fix1 Peran mahasiswa sebagai agent of change tidak hanya dituntut untuk belajar di bidang akademik, namun juga di bidang organisasi. Organisasi sebagai wadah mahasiswa mengasah kemampuan di luar akademik seperti kepemimpinan, public speaking, problem solving juga sebagai media pengembangan bakat dan kreativitas. Tak terkecuali di Fakultas Ekonomi yang juga menawarkan berbagai macam organisasi sebagai media untuk pengembangan softskill bagi para mahasiswanya.

Salah satu lembaga mahasiswa yang ada di Fakultas Ekonomi adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) melakukan pelantikan pada hari Selasa (27/10) dengan melantik sebanyak 18 orang untuk kepengurusan periode 2015/2016. Acara yang bertempat di Gedung P1/2, Fakultas Ekonomi tersebut dihadiri oleh perwakilan berbagai lembaga internal baik tingkat Fakultas. Dengan menerapkan sistem student government dalam lingkungan kelembagaan internal, DPM merupakan lembaga tertinggi yang membawahi seluruh lembaga internal di tingkat Fakultas. Lembaga yang bertugas mengawasi lembaga-lembaga internal di tingkat Fakultas ini memiliki tiga tugas dan fungsi yaitu fungsi Legislasi, Controlling dan Budgeting.

Maharditya Rozan terpilih sebagai Ketua DPM berharap dengan kuantitas pengurus yang lebih banyak mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada periode-periode sebelumnya. “Semoga teman-teman yang sudah terpilih juga bisa konsisten hingga akhir kepengurusan” tambah mahasiswa prodi Ilmu Ekonomi tersebut. Di sisi lain, Ketua Komisi 1, Iyal Afandi yang mengurusi bidang Kemahasiswaan, Keislaman dan Kelembagaan mengatakan sudah saatnya wakil mahasiswa dekat dengan mahasiswa. “Kami dari Komisi 1 memiliki semboyan harmony in diversity yaitu harmoni dalam perbedaan” imbuhnya.

fix

Penting bagi para pemuda khususnya mahasiswa dalam mengembangkan skill, pengetahuan, dan menambah wawasan mengenai global issues demi mendukung kesuksesan masa depan. Cara dan kesempatan ada di depan mata bagi para mahasiswa

 untuk mewujudkan hal tersebut. Mengikuti pertukan mahasiswa ke luar negeri salah satunya. Berbagai macam pertukaran mahasiswa yang ditawarkan, mulai dari pertukaran budaya atau pun sebagai duta perubahan terhadapat global environment. Selain untuk pengembangan diri, lebih lagi meningkatkan networking sampai tingkat internasional.

AIESEC(Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales) merupakan salah satu program pertukaran yang sudah diakui secara internasional dimana menyediakan kesempatan bagi para pemuda-pemuda dunia untuk peduli terhadap global issues. Ahmad Rezha Syaf, Organizing Citizen Committee President Global Citizen Program, menggandeng AIESEC UGM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJA) Komisi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) dalam acara Global Citizen Winter Program (25/10) di Ruang Aula Utara Gedung Prof. Dr. Ace Partadiredja FE UII. Dalam diskusi ini dihadiri juga oleh Darynaufal Mulyaman, Brand and Creative Manager AIESEC UGM dan Farid Aflah, Direktur HMJA Komisi. Program yang terbentuk setelah Perang Dunia II (PD II) ini dibentuk untuk menjalin perdamaian dunia dan menunjukkan potensi manusia khusunya para pemuda, begitu pemaparan Naufal.

Program pertukaran yang berjalan selama 6-12 minggu ini memiliki berbagai macam projek isu yang ditawarkan diantaranya education, environment, health, cultural understanding, dan social entrepreneurship. Pengalaman Global Citizen Winter Program juga dirasakan oleh beberapa mahasiswa UII yang berbagi pengalaman mereka dalam diskusi, yaitu Bhayu Wijaya dan Nur Hayana. Mereka berkesempatan untuk melaksanakan education project di India dan Republik Ceko. Berbagai tahapan mulai dari interview hingga keberangkatan mereka tularkan sehingga para peserta memiliki gambaran terhadap program pertukaran tersebut. Hal yang tak kalah penting adalah menambah wawasan terhadap global issues dengan perbedaan budaya negara dan teman-teman dari berbagai negara lainnya. Berkesempatan hadir pula dua mahasiswa UGM, Kharizsa Imamara, pertukaran negara China dan Prima M Purwatama, pertukaran negara Bahrain.

