juara dunia erpsim - Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII

Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) kembali melahirkan mahasiswa berprestasi melalui ERPsim International Competition Japan Cup 2021. Tim yang beranggotakan lima mahasiswa akuntansi 2017, Afthar Falahziez Anfasa Firdaus, Muhammad Falah Nur Islam, Muhamad Shohibul Mabruri, Tedi Yudi Permadi dan Agasta Amaliya Khusna berhasil meraih juara 1. Berawal dari inisiatif para anggota untuk mengikuti lomba, lima anggota Tim Derstren ini dituntut untuk berjuang dalam proses latihan sampai hari perlombaan secara daring dikarenakan pandemi yang belum kunjung usai. Menariknya, anggota Tim Derstren ini merupakan anggota baru yang dibentuk karena beberapa anggota lama lainnya harus diambil oleh tim perlombaan lain. Memulai semuanya dari awal dengan orang-orang baru, tidak menyurutkan semangat para anggota untuk berjuang mengharumkan nama UII. 

Ajang perlombaan yang diikuti oleh 24 tim dari berbagai negara, mengharuskan Tim Derstren memberikan performa terbaiknya untuk meraih kemenangan. Lomba yang diadakan dibungkus secara menarik dan diimplementasikan dalam sebuah game. Dalam proses latihannya, keberhasilan Tim Derstren didukung oleh beberapa pembimbing diantaranya Muhammad Fadhly Rizky Octavio dan Iksan Pamungkas selama kurang lebih tiga bulan lamanya. Saat mengetahui bahwa lima anggota tim ini memasuki gerbang final, mereka tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Bermodalkan semangat, tekad dan dukungan dari banyak pihak, Afthar dan tim yakin bahwa mereka bisa memenangkan perlombaan ini untuk menjadi nomor satu. 

Pada awalnya, kompetisi ini akan diadakan di negeri seberang yaitu Australia, namun seperti yang kita ketahui Pandemi Covid-19 mengharuskan Tim Dersten dan tim lainnya untuk berkompetisi via daring. Pandemi tidak menghentikan mereka untuk selalu berlatih setiap hari selama tiga bulan lamanya dan juga melukis prestasi, “Ya memang sih kuliah daring itu ngebosenin, cuman kan nggak jadi halangan kita juga untuk berprestasi di luar akademik gitu lho. Kita mikirnya kalau misalkan kita menang itu akan jadi acuan kita juga untuk memperbaiki nilai-nilai akademik dan menambah semangat kita lagi”, tukas Agasta Amaliya yang merupakan satu-satunya anggota perempuan dalam Tim Dersten. 

Dapat disimpulkan bahwa perkuliahan secara daring ini tidak menghentikan siapapun untuk berprestasi, selalu ada jalan untuk mereka yang mau mencari dan tak pernah berhenti. Pesan singkat diberikan oleh Agasta Amaliya untuk tetap semangat kepada adik tingkat yang mungkin ingin mengikuti jejaknya, “Semangat terus, cari dan gali potensi diri karena kita masing-masing pasti tau punya suatu kelebihan. Kita cari tau dengan mengikuti lomba, dari lomba itulah kita tau seberapa jauh kemampuan kita. Ketika kita merasa kurang, ayo kita cari acuan lagi dan semangat lagi supaya ada perbaikan dalam diri.” (LN/UWK)

 

UII Gelar 3 International Conference - Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII

Fakultas Teknologi Industri UII berkolaborasi dengan Fakultas Ekonomi UII di bawah naungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII mengadakan UIC (UII International Conference) pada Rabu (23/10) di Royal Ambarukmo Hotel Yogyakarta. Conference ini mengusung tema Industry 4.0 dan merupakan gabungan antara 3 konferensi berbeda.

Konferensi pertama yakni ICET4SD (International Conference on Engineering Technology for Sustainable Development) yang merupakan event 2 tahunan dan menghadirkan 4 keynote speakers yaitu Assoc. Prof. Tomohiko Igasaki dari Kumamoto University, Jepang, Prof. Pedro Miguel Ferreira Martins Arezes dari University of Minho Portugal, Prof. Wisnu Jatmiko dari UII, dan Prof. Dato’ Dr. Abu Abdullah dari Universiti Teknikal Malaysia Melaka.

