Guna Keberlanjutan Bisnis di Masa Depan, Prodi Manajemen FBE UII Adakan Workshop Internasional
Rabu (18/01), Prodi Manajemen International Program Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) mengadakan International Workshop bertajuk ‘Digital Transformation for Business Sustainability’. Prodi Manajemen IP mengundang para speakers yang luar biasa, yakni Prof. Sophia P. Dimeli, Department of Informatics perwakilan dari Athens University; Arief Rahman, S.E., M.Com., Ph.D. ,Head of Study Program – Master of Accounting UII; Hendro Setyono, S.E., M.Sc., Head of Student Affairs and Business Incubation KUBI Universitas Ahmad Dahlan (UAD), beserta Dr. Dessy Isfianadewi selaku moderator.
Workshop dibuka dengan sambutan oleh Dekan FBE UII, Johan Arifin, S.E., M.Si., Ph.D., CFrA, CertlPSAS. “The development of technology forces company to continue to adapt to their finance,” ucap Johan di awal sambutannya. “Through digital transformation, the management of the companies can get the new perspective in managing companies.” “In Indonesia, many companies that followed the digital transformation process,” lanjutnya
Dessy mengungkapkan bahwa saat ini kita berada di era ‘New Normal’. Setelah pandemi Covid-19, kita menghadapi transformasi digital. “Pada acara kali ini, kita akan belajar tentang bagaimana transformasi digital dalam ‘business sustainability’ dan bagaimana cara pengusaha agar usahanya tetap bertahan dan berlanjut dengan dampak dari pandemi Covid-19,” jelasnya.
Sophia mengawali dengan memaparkan makna dari transformasi digital. Menurutnya, transformasi digital merupakan proses adaptasi teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerja dalam sebuah pekerjaan. Digitalisasi adalah pendorong utama dari masa depan aspek ekonomi apa pun. Hal ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan juga meningkatkan produktivitas, tetapi dapat membawa tantangan seperti kurangnya keterampilan digital, masalah perlindungan data, dan risiko keamanan siber.
Arief membahas mengenai ‘Issues of Digital Divide in Digital Transformation’. “Digitization actually merely transforms the analog information into the digital form. While the digitalization is more advanced than digitization, reconfiguration of processes and systems,” papar Arief. “The digitalization itself is the most comprehensive and it requires not just adopting technology, but also the change of the organization,” tambahnya.
Dimensi dalam digital transformation mencakup strategi, organisasi, budaya, teknologi, customer, dan people. Keenam dimensi tersebut perlu diubah menjadi ‘bisnis baru’ sehingga seluruh komponen yang terdapat di organisasi dapat bergerak maju bersama dengan selaras. Hal tersebut dapat tercapai dengan mengubah proses dan sistem serta kepemimpinan, begitu pula dengan budaya organisasi.
Hendro juga menyampaikan berbagai dampak yang terjadi pada bisnis ketika pandemi Covid-19. Tak sedikit berbagai bisnis juga perlu beradaptasi dengan teknologi agar dapat mencapai para konsumennya sehingga kemajuan teknologi sangatlah berperan penting pada perkembangan bisnis di era digital saat ini.
“The speakers mentioned sustainability development, which means the need to modernize the economy to correct the imbalance. Digital and business are key drivers for the future of economic,” pungkas Dessy sebagai penutup workshop pada siang hari itu. (NARD/ANZ)