Disampaikan pula harapan Rezha, mahasiswa Akuntansi IP FE UII, salah satu volunteer Global Citizen ke Republik Ceko. Mahasiswa UII harus memiliki pengalaman dan prestasi dikancah internasional. Hal ini bisa menjadi cikal bakal UII menuju world class university. Tambah lagi, UII bisa memiliki AIESEC sendiri yaitu AIESEC UII.

bakau Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan salah satu negara pemilik garis pantai terpanjang di dunia. Hal ini menyebabkan wilayah pesisir Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah. Pesisir di pantai-pantai Indonesia juga menjadi tumpuan sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. Berbagai aktifitas perekonomian tertumpu di sana mulai dari pertanian lahan pasir, perikanan, tambak, hingga pariwisata.

Sayangnya, keberadaan wilayah pesisir kini semakin terancam dengan maraknya aktifitas degradasi lingkungan. Salah satunya yakni pembalakan liar dan penggundulan hutan bakau. Padahal keberadaan hutan bakau sangat vital bagi kelangsungan ekosistem. Rusaknya hutan bakau sama saja dengan mempercepat laju abrasi pantai dan menyempitnya wilayah produktif di pesisir pantai. Hal ini tentunya juga mengganggu aktifitas perekonomian penduduk.

Kondisi inilah yang mengundang simpati sekelompok mahasiswa UII yang peduli dengan kelestarian lingkungan pesisir. Empat orang mahasiswa UII yang diketuai oleh Adam Ikhya Al-Farokhi kemudian menggagas gerakan pelestarian hutan bakau di wilayah pesisir yang melibatkan anak-anak dan generasi muda. Gerakan bernama ONCOM (One Child One Mangrove) merupakan program pelestarian lingkungan berkelanjutan yang ingin menanamkan kecintaan pesisir pada anak-anak di wilayah itu. Program itu telah dilaksanakannya di Desa Poncosari, Srandakan, Bantul.

Sebagaimana dituturkan oleh Adam Ikhya Al-Farokhi, “Saya kira kalau gerakan penanaman mangrove mungkin sudah biasa dilaksanakan. Oleh karenanya gerakan kami juga menekankan upaya penanaman rasa cinta lingkungan pesisir bagi anak-anak di sana”, kata mahasiswa Teknik Lingkungan UII ini. Dalam melaksanakan gerakan itu ia juga melibatkan tiga orang rekannya yakni, Muhamad Nur Laili Dwi Kurniyanto, Citra Endah Nur Setyawati, dan Nur Amalia Pawestri. Adam Ikhya menilai di tangan anak-anak inilah kelak masa depan wilayah pesisir bertumpu. Sehingga diperlukan upaya penyadaran sejak dini untuk cinta lingkungan.

Ketika ditanya bagaimana ia menanamkan rasa cinta itu, Adam Ikhya menceritakan pihaknya telah merancang berbagai aktifitas edukasi tentang lingkungan yang menarik dan sesuai untuk anak-anak. “Kami memiliki tiga sub aktifitas, yang pertama yaitu kelas apresiasi mangrove yang mengajak anak-anak menghargai pentingnya hutan bakau. Konsepnya disampaikan seperti dongeng oleh tim kami”, sambungnya. Di samping itu, ada pula penayangan video tentang lingkungan dan games kreatif yang melatih imajinasi anak-anak. Harapannya lewat games dan cerita, anak-anak dapat lebih mengapresiasi lingkungannya.

Puncak dari kegiatan itu adalah mengajak anak-anak tersebut terjun langsung dengan menanam pohon mangrove di dekat desa tempat tinggalnya. “Satu anak menanam satu pohon mangrove. Setelahnya mereka mendapat sertifikat sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya. Alhamdulillah ada 1.000 bibit yang ditanam”, tutur Adam. Pasca penanaman, akan dilakukan monitoring dan evaluasi.

Untuk menyukseskan programnya itu, Adam mengaku mendapat dukungan dari banyak pihak. Selain yang utama dari warga desa setempat, ia juga disokong oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Kemenpora RI. Bahkan pihaknya juga ditawari mengaplikasikan program serupa di wilayah Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta.

sumber : www.uii.ac.id

Pend. Standar Dalam menghadapi persaingan global, adanya sistem standardisasi dirasa sangat penting untuk dimiliki oleh Indonesia. Dengan adanya sistem standardisasi yang matang, produk industri dari dalam negeri akan dapat bersaing dengan produk dari negara lain. Di samping itu, standardisasi juga menjadi pelindung industri dalam negeri dari membanjirnya produk impor yang belum memenuhi standar nasional. Dengan demikian, standardisasi turut mendorong kesiapan suatu negara ketika akan berkompetisi di pasar global. Oleh karena itu, pendidikan standardisasi perlu dibudayakan dalam berbagai lini pendidikan di tanah air.

