Tantangan Implementasi Keuangan Syariah di Era Revolusi Industri
Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., PhD sebagai key note speaker membawakan judul Revolusi Industri 4.0 yang pada awalnya bermula pada tahun 2011 di Jerman, yang dimana revolusi industri sendiri menurut Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., PhD berkarakteristik disruptive technology, big data, dan artificial technology. Sedangkan, Prof. Dr. Hadri Kusuma yang merupakan salah satu key note speaker membawakan judul “Revolusi Indutri 4 Dan Profesi Akuntansi” sebagai materi yang dibawanya. Pada materi ini dijelaskan bahwa Revolusi Industri 4.0 merupakan Revolusi Industri yang ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, cloud computing, sistem big data, rekayasa genetika dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak (The Fourth Industrial Revolution by Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum). Namun Revolusi Industri sendiri memiliki beberapa ancaman diantaranya adalah secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1–1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025, karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist) dan diestimasi bahwa di masa yang akan datang 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini (US Department of Labor report). Selain memiliki ancaman, revolusi industri juga memiliki peluang seperti era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan jumlah tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025, serta terdapat potensi pengurangan emisi karbon sekitar 26 miliar metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9 miliar), dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World Economic Forum). Prof. Dr. Hadri Kusuma menyampaikan pada akhir materinya bahwa “Perubahan itu adalah sebuah keniscayaan. Manfaaatkan atau jadi korban adalah sebuah pilihan dan teknologi itu hanya alat seperti istilah a man behind the gun, bahwa yang terpenting adalah siapa yang menggunakan alat tersebut.”