,

Pengenalan Karakter iGeneration demi Keefektifan Pembelajaran di FBE UII

Dalam psikologi pendidikan, pemahaman karakter peserta didik dapat membantu para tenaga pengajar dalam merumuskan strategi pengajaran yang efektif. Dewasa ini, khususnya dalam lingkup universitas telah banyak kajian tentang penyesuaian karakter generasi muda dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai di perguruan tinggi. Berdasarkan data demografi di Indonesia, populasi terbesar saat ini didominasi oleh Generasi Z.

Generasi Z ialah mereka yang memiliki rentan tahun lahir dari tahun 1996 hingga tahun 2010. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang kini sedang dihadapi para pengajar universitas merupakan bagian dari Generasi Z. Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII mengadakan Sharing Session yang bertajuk “Mengenal Mahasiswa Generasi Z, Sudah Tepatkah Pembelajaran Kita” (30/4). Seminar daring ini dihadiri oleh para dosen Program Studi Ilmu Ekonomi dengan mengundang narasumber Hazhira Qudsyi S.Psi., MA yang merupakan dosen Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya UII sekaligus ahli dibidang psikologi pendidikan.

“Di zaman digitalisasi ini, kalau boleh dibilang mereka (Generasi Z) yang lebih menjadi digital native-nya, sementara kita inilah yang sebetulnya pendatang,” imbuh Hazhira dalam menyampaikan materinya.

Generasi Z merupakan generasi yang dekat dengan internet dan mahir dalam multitasking sehingga sering disebut juga iGeneration atau Generasi Net. Dari hasil survey, ponsel merupakan gawai yang menjadi perangkat utama Generasi Z. Bahkan tujuh puluh persen dari mereka dapat memeriksa ponselnya sekitar tiga puluh kali dalam waktu satu jam. Kecenderungan pola belajar iGeneration yang lebih informatis membuat mereka tidak betah jika hanya mendengarkan ceramah. Sebab, menurut mereka semua informasi yang diperlukan dapat dicari melalui gawai yang mereka miliki. Bahkan atensi keefektifan mendengarkan ceramah mereka hanya lima belas menit, mereka lebih menyukai apabila para pengajar membuka forum diskusi atau memberikan contoh-contoh konkrit dari materi yang diajarkan.

Mahasiswa Generasi Z menolak untuk menjadi pembelajar pasif, hal ini karena karakter mereka sudah mengarah pada pembelajaran dewasa atau adult learner. Sebetulnya Generasi Z memiliki potensi kecenderungan menjadi pembelajar aktif, kecenderungan ini akan berkembang ketika diberikan tantangan baru yang memiliki kesulitan lebih dari kemampuan yang mereka miliki. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang cocok dengan mahasiswa iGeneration ini adalah learning by doing.

Setelah mengetahui karakteristik mahasiswa Generasi Z, dapat menjadi bahan untuk dosen dalam menyusun konsep dan strategi pembelajaran. Hazhira menjelaskan, “Mengajar itu bukan sekedar profesi melainkan sudah menjadi passion kita. Ada orang-orang yang memang sangat senang mengajar, posisinya sebagai apapun, baik sebagai dosen, penceramah, tutor,pendamping, atau coach. Jadi memang mengajar itu bisa juga sebagai sebuah passion.” (AWF/AFM)