SEMATA FBE UII 2020: Progresif, Kreatif, dan Inovatif
Demi menyambut mahasiswa baru, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) mengadakan Semata (Semangat Ta’aruf) 2020 yang mengangkat tema “Progresif, Kreatif, dan Inovatif” pada Senin, (21/9). Dimulai dengan upacara pembukaan yang dipandu oleh dua orang pembawa acara yakni Kala Okta dan Habib. Disusul dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Hidayat dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Hymne UII. Kemudian, rangkaian acara pun dimeriahkan dengan adanya penampilan tarian daerah oleh Xaviera UII. Adapun sambutan dan pidato yang menghadirkan Dr. Halim Alamsyah S.E., serta pemukulan gong oleh Dr. Jaka Sriyana, SE., M. Si., Ph.D selaku Dekan FBE UII yang mengartikan bahwa Semata 2020 telah dibuka.
Dalam pidatonya mengenai bagaimana disrupsi memengaruhi dunia, Halim Alamsyah menyampaikan bahwa disrupsi saat ini telah terjadi dimanapun dan sulit untuk dihindari. “Dewasa ini, disrupsi yang terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh teknologi. Disrupsi juga tidak hanya sekedar barang, tetapi juga modal,” tuturnya. Namun, ada beberapa hal yang berpotensi bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonominya di era disrupsi saat ini, “Salah satu alternatif untuk mendorong pembangunan ekonomi kita yaitu dengan menggunakan sistem ekonomi syariah. Oleh karena itu, untuk kedepannya kita harus memikirkan tentang bagaimana kita dapat menang dalam kompetisi global”.
Selanjutnya, Studium Generale dipandu oleh Katiya Nahda, S.E., M.Sc. dengan tema “Revolution and how to prepare it”. Diawali dengan sambutan oleh Anies baswedan selaku Gubernur Jakarta, “Selamat sekarang Anda telah menjadi Mahasiswa di FBE UII. Ini kesempatan anda untuk mengembangkan seluruh potensi diri. Tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga menjadi mahasiswa yang peduli untuk masyarakat dan bangsanya”.
Imam Subchan, seorang Senior Konsultan Bisnis yang menyampaikan gagasannya mengenai sebuah bisnis dalam pandangannya saat ini. “Bisnis itu kadang membuat kita menjadi serakah. Maka, nilai hidup akan menjadi penting. Harus memegang living value as a muslim”. Tidak hanya itu, dalam menjalankan sebuah bisnis pun harus sadar akan integritas.
“Yang namanya integritas, harus terus dilatih. Kalau sudah merasa yakin akan kepemilikan integritas tersebut, pastinya akan diuji terus,” ujar Imam.
Beda halnya dengan pandangan seorang Bhima Yudhistira mengenai sebuah integritas, “Seseorang tidak akan diakui integritasnya sampai orang tersebut diberi sebuah jabatan. Apabila dapat menjalankan amanah dengan baik, maka baru dapat diakui bahwa orang tersebut memiliki integritas yang tinggi”.
Yang pasti saat ini, kita dituntut untuk memilki skill tertentu dalam menghadapi era revolusi. Salah satunya yaitu critical thinking. “Bukan skeptis, tetapi lebih kritis dalam mengajukan pertanyaan dan menyampaikan gagasan apapun,” ungkap Senior Business Consultant tersebut. Tak lupa, dalam penutupannya Imam juga berpesan pada semua mahasiswa baru agar jangan pernah meninggalkan rutinitas membaca di setiap harinya. (AMA)