,

Carut-Marut BUMD di Tengah Pandemi

Carut Marut BUMD di Tengah Pandemi - Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII

Dampak pandemi Covid-19 begitu terasa di sektor bisnis. Pola perilaku konsumen juga ikut berubah mengikuti perubahan situasi. Konsumen menjadi lebih selektif dan berhati-hati dalam bertindak untuk menjaga kesehatan diri dan keluarganya.

Dalam kondisi ini, strategi bisnis menjadi krusial bagi para pebisnis agar tetap eksis dan berkembang. BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) merupakan organisasi yang mengatur bisnis berskala daerah, sehingga BUMD harus bisa diandalkan sebagai penggerak ekonomi rakyat.

“Di tengah pandemi Covid-19, harapannya, BUMD dapat menciptakan iklim kerja baru berbasis teknologi, walaupun pada akhirnya semua sektor juga dituntut untuk semakin kreatif dalam menghadapi pandemi,” ujar Johan Arifin, S.E, M.Si, Ph.D saat memberikan sambutan dalam acara “Webinar #8: Inovasi dan Adaptasi Strategi Bisnis BUMD di Era New Normal” yang diadakan oleh Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (27/10).

“Covid-19 menyadarkan kita akan pentingnya belajar teknologi demi membantu kelangsungan aktivitas bisnis, termasuk BUMD,” imbuh Sururi selaku wakil dari IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) Yogyakarta dalam sambutan membuka acara ini.

BUMD merupakan salah satu pilar ekonomi yang memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Kontribusi ekonomi tersebut seperti pembayaran pajak, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pelayanan publik, dan pemberian dividen kepada pemerintah daerah.

“Berdasar laporan realisasi anggaran tahun 2019, kontribusi BUMD terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar 4,12%. Sedangkan kontribusi BUMD terhadap total pendapatan adalah 1,6%,” ucap Dr. Mahmudi, S.E, M.Si selaku Dosen Akuntansi UII saat menyampaikan materi pertama. Merujuk data tersebut, tak heran bahwa BUMD dituntut untuk memberikan kinerja terbaik dalam pelayanan, keuangan, inovasi, administrasi, serta operasional.

“Tiga kata kunci yang harus dijunjung BUMD adalah adaptasi, inovasi, dan evolusi,” tambah Mahmudi. Berdasar ketiga kata kunci tersebut, Mahmudi juga menambahkan apabila ketiga kata kunci tersebut tidak dilakukan, maka besar kemungkinan kinerja BUMD akan menurun. 

Beberapa BUMD yang berada di Jogja adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), Bank Jogja, dan XT Square. XT Square merupakan BUMD yang mengelola properti sehingga pendapatan bertumpu dari kunjungan wisatawan. Pandemi yang memaksa masyarakat tetap berada dirumah tentu membuat XT Square kesulitan.  “Adaptasi dan inovasi terus dilakukan XT Square,” ujar M. Verga Prabowo, S.T selaku pemateri kedua sekaligus Direktur XT Square. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mempertahankan keberlangsungannya di masa pandemi ini

Dra. Neni Meidawati, M.Si, Ak. selaku pemateri ketiga dan juga dosen Prodi Akuntansi UII menuturkan bahwa seharusnya perubahan paradigma BUMD tidak perlu menunggu adanya Covid-19. “Sejak berdirinya sebuah BUMD, kita harus selalu melakukan adaptasi dan inovasi untuk merespon situasi yang ada,” tambah Neni. (DYH/AZ)