Sedangkan konferensi ke dua yakni IBITeC (International Biomedical Instrumentation and Technology Conference) yang pertama diselenggarakan oleh Prodi Teknik Elektro UII. Tiga keynote speakers yang dihadirkan yakni Prof. Udantha Abeyratne dari Queensland University, Australia, Assoc. Prof. Tomohiko Igasaki dari Kumamoto University, Japan, dan Assoc. Prof. Norlaili binti Mat Safri dari Universiti Teknologi Malaysia.

Konferensi terakhir yakni 3rd UII-iCabe (UII International Conference on Accounting, Business and Economics) dengan 4 keynote speakers seperti Prof. Phil Hancock dari University of Western Australia, Prof. Abdul Ghafar Ismail dari Kolej Pengajian Islam Johor, Prof. Hadri Kusuma dari UII, dan Dr. Halim Alamsyah dari Lembaga Penjaminan Simpanan.

Disampaikan Direktur DPPM UII, Dr.Eng. Hendra Setiawan, S.T., M.T bahwa UIC merupakan pilot project yang diharapkan menjadi event besar seminar ilmiah berskala internasional. “Seluruh makalah ilmiah yang masuk akan dipublikasikan pada berbagai publisher ternama yang telah terindeks oleh jurnal seperti Scopus, Clarivate Analytics, IEEE dan jurnal baik nasional maupun internasional yang telah melakukan perjanjian partnership dengan masing-masing seminar internasional”, imbuhnya.

Setidaknya terdapat 200 makalah yang masuk dari berbagai negara seperti Jepang, Portugal, Sri Lanka, Cina, Irak, Malaysia, Thailand dan juga Indonesia. Makalah ini kemudian ditinjau secara objektif oleh reviewer dari beberapa negara. Untuk Acceptance Rate ICET4SD ke-3 dan IBITeC pertama ini adalah sekitar 70% dan 60%. makalah yang diterima dan disajikan ICET4SD akan diterbitkan dalam seri Prosiding IOP, dan makalah yang terpilih akan diteruskan untuk diterbitkan dalam jurnal terpilih (JMES(Q2) dan JAMT (Q3)) sedangkan untuk IBITeC akan dipublikasikan secara online.

UII ICABE akan memilih 120 makalah terbaik untuk dipublikasikan di jurnal bereputasi. Semua skema publikasi akan dikirimkan ke basis data indeks internasional utama demi memastikan artikel/makalah memiliki visibilitas yang baik secara internasional.

Topik Menarik Konferensi

Pembicara, Norlaili dari UTM menjelaskan mengenai I-Stress apps yang sedang dikembangkannya. I-Stress apps adalah alat yang dapat membantu masyarakat dalam mendeteksi CVD (Cardiovascular Disease). CVD merupakan penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah.

“Masyarakat yang mengalami CVD sudah harus mendapatkan pertolongan secepatnya di rumah sakit. Aplikasi ini dapat mendeteksi dan menyarankan kita kapan kita harus pergi ke rumah sakit tanpa harus menunggu kondisi gawat darurat”, jelasnya.

Cara kerjanya adalah pengguna memasukkan data seperti berat badan, umur, jenis kelamin, dan heart rate yang membutuhkan GPS, Stopwatch dan menggunakan smartphone PPG (photoplethysmorgram) untuk menghitung kecepatan nadi. Setelah itu akan muncul output yang akan menggambarkan apakah kondisi kita masih dalam keadaan sehat, disarankan untuk berkonsultasi ke dokter dan benar-benar harus mengunjungi dokter.

Sementara itu, pembicara lainnya Prof. Hadri Kusuma menjelaskan fungsi IT Governance untuk membantu pemimpin perusahaan dalam tanggung jawab mereka memastikan tujuan IT tersebut sudah sesuai dengan bisnis mereka, dapat memberikan nilai, dan dapat menghitung performa serta risiko.

Di sisi lainnya, pembicara Abu Abdullah mengatakan bahwa ada beberapa trends di bidang manufacturing di antaranya ada automated manufacturing system, computer integrated manufacturing, agile manufacturing, E-Manufacturing, digital manufacturing, Intelligent manufacturing dan smart manufacturing. Ia juga menjelaskan ada beberapa kualifikasi dan kemampuan yang penting untuk dimiliki di era ini.

