Sebagai salah satu perguruan tinggi Islam di Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia (UII) berkomitmen untuk menebarkan manfaat dan memberi pilihan dalam berpendidikan bagi anak bangsa yang tentunya berpedoman pada nilai-nilai islami. Sejalan dengan hal tersebut, UII bersama salah satu fakultasnya, yakni Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) mengusung program studi baru yaitu Program Studi Ilmu Manajemen Program Doktor yang kemudian dibahas dalam kegiatan visitasi, Jumat (22/10).

Dalam usahanya untuk terus menebarkan manfaat, ada beberapa hal yang menjadi capaian bagi pelaksanaan program studi baru. “Pendidikan ini berpedoman pada nilai-nilai teguh yang dianut oleh Universitas Islam Indonesia dan menyediakan resources yang baik untuk bangsa. Selama ini, segala usaha telah diupayakan, mulai dari pendidikan dan pelatihan dengan skala yang lebih baik,” ujar Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., Ketua Umum Badan Waqaf UII. 

Dalam pemaparannya, Muafi menjelaskan beberapa fokus utama yang akan menjadi keunikan dan keunggulan Program Studi Ilmu Manajemen Program Doktor yaitu seperti pengembangan keilmuan, kajian capaian pembelajaran dan kurikulum program studi sejenis. Dalam keterangan lebih lanjut, dijabarkan pula keunikan prodi baru ini yaitu unggul dalam keilmuan, berwawasan global dan islami. “Kami juga menetapkan karakteristik lulusan Prodi Ilmu Manajemen Program Doktor, diantaranya yakni dewasa, profesional, bijak, dan sederhana,” tambahnya. “Jurusan akan berfokus pada pengembangan dosen. Sedangkan Program studi akan fokus pada pengembangan pendidikan untuk pembelajaran mahasiswa,” lengkapnya.

Dalam upayanya untuk mengusung prodi baru ini, FBE UII juga telah melakukan studi banding dengan tiga program studi sejenis secara daring, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sultan Agung (Unissula), dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dengan berbagai pertimbangan yang sesuai arah serta visi dan misi FBE UII. “Adanya kendala dan halangan seperti pandemi saat ini bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan studi banding,” tuturnya.

Muafi kembali melengkapi terkait profil lulusan yang ingin dicapai dari Program Studi Ilmu Manajemen Program Doktor ini. “Profil lulusan yang ingin dicapai adalah Insan Ulil Albab yang berkepribadian islami, berpengetahuan integratif, berkepemimpinan progresif, dan berketerampilan transformatif,” pungkasnya. (FSR/HAN)

Pandemi memperkenalkan dunia pendidikan kepada beberapa metode pembelajaran daring, yakni sinkron dan asinkron. Metode pembelajaran sinkron memindahkan dari kuliah tatap muka ke kuliah tatap maya. Ketika bicara tentang perkuliahan daring, banyak sekali tantangan yang dihadapi baik dari mahasiswa maupun dosen pengajar. Berbeda dengan kuliah sinkron, saat kuliah tatap muka dosen dapat melihat jelas wajah dan gerak-gerik mahasiswa serta mengetahui seberapa jauh antusiasme mahasiswa selama pembelajaran saat kuliah tatap muka. “Kalau kuliah tatap maya, mahasiswa cenderung mematikan kamera dengan berbagai alasan dan dosen tidak tahu apakah mahasiswa benar-benar mengikuti kelas atau tidak” ujar Ahmad Raf’ie Pratama selaku pemateri Workshop Pembelajaran Daring pada Sabtu (16/10).

Atensi dari mahasiswa dinilai cukup penting untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, kuliah asinkron dapat menjadi alternatif dari adanya kuliah sinkron atau kuliah tatap maya. Kuliah ini dapat berupa belajar mandiri yang dimana mahasiswa belajar dengan panduan yang dosen berikan dan belajar secara kolaboratif dimana mahasiswa berkolaborasi antara satu dengan yang lainnya. Metode pembelajaran asinkron memiliki banyak teori baik di bidang ilmu kognitif maupun di bidang ilmu pembelajaran. “Dalam practice theory of learning, pembelajaran berbasis teknologi multimedia atau video memiliki aspek-aspek kognitif yang perlu kita pahami menyangkut proses integrasi antara materi baru yang akan diterima mahasiswa dan materi lama yang sudah dimiliki,” jelas Raf’ie.

Ada beberapa konsep untuk merancang materi pembelajaran asinkron seperti yang sudah dijelaskan oleh Ahmad Raf’ie yaitu Cognitive Theory of Multimedia Learning, Three Main Assumptions, Human Memory in Learning, dan masih banyak lagi. Ketiga proses pembelajaran tersebut merupakan proses aktif bukan pasif. Pembelajaran akan berjalan secara efektif jika dalam prosesnya mahasiswa tidak lagi melakukan pembelajaran dengan metode yang tradisional.

