Workshop Pembelajaran Daring: Strategi dan Inovasi Metode Pembelajaran Daring Asinkron
Pandemi memperkenalkan dunia pendidikan kepada beberapa metode pembelajaran daring, yakni sinkron dan asinkron. Metode pembelajaran sinkron memindahkan dari kuliah tatap muka ke kuliah tatap maya. Ketika bicara tentang perkuliahan daring, banyak sekali tantangan yang dihadapi baik dari mahasiswa maupun dosen pengajar. Berbeda dengan kuliah sinkron, saat kuliah tatap muka dosen dapat melihat jelas wajah dan gerak-gerik mahasiswa serta mengetahui seberapa jauh antusiasme mahasiswa selama pembelajaran saat kuliah tatap muka. “Kalau kuliah tatap maya, mahasiswa cenderung mematikan kamera dengan berbagai alasan dan dosen tidak tahu apakah mahasiswa benar-benar mengikuti kelas atau tidak” ujar Ahmad Raf’ie Pratama selaku pemateri Workshop Pembelajaran Daring pada Sabtu (16/10).
Atensi dari mahasiswa dinilai cukup penting untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, kuliah asinkron dapat menjadi alternatif dari adanya kuliah sinkron atau kuliah tatap maya. Kuliah ini dapat berupa belajar mandiri yang dimana mahasiswa belajar dengan panduan yang dosen berikan dan belajar secara kolaboratif dimana mahasiswa berkolaborasi antara satu dengan yang lainnya. Metode pembelajaran asinkron memiliki banyak teori baik di bidang ilmu kognitif maupun di bidang ilmu pembelajaran. “Dalam practice theory of learning, pembelajaran berbasis teknologi multimedia atau video memiliki aspek-aspek kognitif yang perlu kita pahami menyangkut proses integrasi antara materi baru yang akan diterima mahasiswa dan materi lama yang sudah dimiliki,” jelas Raf’ie.
Ada beberapa konsep untuk merancang materi pembelajaran asinkron seperti yang sudah dijelaskan oleh Ahmad Raf’ie yaitu Cognitive Theory of Multimedia Learning, Three Main Assumptions, Human Memory in Learning, dan masih banyak lagi. Ketiga proses pembelajaran tersebut merupakan proses aktif bukan pasif. Pembelajaran akan berjalan secara efektif jika dalam prosesnya mahasiswa tidak lagi melakukan pembelajaran dengan metode yang tradisional.
Metode traditional classroom untuk pembelajaran daring kurang cocok karena mahasiswa cenderung pasif sehingga metode flipped classroom yang sifatnya aktivitas dinilai lebih cocok bagi mahasiswa. Metode flipped classroom menuntut mahasiswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun berkelompok dan dosen sebagai fasilitator. Video pengantar sebelum kelas menjadi media yang bagus untuk metode tersebut.
Dosen pengajar dapat memanfaatkan berbagai media untuk mengimplementasikan inovasi metode pembelajaran daring asinkron, seperti panopto dan youtube. Selain itu, dosen pengajar juga dapat memanfaatkan permainan edukatif seperti quizizz, kahoot, dan padlet untuk menciptakan suasana belajar yang baru. “Panopto menurut saya media yang cukup efektif untuk kelas asinkron karena dosen bisa mengetahui engagement mahasiswa terhadap video yang kita sajikan” ujar Raf’ie. Di akhir workshop, Raf’ie menjelaskan terkait pembelajaran asinkron terencana yang bisa diaplikasikan oleh dosen-dosen pengajar Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII ke depannya. (MZH/EL)