Pengetahuan paling penting yakni tentang ICT (informasi dasar tentang teknologi dan mampu untuk berinteraksi dengan komputer dan robot, kemampuan untuk bekerja dan mengolah data (kemampuan untuk mengolah dan menganalisis data serta mengetahui ilmu dasar statistika), mengerti secara teknikal (memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai aktivitas seputar manufacturing dan mengerti teknologi) dan yang terakhir memiliki personal skill yang baik seperti mampu membuat keputusan. (DRD/ESP)

Sumber : uii.ac.id

Isu saham - Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII

Akhir – akhir ini dalam dunia keuangan sedang dihebohkan mengenai masalah pemotongan gaji menteri di Malaysia. Dilansir dari beberapa sumber pemotongan gaji sebesar 10% ini merupakan tindakan penghematan sekaligus untuk membiayai utang negara. Perdana Menteri Malaysia menyatakan bahwa utang negara mereka sudah membengkak dan mencapai angka 1 Triliun Ringgit atau 3500 Triliun Rupiah jika di kurskan ke mata uang rupiah. Sehingga diperlukan cara untuk mengurangi hutang yang sudah membengkak ini. Menurut Mahathir, jika terjadi permasalahan seperti ini ia akan melakukan cara yang sama seperti yang telah diterapkan sebelumnya di tahun 1981 pada saat ia menjabat sebagai menteri juga. Selain itu, pemotongan gaji menteri ini dipilih juga bertujuan untuk membantu keuangan negara dan mengurangi pembelanjaan pemerintah. Dengan begitu, apakah Indonesia perlu menerapkan hal yang sama seperti Malaysia?

Tak dipungkiri dalam membiayai kegiatan operasionalnya, pemerintah memerlukan dana yang cukup besar. Sumber dana yang diperoleh bisa berasal dari pendapatan negara dan pinjaman atau utang. Dalam Kompas.com, Sri Mulyani Ramainya perbincangan mengenai utang pemerintah mengundang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat bicara. Dia pertama-tama mengajak masyarakat memahami terlebih dahulu utang sebagai satu dari sekian instrumen pengelolaan keuangan dan perekonomian negara.

“Dalam konteks keuangan negara dan neraca keuangan pemerintah, banyak komponen lain selain utang yang harus ikut diperhatikan,” kata Sri Mulyani menyatakan bahwa sebetulnya ia tak menyukai yang namanya berutang, tetapi bagaimana jika belanja pemerintah lebih besar dibandingkan pendapatannya? Menteri keuangan terbaik di Asia Pasifik ini menyatakan bahwa upaya terbaik untuk menanggulangi kejadian seperti ini adalah mengurangi rasio utang dengan cara meningkatkan pendapatan Negara.

Dalam konteks keuangan negara dan neraca keuangan Pemerintah, banyak komponen lain selain utang yang harus juga diperhatikan. Dengan demikian kita melihat masalah dengan lengkap dan proporsional. Misalnya sisi aset yang merupakan akumulasi hasil dari hasil belanja Pemerintah pada masa-masa sebelumnya. Nilai aset tahun 2016 (audit BPK) adalah sebesar Rp5.456,88 triliun. Nilai ini masih belum termasuk nilai hasil revaluasi yang saat ini masih dalam proses pelaksanaan untuk menunjukkan nilai aktual dari berbagai aset negara mulai dari tanah, gedung, jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit dan lainnya.

Hasil revaluasi aset tahun 2017 terhadap sekitar 40 persen aset negara menunjukkan bahwa nilai aktual aset negara telah meningkat sangat signifikan sebesar 239 persen dari Rp781 triliun menjadi Rp2.648 triliun, atau kenaikan sebesar Rp1.867 triliun. Tentu nilai ini masih akan diaudit oleh BPK untuk tahun laporan 2017. Kenaikan kekayaan negara tersebut harus dilihat sebagai pelengkap dalam melihat masalah utang, karena kekayaan negara merupakan pemupukan aset setiap tahun termasuk yang berasal dari utang.