Metode traditional classroom untuk pembelajaran daring kurang cocok karena mahasiswa cenderung pasif sehingga metode flipped classroom yang sifatnya aktivitas dinilai lebih cocok bagi mahasiswa.  Metode flipped classroom menuntut mahasiswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun berkelompok dan dosen sebagai fasilitator. Video pengantar sebelum kelas menjadi media yang bagus untuk metode tersebut.

Dosen pengajar dapat memanfaatkan berbagai media untuk mengimplementasikan inovasi metode pembelajaran daring asinkron, seperti panopto dan youtube. Selain itu, dosen pengajar juga dapat memanfaatkan permainan edukatif seperti quizizz, kahoot, dan padlet untuk menciptakan suasana belajar yang baru. “Panopto menurut saya media yang cukup efektif untuk kelas asinkron karena dosen bisa mengetahui engagement mahasiswa terhadap video yang kita sajikan” ujar Raf’ie. Di akhir workshop, Raf’ie menjelaskan terkait pembelajaran asinkron terencana yang bisa diaplikasikan oleh dosen-dosen pengajar Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII ke depannya. (MZH/EL)

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu kegiatan yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI) Republik Indonesia untuk menggali potensi mahasiswa dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya di perkuliahan kepada masyarakat luas. Program ini sudah berjalan selama 34 tahun dan hingga saat ini Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia berkomitmen untuk terus berkontribusi demi menghasilkan karya dan inovasi yang berkualitas.

Menanggapi hal tersebut, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan sosialisasi PKM 2021 ‘Mencipta Inovasi, Menebar Inspirasi’ secara daring pada Jumat (10/08) dan menghadirkan Arif Fajar Wibisono, SE., M.Sc serta Andriyastuti Suratman, S.E., M.M., CHRMP sebagai pembicara. Sosialisasi tersebut diikuti secara antusias oleh 295 mahasiswa/i FBE UII.

“PKM merupakan salah satu aktivitas yang memiliki bobot terbesar dalam perangkingan perguruan tinggi oleh KEMDIKBUD/Dirjen DIKTI dan vokasi. PKM menjadi agenda prestisius kompetisi nasional mahasiswa dan sebagai tolak ukur mahasiswa. Selain itu, PKM mendorong budaya berkompetisi dan berkegiatan ilmiah di kalangan mahasiswa,” tutur Arif. PKM ini menjadi langkah awal untuk mahasiswa agar dapat melangkah menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). PIMNAS sendiri menjadi wadah dan forum diskusi tentang masalah-masalah yang tengah terjadi di tengah masyarakat.

“Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menuju PIMNAS, diantaranya yaitu pelaksanaan PKM yang baik, mulai dari detail perancangan sampai implementasi sesuai proposal, dokumentasi seperti logbook, laporan kemajuan, laporan akhir, hingga artikel,” jelas Arif. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa output yang dihasilkan perlu diperhatikan dengan cermat, baik dari segi kreativitas produknya, maupun publikasi artikel ilmiahnya.

Andriyastuti Suratman, SE., MM. menjelaskan bagaimana ketentuan terhadap Kompetisi Penulisan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa 2021. Ketentuan yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa aktif  FBE UII yang tidak sedang menempuh tugas akhir dan diperbolehkan lintas disiplin ilmu atau lintas angkatan. Terdapat delapan skema untuk kompetisi penulisan proposal. Namun, untuk tingkat FBE pada saat ini diwadahi hanya empat skema yaitu PKM Penelitian, PKM Kewirausahaan, PKM Pengabdian Masyarakat dan PKM  Gagasan Tertulis.

Andriyastuti menjabarkan empat buku pedoman yang dapat menjadi acuan dalam pembuatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yang telah dijelaskan secara detail bagaimana sistematika format penulisan umum proposal yang baik, seperti penyebutan nama yang ditulis lengkap, tipe huruf, jarak teks, layout dan halaman inti yang maksimal 10 halaman.

“Ini bukan sekedar kita mempunyai mimpi lalu mengawang-awang. Namun, berangkat dari kondisi yang realistis seperti apa,” ujar Andriyastuti. Dalam hal ini, diharapkan dari Program Kreativitas Mahasiswa ini dapat menghasilkan konsep perubahan atau pengembangan. (NFF/AD)

Teknologi Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan salah satu teknologi yang sekarang ini sangat diperlukan untuk membantu berbagai jenis pekerjaan mulai dari sales, purchasing, akuntansi, inventaris, dan kolaborasi kini harus saling berkoordinasi demi mencapai hasil pekerjaan yang maksimal. Teknologi Enterprise Resource Planning (ERP) dipercaya bisa menjadi solusi dari kepemilikan yang melanda perusahaan. Layanan tersebut mampu menyuguhkan laporan bisnis dari interaksi secara real time sehingga koordinasi antar departemen bisa berjalan lebih efektif dan efisien.

