,

Adakan Talkshow, BPD DIY Dorong Masyarakat Keluar dari Krisis

Krisis ekonomi yang melanda dunia akibat pandemi COVID-19 dan Perang Rusia-Ukraina, membuat para pelaku ekonomi mengalami dampak yang signifikan. Menilik dari permasalahan tersebut, Bank BPD DIY bertindak dengan mengadakan kegiatan Talkshow bertempat pada Digital Lounge BPD DIY Malioboro yang mengangkat  tema “Krisis dan Strategi: dari Peradaban Sampai Perusahaan.” Dalam kegiatan ini, mereka menghadirkan dua pakar yang ahli dalam bidangnya masing-masing, yaitu Drs. Suwarsono Muhammad, M.A dan Prof. Dr. Heru Nugroho (5/10).

Acara dibuka oleh Arif Wijayanto selaku Kepala Unit Syariah BPD DIY. Dalam pidatonya, Arif menyampaikan bahwa menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sekitar 21,6% masyarakat Indonesia baru memahami tentang keuangan dan menggunakan transaksi keuangan. Dirinya berharap dengan adanya kegiatan talkshow ini, banyak masyarakat yang teredukasi tentang literasi keuangan. “Insyaallah kegiatan ini turut menambah andil dalam literasi keuangan masyarakat Indonesia,“ tutur Arif. Disampaikan lebih lanjut bahwasanya ini merupakan Talkshow Series 1, akan ada series-series selanjutnya yang akan terlaksana.

Suwarsono dalam sesi penyampaian materi menyinggung tentang pergeseran struktural dan transformasi skala global. “Dalam perkembangan selanjutnya krisis ekonomi cukup sering dinyatakan sebagai tanda awal kemunduran peradaban Barat,” jelasnya. Hal ini dapat menjadi tanda kemungkinan kemunduran posisi hegemoni Amerika dalam mengatur dan mengendalikan dunia serta kemunculan calon negara adikuasa baru, yaitu China. Hal ini merupakan fenomena yang tidak pernah terjadi sebelumnya. 

Suwarsono kemudian memperkuat argumennya, “Berdasarkan pada teori Thucydides yang mengatakan bahwa setiap ada calon penguasa baru yang naik dan di sisi lain ada penguasa lama yang turun, proses pergantiannya ini umumnya melalui perang besar.” Lebih lanjut dalam pemaparan materi sesi kedua, Heru juga menyampaikan tentang dunia yang terus berubah. “Dunia semakin membingungkan (disrupsi) dan hegemoni suatu kekuatan akan terus berubah,” tutur Heru. 

Krisis yang timbul disebabkan oleh perang termasuk ke dalam salah satu keseimbangan yang berubah dimana hal ini menimbulkan dampak yang cukup terasa terutama pada sisi perbankan, krisis ini membuat masyarakat bertanya-tanya apakah harus bersikap optimis atau pesimis dalam menghadapinya. Pada sesi tanya jawab, muncul pertanyaan menarik dari salah satu peserta talkshow yang sekaligus menjawab pertanyaan “What’s Next?’’. Suwarsono menuturkan bahwa, “Ada yang menyebut singularitas teknologi dimana teknologi merupakan satu-satunya penentu masa depan, hal ini sangat menakutkan, jadi siapa saja yang ketinggalan  teknologi akan ketinggalan yang lainnya. Kita harus mengejar teknologi, dua trek harus ditempuh bersama baik trek dasar dan terkini walaupun itu sulit, juga tentang policy teknologi jangan serahkan pada swasta tapi harus kepada negara.” (SM/DL)