Dilansir dari KOMPAS.com, menurut Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan Indonesia sesungguhnya memungkinkan jika pembangunan di Indonesia dilakukan tanpa menggunakan hutang. Namun tentu ada kosekuensi nya, yaitu akan banyak anggaran yang akan dipangkas. Dia juga mencontohkan penerimaan negara tahun 2017 sebesar Rp 1.736 triliun, dan belanja negara sebesar Rp 2.133,2 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran pada 2017 diperkirakan Rp 397,2 triliun atau 2,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jika ingin Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tanpa utang maka Kementerian Keuangan harus memotong sekitar Rp 397,2 triliun. Adapun hingga Juni 2017, utang pemerintah tercatat mencapai Rp 3.706,52 triliun. Padahal, di sisi lain, banyak kementerian dan lembaga yang meminta peningkatan anggaran dalam pos mereka masing-masing. Ibu Sri Mulyani juga menghimbau, masyarakat agar tak khawatir terhadap kebijakan pemerintah untuk berutang. Sebab,utang merupakan responsibility choice dan strategi agar keuangan negara tetap stabil, namun seluruh kebutuhan masyarakat tetap bisa terpenuhi.

Teuku Erry R N Sosok yang supel dan easy going adalah pribadi yang ditemukan dalam diri Teuku Erry Rubihamsyah atau yang kerap disapa Eyyi. Sejak lahir hingga sekarang Eyyi masih tinggal di kota kelahirannya yaitu Kebumen. Masa kecilnya pun sama layaknya anak-anak sebayanya karena orang tua Eyyi tidak terlalu suka mengekang anaknya. Eyyi pun tumbuh dengan kebebasan dan terbiasa menentukan pilihannya sendiri. Dalam bidang pendidikan contohnya, Eyyi mengaku tidak pernah diarahkan orang tuanya untuk memilih bidang studi yang ia harus ambil, jadi alumni program studi Manajemen ini memilih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) sebagai kampusnya. “Hidup ini mengalir saja tidak perlu muluk-muluk, sesuai dengan kesanggupan diri saja” imbuhnya. Read more

Sri Hascaryo N Sukses adalah dambaan setiap orang. Tidak ada satu orangpun yang menginginkan kegagalan dalam hidupnya. Untuk mencapai prestasi kesuksesan dalam hidup seseorang harus terlebih dahulu mempunyai tujuan hidup. Karena perjalanan menuju kesuksesan yang dijalani setiap orang pastinya berbeda-beda caranya. Dan tujuan hidup itu yang mendampingi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Perjalanan karir menuju kesuksesan dari Sri Hascaryo bisa menjadi salah satu panutan. Pria kelahiran Yogyakarata, 8 Oktober 1963 ini merupakan salah satu alumni Program Studi Manajemen yang pada saat itu bernama Ekonomi Perusahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) dan juga merupakan lulusan Fakultas Hukum salah satu PTN di Yogyakarta dan akrab dipanggil Yoyok. Read more

bnsp Sejumlah 20 dosen dan 7 pustakawan  Universitas Islam Indonesia (UII) dinyatakan lulus untuk memperoleh sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Raihan ini dinilai sejalan dengan komitmen UII dalam mempersiapkan tenaga ahli professional di berbagai bidang khususnya menghadapi diberlakukannya ASEAN Community.

Demikian disampaikan Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. saat menyerahkan sertifikat kompetensi dari BNSP kepada para dosen dan pustakawan di Gedung Rektorat UII, Jum’at (19/2). Turut hadir dan menyaksikan pada penyerahan sertifikat Wakil Rektor II UII, Dr. Drs. Nur Feriyanto, M.Si. dan Direktur Direktorat Organisasi dan Sumber Daya Manusia UII, Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc.

Sertfikasi pustakawan tidak lain juga merupakan komitmen UII untuk meningkatkan mutu pelayanan yang profesional, mengingat perpustakaan UII merupakan sumber informasi akademik bagi sivitas akademika UII. Sementara, sertfikasi yang diterima para dosen UII kali ini merupakan sertifikasi asesor kompetensi dimana hal ini sejalan dengan upaya UII yang sedang merintis Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), yang saat ini juga sudah dalam proses lisensi BNSP.

Disampaikan Ketua Program Studi DIII Analis Kimia UII, Thorikul Huda, M.Sc., yang juga terlibat langsung dalam pendirian LSP UII, asesor kompetensi selanjutnya akan mengembangkan skema sertifikasi di masing-masing Fakultas atau Program Studi.  Skema sertifkasi yang akan didesain oleh LSP UII ini diarahkan pada skema kualifikasi yang sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Saat ini seperti dituturkan Thoriqul Huda, skema sertifikasi yang sedang dalam proses verifikasi oleh BNSP adalah skema kualifikasi 5, yakni skema sertifikasi untuk tenaga penguji laboratorium dengan menggunakan acuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 347 tahun 2015 tentang Penetapan SKKNI Bidang Jasa Laboratorium Terjemahan Australian Laboratory Operations Training Package (MSL09).