Untuk menjawab hal tersebut, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan acara Business Simulation (ERP) Competition. (02/10) Kegiatan ini dipimpin oleh Istyakara Muslichah, S.E. MBA dan di pandu oleh Fajar Andriansyah. Acara ini berlangsung secara daring, para peserta diharuskan untuk bergabung kedalam link zoom yang telah disediakan oleh panitia, setelah itu mereka dibagi menjadi beberapa kelompok.  Para peserta diwajibkan untuk menyalakan kamera serta fokus dalam team atau grup masing-masing. Bobot penilaian Business Simulation (ERP) Competition meliputi: Sales 25%, Produksi 15%, MAP 25%, Profit 35%, Penalti -100%. 

Business Simulation pada awalnya merupakan serangkaian kegiatan yang ada pada mata kuliah Enterprise Resource Planning (ERP). “Ketika di kelas ERP, kita menjalankan Business Simulation tetapi hanya sampai 3 periode sedangkan sekarang kita akan mengembangkan simulasi tersebut sampai dengan 6 periode,” ujar Istyakara. Harapannya, Business Simulation ini dapat mengarahkan para mahasiswa yang mempunyai ketertarikan terhadap ERP dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk simulasi sebelum masuk ke dunia kerja. Istyakara menambahkan, “Pada Business Simulation kita memberikan situasi yang berbeda jadi harapannya teman-teman bisa mengambil keputusan sendiri terhadap perusahaan yang dijalankan”.

Kegiatan ini penting untuk menjaring mahasiswa yang berbakat dalam bidang ERP untuk mewakili Universitas Islam Indonesia di kancah nasional dan internasional ataupun bisa mendaftar sebagai Asisten Laboratorium. Keuntungan yang nantinya akan didapatkan oleh mahasiswa adalah ketika mereka telah lulus menempuh pendidikan di Universitas Islam Indonesia, mereka dapat menjadi bagian atau bergabung dalam ERP Universitas Indonesia. Ada lima kelompok yang lolos dalam lomba internal Business Simulation Competition ERP ini, yaitu ada Acalapati, Classy, Avengers, Infinity, J-Team. 

“Kriteria untuk menjadi pemenang dalam Business Simulation ini yaitu profit terbesar di akhir periode permainan, purchasing rata-rata terendah moving price untuk semua jenis buah, kualitas tertinggi untuk semua produk, dan penjualan kuantitas tertinggi pada semua produk,” tutur Istiyakara. Disini para peserta diberi waktu sekitar dua puluh menit. Dan akhirnya yang maju ke babak finalis yaitu tim Acalapati, J-team, dan Avengers. Kemudian dilanjutkan untuk perlombaan ini dan untuk juara 3 yaitu tim Acalapati mendapatkan hadiah sebesar Rp 600.000 dengan total poin sebesar 189, untuk juara 2 yaitu J-team mendapatkan hadiah sebesar Rp 800.000 dengan skor 193,25. Kemudian untuk juara 1 diperoleh Tim Avenger mendapatkan hadiah sebesar Rp 1.000.000 dengan skor 195,75. (AAR/SAR) 

Istilah Generasi Z sudah tidak begitu asing lagi untuk didengar di era digital. Generasi Z ini mencakup golongan orang-orang yang lahir antara tahun 1995 hingga tahun 2010. Generasi Z juga disebut dengan mobile generation dimana dalam menjalankan aktivitas kehidupannya, generasi ini cenderung lebih banyak bergantung pada perangkat smartphone. Aktivitas tersebut juga berpengaruh terhadap bagaimana bisnis berkembang akhir-akhir ini.

“Di akhir 2020 muncul istilah industri 5.0 dimana industri 5.0 akan fokus terhadap kustomisasi dan cyber physical,” ujar Bagus Panuntun, Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia dalam penjelasannya yang membandingkan fokus bisnis yang berjalan saat ini dengan era 4.0 yang cenderung fokus pada cyber, (23/10). Hal ini penting untuk dipikirkan kembali bagi para pebisnis khususnya generasi muda sebagai salah satu dasar dalam membangun bisnis yang sesuai dengan kebutuhan pasar di era industri saat ini.

“Menurut data Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) OPUS, kontribusi Industri kreatif khususnya didorong oleh generasi muda yang usianya 20 hingga 25 tahun menghasilkan revenue atau PDB sekitar Rp1.105 triliun dan saat ini kontribusinya masih cukup kecil di angka 7,4%,” jelas Bagus. Pendapatan dari sektor industri kreatif ini juga berkontribusi besar terhadap pendapatan Indonesia dimana saat ini berada di posisi ketiga terbesar dalam menyumbang pendapatan negara. Dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan, kontribusi industri kreatif ini akan terus  berkembang dan banyak diwarnai oleh Generasi Z .

