas Arif Rahman.

Dalam organisasi, saat ini sangat penting memiliki pemimpin yang kreatif dan visioner. Mereka harus jeli dalam melihat peluang. Dapat dibuktikan dengan adanya diversifikasi dan inovasi agar organisasi dapat bangkit dari keterpurukan.

Mengenai resiliensi organisasi, pemimpin dituntut untuk memiliki mindset yang bagus dalam mempertahankan organisasi terkait dengan teori BCM (Business Continuity Management). Sejalan dengan pemikiran Arif Rahman, ia menuturkan, “Pada BCM, organisasi membuat rencana bagaimana sebuah bisnis melalui masa krisis. Dengan ini harus membuat planning dan mengidentifikasi aset yang mana semuanya harus dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan”.   

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan menengah) sendiri hingga saat ini berkontribusi besar dengan memiliki persentase 60% sumbangan bagi Indonesia. Maka dari itu, UMKM perlu didukung penuh dengan mendorong mereka agar lebih fleksibel dan dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Salah satu dukungan dari Universitas Islam Indonesia bagi UMKM dalam membantu mereka untuk tetap survive dikala situasi yang tidak pasti yaitu dengan membangun sebuah marketplace bernama “Warung Rakyat UII” yang mempertemukan antara pedagang-pedagang kecil di Yogyakarta dengan para konsumen. 

“Pemerintah juga harus mengalokasikan dana dengan tepat dan beri kontribusi positif bagi masyarakat dengan bentuk pelatihan,” tutupnya. (AMA/SSL)