Sebagaimana disampaikan oleh Direktur Pendidikan dan Promosi Badan Standardisasi Nasional (BSN), Metrawinda Tunus di hadapan para peserta Training for Trainer Dosen Pengampu Standardisasi yang berlangsung di Gedung Rektorat UII, Senin (26/10). Acara ini merupakan realisasi kerjasama di antara BSN dan Badan Perencana UII. Puluhan dosen dari berbagai kampus di wilayah Jateng dan DIY menjadi peserta dalam acara tersebut.

Metrawinda menjelaskan bahwa Indonesia harus segera mengejar ketertinggalan di bidang standardisasi. Sebab dibanding negara tetangga peserta MEA lainnya, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, Indonesia termasuk yang paling tertinggal. “Lewat acara ini, kami ingin membekali para dosen tentang pendidikan standardisasi. Nantinya mohon ilmu ini dapat disebarluaskan kepada para mahasiswanya di kampus”, katanya. Kesadaran semua lapisan masyarakat perlu terus ditingkatkan agar Indonesia tidak menjadi negara pasar di era MEA.

Menurutnya, dalam dunia perdagangan internasional, standardisasi sangat menguntungkan bagi negara yang telah mapan menerapkannya. “Setidaknya ada tiga manfaat dari penerapan standardisasi, yakni meningkatkan efisiensi ekonomi, membatasi kegagalan pasar, dan mempromosikan perdagangan”, pungkasnya. Hal inilah yang menjadi perhatian BSN sebagai lembaga yang berwenang di bidang tersebut.

Sedangkan Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc dalam sambutannya pada pembukaan acara itu mengatakan bahwa upaya penyadaran akan pentingnya standardisasi menjadi semakin penting karena Indonesia akan segera masuk dalam pasar bebas ASEAN atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, UII siap mendukung upaya BSN dalam mendorong pendidikan standardisasi, khususnya di lingkungan perguruan tinggi.

sumber : www.uii.ac.id

VCO Menjadi mahasiswa tidak sekedar hanya kuliah dan belajar di kampus, namun juga aktif mengembangkan kegiatan lain di luar kampus yang membawa manfaat. Setidaknya itulah yang diyakini oleh dua orang mahasiswa Fakultas Ekonomi UII, Farid Ramadhan Singgih dan Rita Purnamasari. Di samping kuliah, kedua mahasiswa ini juga aktif menggeluti dunia wirausaha dengan mengembangkan potensi masyarakat lokal di daerah Purworejo. Bisnis yang mereka jalankan tidak lain adalah pengembangan produk virgin coconut oil (VCO) yang mengusung brand “Sri”. Dalam proses produksi produk ini, mereka menjalin kemitraan dengan masyarakat Desa Sidorejo, Kabupaten Purworejo.

Berkat ketekunannya tersebut, belum lama ini keduanya berhasil menyabet penghargaan sebagai juara I dalam Lomba Teras Usaha Mahasiswa Kategori Sociopreneur regional Yogyakarta yang diadakan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Kompas Gramedia. Proposal bisnis yang mereka ajukan berhasil lolos seleksi dari 66 proposal yang masuk ke panitia lomba dan menjadi finalis pada sesi final, 19 Oktober silam, sebelum meraih juara.

Atas kemenangan ini, keduanya mendapat hadiah senilai Rp 15 juta dan pendampingan selama 6 bulan. Keduanya juga didaulat untuk mewakili regional Yogya dalam kompetisi lanjutan di tingkat nasional.

Dikatakan oleh Rita Purnamasari, bahwa ide untuk mengembangkan bisnis VCO berawal dari keinginannya untuk menggarap potensi lokal di Purworejo. “Sewaktu menjalani program KKN di Sidorejo, saya melihat di desa itu banyak sumber daya buah kelapa yang melimpah. Oleh penduduk, kelapa biasanya hanya dijual mentah sehingga belum memiliki nilai tambah”, ujar mahasiswi yang aktif di lembaga pers mahasiswa itu.

Berawal dari itulah, ia kemudian terpantik untuk mengembangkan ide bisnis VCO yang dapat memberi nilai tambah bagi produk kelapa. Ide itu mendapat sambutan positif dari rekannya, Farid Ramadhan S. sehingga keduanya pun intens menggarap bisnis tersebut.