Sebagai mahasiswa ada beberapa hal yang perlu dicermati untuk membangun bisnis kreatif di era 5.0. Sebagai persiapan membangun bisnis di masa depan, mahasiswa dapat memanfaatkan program yang ditawarkan kurikulum sebagai langkah meng-upgrade diri seperti program Kampus Merdeka. Tips yang kedua adalah skema pembelajaran Capstone Entrepreneurship yang merupakan tugas akhir rancang bangun bisnis pengganti skripsi. Tips ketiga adalah memanfaatkan ko-kurikulum yang artinya program pembangunan kewirausahaan seperti incubator, bisnis, teknologi, dan akselerator bisnis. Tips keempat adalah memanfaatkan ekosistem kewirausahaan yang ada di kampus. 

Untuk mengakhiri, Bagus menambahkan, “Hal yang pasti dirasakan oleh seseorang yang membangun bisnis tidak terlepas dari naik turunnya perjalanan bisnis tersebut. Mengikuti beberapa tahapan yang terjadi dan meningkatkan skills merupakan upaya yang dapat dilakukan agar bisnis berjalan dengan sukses”. Mengingat adanya teknologi digital, mau tidak mau semua orang merasakan dampaknya dan harus ikut serta menggunakannya agar mengerti bagaimana kehidupan dunia khususnya dalam bisnis. (AR/PIO)

Pajak telah menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang cukup besar. Karenanya di tengah pandemi Covid-19, negara telah menggelontorkan berbagai kebijakan perpajakan untuk menyiasati perekonomian. Berkaitan hal ini Program Studi Magister Akuntansi (Maksi) Fakultas Bisnis & Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah D.I. Yogyakarta menyelenggarakan National Conference on Accounting and Finance (NCAF) dengan tema Strategi dan Kebijakan Perpajakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, pada 29-30 September 2021.

Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini merupakan NCAF yang ke-5 dan mendapat atensi yang baik dari berbagai pihak. Dikemukakan Ketua Panitia 5th NCAF, Dr. Mahmudi, SE., M.Si., Ak., CA., CMA, pada Rabu (29/9), hal tersebut nampakt dari banyaknya universitas yang bergabung menjadi co-host, yakni sebanyak 20 universitas dari berbagai wilayah di Indonesia. Di sisi lain, jumlah paper yang dipresentasikan di konferensi nasional ini, yaitu sebanyak 116 paper.

“Peserta konferensi berasal dari berbagai universitas di Indonesia. Peserta konferensi juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,” tutur Dr. Mahmudi.

Dr. Mahmudi menambahkan, pelaksanaan konferensi nasional menghadirkan empat pembicara dengan kapabilitas yang sangat mumpuni dari perwakilan tokoh dari organisasi pemerintah, pelaku usaha, konsultan pajak serta akademisi yaitu Prof. Mardiasmo (Ketua Komite Pengawas Perpajakan), Yunipan Nur Yogananta, S.E., M.B.A. (Kabid Penyulahan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kanwil DJP DIY), Darussalam, S.E., Ak., CA., M.Si, LL.M.Int.Tax (Managing Partner Danny Darussalam Tax Center), dan H. Herry Zudianto, S.E., M.M. (Owner Margaria Group).

Membuka jalannya diskusi, Prof. Mardiasmo yang juga merupakan Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI memaparkan peran strategis Komite Pengawas Perpajakan dalam melakukan intensifikasi. Ia mengaku pihaknya fokus dan ingin mengembangkan ekonomi digital lebih jauh. Selain itu ada beberapa turunan intensifikasi dan ekstensifikasi yang lainnya. “Kelapa sawit, batubara, jasa keuangan, intensifikasi cukai, dan sebagainya,” tuturnya.

Prof. Mardiasmo menjelaskan, berkaitan dengan ekonomi digital, saat ini integrasi administrasi berbasis system IT. Terdapat empat tahap yang coba dilakukan. Pertama, interlocking system yang merupakan ikhtiar pengawasan dan saling mengingatkan wajib pajak. Kedua, integrasi data antar unit di Kemenkeu dan Kementerian Lembaga terkait untuk memudahkan pelayanan perpajakan. Dan ketiga, Big Data yang merupakan ladang informasi untuk melakukan pelayanan, pengawasan, dan penegakan hukum perpajakan.

Lebih lanjut dikemukakan Prof. Mardiasmo, dalam lingkup Kementerian Keuangan RI (Kemenku) dinyatakan tengah dikembangkan program sinergi. Hal itu tidak lain sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara peningkatan kredibilitas dan efektifitas APBN serta meningkatkan efisiensi layanan publik sehingga meningkatkan daya saing nasional. “Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan daya saing, meningkatkan kredibilitas dan efektifitas APBN, meningkatkan peringkat EODB Indonesia, dan sebagai penggerak efisiensi layanan public,” tandas Prof. Mardiasmo.

