Adakan Webinar Seri #1, PSDB Bahas Dua Dasawarsa Reformasi Sektor Publik
Public Sector Data Base (PSDB) mengadakan Webinar PSDB Seri #1, dalam Webinar berjudul “Refleksi Dua Dasawarsa Reformasi Sektor Publik” pada Jumat (10/6). Dalam webinar tersebut dimoderatori oleh dosen Jurusan Akuntansi SV UGM, Faiz Zamzami, M.Acc., QIA., CMA,. CACP. Kemudian, narasumber pada webinar ini, yaitu Dr. Mahmudi, S.E., M.Si., Ak., CMA., CA. selaku direktur PSDB sekaligus Dosen Akuntansi UII dan Fu’ad Rakhman, S.E., M.Sc., Ph.D., CA. selaku founder PSDB juga Dosen Akuntasi UGM.
Mahmudi mengemukakan pendapatnya bahwa, “Pada era reformasi ini bangsa Indonesia sudah mengalami beberapa kali pergantian pemerintahan, di antaranya Bapak B. J. Habibie, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang kita kerap sapa dengan Gus Dur, Ibu Megawati Soekarnoputri, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dan saat ini dipimpin oleh Bapak Joko Widodo, yang mana setiap pemimpin memberikan warna pada bangsa Indonesia dalam masa jabatannya.”
Di tengah pemaparannya, beliau mengingatkan kembali dengan kejadian yang pernah terjadi pada tahun 1998, dimana gerakan reformasi yang sedang kuat-kuatnya diserukan oleh segenap elemen masyarakat. Pada saat itu masyarakat menuntut beberapa poin di antaranya: (1) Penegakan Supremasi Hukum, (2) Pengadilan Mantan Presiden Soeharto dan Kroni-Kroninya, (3) Menghapuskan Dwifungsi ABRI, (4) Amandemen Konstitusi UUD 1945, (5) Pemberian Otonomi Daerah Seluas-luasnya, dan (6) Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Sebagian besar agenda sudah dipenuhi dan dapat dilihat hasilnya secara nyata.
Pada pemaparan narasumber kedua, Fu’ad beranggapan bahwa tidak seperti di bidang akuntansi lainnya, penelitian di sektor publik menggunakan metode kearsipan yang masih terbatas. Riset sektor publik dengan menggunakan data Indonesia memberikan keunikan yang dapat menjadi nilai jual bagi publikasi internasional. Dengan meningkatnya ketersediaan data kearsipan, memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengeksplorasi topik di sektor publik dengan menggunakan metode penelitian kearsipan. “Penelitian arsipan itu masih sedikit digunakan saat ini sehingga masih banyak peluang tersembunyi yang dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa yang sedang mencari sebuah bahan dalam penelitiannya,” tuturnya kembali.
Di akhir sesi webinar, moderator menutup acara dengan menyampaikan beberapa poin kesimpulan. “Perekonomian Indonesia masih banyak tertinggal dalam banyak aspek dari negara tetangga, namun jika dilihat dari pertumbuhan setiap daerah saat ini kebanyakan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Selain itu, peluang data arsipan masih terbuka lebar, sehingga perlu ditingkatkan lagi guna memperbanyak sumber data dalam penggunaan jurnal ilmiah,” pungkasnya di akhir. (NKF/ARK)