“Adapun penerapan skema mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 79/M-DAG/PER/9/2015 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Tenaga Penguji Laboratorium,” ungkap Thoriqul Huda.

 

 

2016.02.19. dosen dan pustakawan uii peroleh sertifikat kompetensi dari bnsp (2)

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : www.uii.ac.id

Perpus Perpustakaan sebagai jantung ilmu pengetahuan kini menghadapi gelombang perubahan yang tidak terbendung. Salah satunya yakni proses digitalisasi informasi yang berlangsung sangat cepat. Di era digital, masyarakat dapat mengakses informasi dan pengetahuan dengan mudah di mana pun mereka berada tanpa harus berkunjung ke perpustakaan. Oleh karenanya, perpustakaan yang masih bertahan pada layanan konvensional diprediksi akan mengalami kesulitan. Untuk itu, perpustakaan dituntut untuk terus mengembangkan diri, baik dari segi sistem informasi, sarana prasarana, layanan, hingga kompetensi sumber daya manusianya.

Sebagaimana tergambar dalam acara Seminar Nasional “Menuju Perpustakaan Sebagai Knowledge Enterprise” yang diadakan oleh Direktorat Perpustakaan UII pada Kamis (15/10). Seminar yang diadakan di Ruang Auditorium, Lantai 2, Gedung Perpustakaan pusat UII ini banyak dihadiri oleh pustakawan, dosen, kalangan umum, serta pemerhati perpustakaan dari berbagai wilayah di Indonesia.

Disampaikan oleh Direktur Perpustakaan UII, Joko Sugeng Prianto, SIP, M.Hum bahwa tujuan diadakannya seminar adalah untuk memperkenalkan paradigma baru kepada peserta tentang perpustakaan yang berbasis knowledge enterprise. Menurut Joko Sugeng Prianto, perubahan pola mengakses informasi yang kini sedang berlangsung hendaknya juga direspon dengan baik oleh perpustakaan dan SDM di dalamnya. “Saat ini perubahan sudah di depan mata, keberadaan perpustakaan harus merespon perkembangan zaman, tidak bisa stagnan”, katanya.

Pemateri seminar yang juga Wakil Rektor I UII, Dr.-Ing. Ilya Maharika, MA mengatakan saat ini di Barat muncul kegelisahan tentang bagaimana eksistensi perpustakaan ke depan. Sebab pola akses informasi masyarakat sudah sangat berubah seiring dengan digitalisasi informasi. Oleh karena itu, mulai dipikirkan konsep pengembangan perpustakaan yang berbasis knowledge enterprise.

Konsep tersebut membawa makna adanya integrasi teknologi informasi ke dalam layanan dan pembangunan sistem perpustakaan yang mampu mengelola informasi dan ilmu pengetahuan secara optimal. “Jadi ketika user membutuhkan informasi tertentu, sistem yang ada di perpustakaan siap merespon hal itu dengan mengarahkan user untuk memperoleh hal yang ingin dicarinya secara spesifik”, terangnya. Perpustakaan ke depan diprediksikan akan menjalin kemitraan secara kolaboratif dengan berbagai sektor dan lembaga.

Pembicara lain, Dra. Sri Sumekar, M.Si dari Pusat Preservasi Bahan Pustaka, Perpusnas RI menilai perpustakaan yang maju tidak hanya berbicara sistem namun juga kemampuan pustakawan sebagai pengelola informasi. “Saat ini tidak berlaku lagi istilah, tidak ada pengunjung, pustakawan menganggur namun bagaimana pustakawan harus rajin menjemput bola”, katanya.

Pembangunan profesionalisme pustakawan menurutnya dapat dimulai lewat program sertifikasi profesi pustakawan yang tengah digarap oleh lembaganya. Ia juga menekankan perlunya inovasi layanan perpustakaan yang ramah dan mendengarkan kebutuhan pengguna.

sumber: www.uii.ac.id