Sementara itu, Yunipan Nur Yogananta dalam pemaparannya menjabarkan dukungan APBN untuk memulihkan ekonomi skala nasional. Sebagaimana diketahui anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) naik 21 persen. “Anggaran ini akan difokuskan untuk efektivitas pemulihan ekonomi di lima bidang prioritas,” jelasnya.

Ia menjelaskan, dukungan APBN telah menyasar berbagai sektor. “Perlindungan sosial, UMKM dan Korporasi, Kesehatan, Program Prioritas, dan Insentif Usaha,” tutur Yunan. “Tidak cukup sampai di situ, insentif pajak juga diakui telah banyak digelontorkan untuk mengantisipasi dampak ekonomi ketika pandemic,” tambahnya.

Perpajakan di kala pandemi

Melanjutkan diskusi, Darussalam mencermati fenomena perpajakan di kala pandemic. “Kenapa sih harus ada revisi UU Perpajakan di tengah pandemi?” Menurutnya, ini adalah momentum untuk memutus persoalan fundamental perpajakan di Indonesia. Tidak cukup sampai di situ, ini juga sebagai langkah reformasi pajak yang selaras dengan teori dan praktik. Selain itu menurutnya, hal ini salah satu jalan untuk membantu pemulihan ekonomi, dan sebagai langkah untuk konsolidasi fiskal dan menuju disiplin defisit anggaran 3 persen pada tahun 2023.

Sehingga menurut Darussalam, ada tiga persoalan yang paling besar di dalam industri pajak di Indonesia. Di tahun 2020, tax ratio Indonesia hanya sebesar 8,94 persen. Dengan begitu menempatkan Indonesia pada urutan tiga terendah di kawasan Asia Pasifik. Tax Buoyancy selama satu dekade sebesar 0,83 persen. “Potensi pajak kita itu di tahun 2019 untuk pribadi sebanyak 58 persen yang belum didapatkan. Masalah yang terakhir yaitu sejak 2009, target penerimaan pajak tidak pernah tercapai,” jelanya.

Darussalam memaparkan, tax ratio sebesar 15 persen juga menjadi acuan Indonesia untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Merujuk pada IMF Medium Term Revenue Strategy Indonesia (2018), reformasi pajak yang ada berbentuk dua hal, administrasi dan kebijakan. Dari dua hal tersebut hanya memberikan tambahan tax ratio sebanyak 5 persen. “Bagaimana caranya kita mau mengejar pembangunan berkelanjutan, kalau tingkat kita masih ada di angka itu,” ungkap Darussalam.

Masih pemaparan Darussalam, terdapat instrumen pajak yang dapat dicoba di tengah pandemi yaitu Pajak Solidaritas, merupakan pungutan tambahan yang bisa berupa subjek, obyek, dan/atau tarif baru di luar ketentuan pajak yang sudah ada.

“Tarifnya antara 2,5 sampai 15 persen dari pendapatan. Ini merupakan jenis pajak sementara untuk mengatasi persoalan suatu bangsa. Sejarahnya di Amerika Serikat ketika perang dunia 1 dan 2 mencoba menggunakan instrumen ini untuk membiayai perangnya. Oleh karenanya, mungkin bagi pihak yang merasa banyak memiliki kekayaan atas bumi di Indonesia, ini bisa menjadi salah satu opsi yang bagus,” papar Darussalam.

Yang jauh lebih penting menurut Darussalam adalah kepastian hukum pajak. Banyak pertanyaan yang bertebaran bahwa apakah insentif tersebut benar-benar dibutuhkan? Hal itu dinilai sangat dibutuhkan karena akan menunjang kepercayaan investor ketika ingin melakukan investasi. “Ketika kita melakukan reformasi pajak, saya pikir hal itu yang harus dibenahi terlebih dahulu,” jelasnya.

Keberhasilan maupun kegagalan sistem pajak ditentukan oleh tarik menarik kepentingan antara stakeholders dalam mendesain sistem pajak yang tepat bagi solusi permasalahan ekonomi masing-masing negara. “Di sini peran pihak ketiga dalam reformasi pajak. Namun, sayangnya kita masih kekurangan pihak tersebut. Sangat prihatin tentunya, padahal pajak itu hampir 80 persen penerimaan negara dan sangat multidisiplin ilmu. Dalam artian tidak hanya dari akuntansi yang dapat mengklaim, tapi dari sisi hukum, ekonomi, dan ilmu lainnya,” tutup Darussalam.

Perspektif pemberlakuan pajak

Herry Zudianto turut berbagi perspektif. Dipaparkan beberapa koleganya mengaku keberatan dengan iklim pajak yang ada. “Harga telur misalnya yang jauh di bawah harga produksi. Di Blitar sampai ada bagi-bagi telur gratis,” ujarnya. Dalam perspektifnya, negara memang menguasai kemampuan pembangunan. Namun, jangan sampai kebijakan yang niatnya untuk menaikan penerimaan pajak justru berdampak negatif ke proses pemulihan ekonomi yang saat ini sedang mendapatkan momentum untuk bangkit.

Kritik dan saran terhadap pemerintah juga turut disoroti. Diakui memang pemerintah telah hadir dalam mengeluarkan kebijakan mengenai insentif pajak selama pandemi. Tetapi dalam pelaksanaannya dinilai kurang optimal karena beberapa hal. Di antaranya sering berganti-ganti kebijakan, informasi kurang masif/tidak mudah dipahami, dan persyaratan yang membingungkan atau memberatkan Wajib Pajak (WP). Untuk itu ia menyarankan adanya hotline bagi pegiat usaha.

Herry Zudianto menilai kesulitan utama dari para pegiat usaha adalah likuiditas sehingga berakibat pada penundaan pembayaran pajak. Ia mengusulkan untuk penghapusan denda atas penundaan kewajiban pajak yang terutang selama pandemi Covid-19 atau atas hasil koreksi pajak.

Lanjut Herry Zudianto, pemberlakuan PPN diakui sangat memberatkan usahanya karena margin saya sangat tipis dan tidak make sense. “Di sisi lain saya harus mempertahankan harga jual untuk bisa tetap bersaing baik secara daring maupun luring,” sebutnya.

Menurutnya bagi sektor perdagangan retail seharusnya bukan dikenakan PPN akan tetapi pajak penjualan final sekian persen. Hal ini akan mempermudah pengusaha untuk menghitung pajaknya dan akan meningkatkan ketaatan pembayaran pajak. Herry Zudianto juga berpesan dan mengajak rakyat bersama untuk membayar pajak secara tepat waktu. (HR/RS)

 

Sumber: uii.ac.id

Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada banyak hal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam rangka merancang kondisi FBE UII untuk satu tahun kedepan, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan acara “Rapat Koordinasi Kerja: Peningkatan Reputasi Akademik dan Rekognisi Internasional”. Rapat koordinasi kerja terakhir untuk periode ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia secara umum. (24/09)

Prof. Dr. Jaka Sriyana, S.E., M.Si. selaku Dekan FBE UII menyampaikan, “Situasi pandemi memberikan dampak cukup besar bagi proses pendidikan UII, tantangan yang harus dihadapi cukup krusial, sebagai salah satu contoh yaitu terkait akreditasi. Dengan adanya Rapat Koordinasi Kerja ini kita bisa merumuskan apa yang perlu dan harus kita lakukan untuk satu tahun kedepan”. Kemudian dalam sesi selanjutnya, Siti Nursyamsiah, DRA., MM., CMPM selaku Wakil Dekan bidang keagamaan, kemahasiswaan, dan alumni FBE UII mengumumkan penghargaan untuk dosen serta tenaga pendidikan yang berprestasi.

Adapun beberapa poin yang dijabarkan oleh Dr. Siti Anisah, S.H., M.HUM. yaitu mengenai D3, hal yang berkaitan dengan dosen, dan juga terkait perlunya Manpower planning dosen maupun tendik. Siti Anisah menyatakan,  administrasi D3 dibenahi dengan baik karena telah ada akuntan publik. Pembiayaan atas pembangunan operasionalisasi dan aktivitas lain di yayasan tergantung dari mahasiswa Universitas Islam Indonesia. “Sistem keuangan untuk mahasiswa baru tersebut jika dipersenkan yaitu 88,6 yang artinya bagi yang sudah diterima dan sudah melaksanakan kewajiban pembayaran ternyata belum sesuai,” ujar Siti Anisah selaku Ketua Pengembangan Pendidikan YBW UII.

Terdapat tema yang terdiri dari tiga hal yaitu usai darurat, tebarkan manfaat, dan penuh semangat. Saat ini, pandemi bukan menjadi alasan untuk menghambat pembelajaran. Banyak sekali perkembangan-perkembangan yang mesti kita respon. kami tidak menjadikan pandemi ini sebagai penghalang, adanya pandemi maupun tidak akan tetap memberikan yang terbaik. Namun, kita pun tidak mengasumsikan pandemi selalu ada tetapi yang dibutuhkan adalah orang yang memiliki perubahan secara radikal. “Seseorang yang memiliki perubahan radikal banyak terjadi oleh anak muda dan dosen muda. Perihal tersebut bisa melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kelas agar mahasiswa bisa lebih meluas dan tidak banyak mengeluarkan biaya,” pungkas Drs. Zulian. (YNZ/PRH)

Dalam memasuki tahapan perkuliahan daring mahasiswa baru tahun ajaran 2021/2022, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menggelar acara ‘FBE Menyapa’ yang bertujuan untuk memberi informasi untuk mahasiswa baru. Sesi yang dilakukan di awal acara yaitu penjelasan kefakultasan. (26/09)

Prof. Dr. Jaka Sriyana, S.E., M.Si. selaku Dekan FBE UII menyampaikan, “Salah satu indikator kualitas dari program studi dalam sebuah perguruan tinggi adalah pengakuan. FBE UII sendiri sudah mendapatkan pengakuan dari pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk akreditasi. Delapan dari sepuluh program studi FBE UII sudah meraih akreditasi unggul dan pengakuan secara internasional. Untuk program studi manajemen mendapat pengakuan dari ABEST21 Jepang, kemudian untuk program studi Akuntansi mendapatkan sertifikasi ACCA London dan UK, dan untuk program studi pembangunan mendapatkan pengakuan dari AUN-QA ASEAN”.

Di sesi akhir acara ‘FBE Menyapa’, Sosialisasi Pembelajaran Daring, IT dan Literasi yang dipandu oleh Faaza Fakhrunnas, S.e., M.Sc. menjelaskan terkait teknis perkuliahan daring sampai sistem perpustakaan FBE UII. Mustika Noor Mifrahi, S.E.I., M.E.K. selaku ketua unit perkuliahan daring mengatakan, “Model perkuliahan yang digunakan nantinya ialah sinkron (perkuliahan yang melibatkan diskusi secara langsung) dan asinkron (sistem pembelajaran yang memiliki perbedaan waktu antara dosen dan mahasiswa). Sebagai pintu utama, Google Classroom digunakan oleh para dosen dalam memberikan informasi terkait perkuliahan”. Metode yang digunakan saat perkuliahan berlangsung ialah student centered learning,  dimana pembelajaran berpusat pada mahasiswa, sehingga peran dosen hanya sampai pengarahan dan juga pemberian umpan untuk diskusi.

Proses perkuliahan secara daring mengharuskan mahasiswa untuk melakukan presensi melalui QR Code yang disediakan oleh dosen untuk dipindai melalui akun UII Gateway. “Nomor Induk Mahasiswa (NIM) dan password dipakai untuk semua aplikasi yang digunakan di UII melalui single sign-on (SSO). Maka jangan sampai akun milik pribadi diberikan kepada orang lain,” pungkas Iksan Pamungkas, S.E. Informasi seputar fakultas dapat dilihat melalui laman fbe.uii.ac.id dan untuk layanan akademik, surat dan keuangan fakultas dapat diakses melalui laman fbeuii.id.

Bambang Hermawan, A.Md. menjelaskan bahwa setiap mahasiswa memiliki kuota peminjaman buku perpustakaan sebanyak tujuh eksemplar, dua untuk peminjaman buku di Perpustakaan FBE dan lima di Perpustakaan UII dengan jangka waktu peminjaman 15 hari dan dapat diperpanjang. Untuk saat ini, pengembalian buku perpustakaan dapat dilayani dengan datang ke perpustakaan. “Mahasiswa yang membutuhkan layanan perpustakaan jarak jauh dapat mengirim pesan melalui Instagram, Whatsapp dan juga email perpustakaan FBE UII,” tambahnya. (DIN/ULF).

Brand di Indonesia tidak kalah bagus dengan brand luar, mindset anak-anak muda jaman sekarang harus sadar apabila produk asli yang diciptakan oleh masyarakat dan sudah tersebar luas merupakan produk yang kualitasnya tidak mengecewakan, salah satunya adalah Starcross Clothing. Entrepreneur Community mengadakan event tahunannya dikenal dengan Indonesian Business Carnival 2021 yang mengadakan acara Talkpreneur bertema “How To Attract People to Buy Local Product that Go National”. Talkpreneur ini diadakan pada hari Minggu (26/09) melalui platform youtube IBC UII dengan sesi pemaparan materi oleh Weimpy Adhari selaku CEO Starcross Clothing dan merupakan alumni Universitas Islam Indonesia angkatan 2001. Didampingi dua  moderator yaitu Muzzamil Putra dan Nabila Agsah selaku panitia dari IBC UII.

Weimpy Adhari berasal dari Yogyakarta yang sudah menetap selama 20 tahun. Saat ini Starcross memiliki 25 outlet dan omsetnya sekitar ratusan juta rupiah. Seperti yang dikatakan oleh Weimpy, “Starcross adalah brand clothing independent yang dimulai pada tahun 2004 yang pada saat itu saya sedang kuliah. Kemudian tanpa disadari bisnis ini dapat berkembang meskipun di masa itu adalah era bisnis atau entrepreneur yang masih sangat minim, karena belum adanya media digital untuk promosi”. Selain itu,  pada dasarnya ada rasa senang untuk memulai bisnis ini walaupun Weimpy berasal dari jurusan teknik. Dengan melakukan belajar otodidak mulai dari tentang desain untuk mengisi konten bisnisnya dan banyak hambatan yang harus dilalui, Weimpy tetap terus berusaha.

Weimpy menjelaskan betapa besarnya market atau pasar di Indonesia, “Cara mempertahankan brand local dapat diatasi dengan bergerak secara komunitas dengan mendukung musisi independent Yogyakarta seperti Endank Soekamti, Stars and Rabbit, dan lainnya  selama itu cocok dengan brand kami,” ujar Weimpy. Hal ini membuat luar negeri melirik Indonesia yang pasarnya besar dan menjadi target pasar mereka.

Menurut Weimpy, inovasi adalah hal terpenting dari proses bisnis. “Kualitas produk kita sampai hari ini kita terus mengembangkan sesuai dari permintaan pasar dan situasi saat itu,” ujar Weimpy. Beliau juga berpendapat bahwa produk lokal seharusnya merangkul beberapa brand lokal dan bukan hanya mengiklankan di sosial media, seperti Starcross pernah bekerjasama dengan Indomie.

Disamping itu, Weimpy juga memiliki beberapa bisnis, seperti steak Bellywise Jogja, Sinergi co-working, toko bunga, dan toko oleh-oleh khas Jogja. Untuk mengatur beberapa bisnis, Weimpy mempelajari terlebih dahulu sistem atau flow di dalam bisnis tersebut, namun tidak sampai ke teknis produksinya. Adapun kesulitan yang dialami Weimpy yaitu membagi waktu dan mengontrol beberapa bisnis yang dimilikinya. (SAR/PIO)

Indonesian Business Carnival (IBC) kembali hadir dengan memberikan harapan kepada pemilik UMKM untuk memulai langkah baru guna pemulihan ekonomi setelah adanya pandemi Covid-19. Acara IBC tahun ini merupakan gelaran yang ke-9 dan diselenggarakan dengan tiga rangkaian acara, salah satu acaranya yaitu workshop dengan topik Art of Composition in Photography yang diadakan pada hari Sabtu, (25/9) pukul 15.00 WIB.

Hadir sebagai pembicara workshop, Ardy Pratama sebagai Digital Marketing Specialist menyampaikan bahwa adanya pandemi mempercepat apa yang akan terjadi di masa depan. “Semua serba digital, serba online. Istilahnya kita semua sudah mulai terdorong lebih cepat untuk bisa terjun ke dunia digital dari pada yang seharusnya,” jelas Ardy.

Terdapat tiga platform sosial media yang saat ini menjadi senjata utama para digital marketing yaitu Facebook Ads, Instagram Ads, Youtube Ads, serta Google Ads. Adanya digital marketing akan mempermudah penyebaran jangkauan target market serta tracking data guna mengevaluasi kegiatan digital marketing dengan harga yang murah dan efektif.

Fotografi dapat berfungsi penunjang dalam dunia digital marketing karena dengan menampilkan gambar produk yang bagus, pemasar akan lebih mudah menarik perhatian target konsumen mereka. Dalam pemaparan materi fotografi, Irvando Purbaningrat menjelaskan soal teknis dari fotografi seperti hal dasar dalam pengoperasian kamera, yaitu segitiga exposure. “Segitiga exposure terdiri dari shutter speed yang merupakan kecepatan motorik dari suatu kamera untuk menangkap sebuah gambar, aperture yang merupakan diafragma dari sebuah lensa yang berfungsi mengatur gelap-terang dan buramnya suatu gambar serta ISO yang berfungsi mengatur gelap-terang suatu objek dalam gambar,” jelas Irvando. Irvando menjelaskan bahwa ketiga hal ini harus seimbang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh fotografer. “Cukup kuasai tiga hal ini, maka kita akan memahami pengaturan yang tepat untuk mengabadikan suatu gambar,” jelas Irvando.

Irvando juga menjelaskan tentang Rule of Third yang merupakan bantuan agar fotografer dapat mengabadikan suatu gambar dengan komposisi yang sesuai. “Rule of Third bukan merupakan aturan baku dalam fotografi, akan tetapi dengan menerapkan Rule of Third fotografer akan lebih mudah dalam menentukan komposisi suatu gambar dan memposisikan suatu objek,” ujar Irvando. Irvando juga menjelaskan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk menghasilkan suatu gambar yang bagus. “Dengan budget seadanya, kita tetap bisa menghasilkan foto yang tidak kalah bagus dengan foto di studio, asalkan dapat memaksimalkan komposisinya,” tambahnya. “Fotografi tidak selalu berkaitan dengan seberapa banyak ilmu yang kita kuasai secara teori, melainkan lebih kepada praktik di lapangan (jam terbang),” tegas Irvando. (SLS/HAN)