VCO2 Ditambahkan oleh Farid Ramadhan, yang terpenting dari ide bisnisnya adalah untuk mengajak keterlibatan masyarakat lokal. Hal ini memerlukan proses panjang di mana ia dan Rita harus intens memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana mengolah produk kelapa menjadi VCO bernilai jual tinggi. Seiring berjalannya waktu, satu per satu anggota masyarakat yang menyadari potensi VCO pun mulai bergabung dengan mereka.

“Jadi tidak semata-mata mengejar profit namun bagaimana masyarakat desa menjadi berdaya dan memperoleh manfaat tambahan dari sumber daya lokal. Kami tidak ingin mereka hanya menjadi penonton”, kata mahasiswa yang berkecimpung dalam komunitas wirausaha FE UII ini.

Kini mereka bersama sebagian masyarakat Sidorejo sudah dapat memproduksi minyak VCO secara kontinyu. Minyak VCO berlabel “Sri” itu dikemas dalam botol-botol kecil yang menarik dan ada pula yang dikemas dalam bentuk gel. “Produk VCO kami jual di pasaran dengan harga Rp 35 ribu. Semoga ke depannya dapat semakin berkembang”, pungkas Farid.

sumber : www.uii.ac.id

KSPM Kelompok Studi Pasar Modal Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (KSPM FE UII) kembali mengadakan KSPM Goes to School. Acara yang digelar pada hari Selasa (20/10) bertempat di MAN Yogyakarta 1 merupakan rangkain kegiatan KSPM Goes To School yang ketiga untuk tahun ini.  Seperti tahun sebelumnya, gelaran ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai pasar modal untuk para siswa Sekolah Menengah Atas. “KSPM Goes to School itu acara dari Kelompok Studi Pasar Modal, itu mengedukasi anak anak SMA tentang bagaimana cara investasi, terus lembaga-lembaga apa yang terkait”, tutur Anggara selaku ketua panitia. KSPM turut pula menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI)  Yogyakarta serta CIMB Sekuritas sebagai pihak yang berkaitan dengan pasar modal sebagai pemateri. “Itu makannya kita gandeng OJK, OJK kan sebagai regulator di Indonesia untuk perusahaan-perusahaan jasa keuangan, terus Bursa Efek sebagai pasarnya”, tambah Anggara.

Acara yang dibuka pada pukul 13.40 diawali dengan sambutan dari pihak Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) dan kepala sekolah MAN Yogyakarta 1 kemudian dilanjutkan presentasi dari masing-masing pemateri.  Selaku pemateri pertama, Yunian Asih perwakilan dari OJK mempresentasikan mengenai fungsi dan peran dari OJK . Yunian menuturkan beberapa fungsi dan peran dari lembaga yang merupakan hasil peleburan fungsi Bank Indonesia dan Kementrian Keuangan adalah untuk mengatur, mengawasi, dan melindungi lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Tak lupa juga turut terjadi interaksi tanya jawab disela-sela presentasi dari para siswa yang ingin tahu lebih jauh mengenai fungsi dan peran OJK.

Setelah perwakilan dari OJK selesai melakukan penjelasan mengenai fungsi dan peran OJK,  perwakilan dari BEI Yogyakarta Agnes Sindunita memulai presentasi. Presentasi dibuka dengan penuturan bahwa Asia beberapa tahun kedepan akan masuk kedalam jajaran teratas ekonomi dunia. Tak lupa ia menunjukan grafik yang menunjukan Indonesia akan menduduki posisi kelima negara dengan ekonomi terbaik beberapa tahun kedepan. “beberapa tahun kedepan Indonesia bisa menjadi seperti Amerika saat ini” tutur Agnes. Tak lupa pula ia menjelaskan mengenai pentingnya investasi, jenis-jenis investasi, dan bagaimana cara berinvestasi yang benar.

Para siswa dan siswi pun kemudian melontarkan pertanyaan pada sesi tanya jawab yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul meliputi bagaimana cara berinvestasi yang baik, apa yang bisa dilakukan oleh siswa untuk berinvestasi. Hal tersebut pun langsung ditanggapi oleh narasumber sebelum akhirnya acara KSPM Goes to School berkahir.

Seperti diketahui, KSPM Goes to School merupakan acara tahunan yang diselenggarakan KSPM FE UII. Tahun ini mereka menargetkan sembilan Sekolah Mengah Atas yang berada di Yogyakarta. Hingga saat ini sudah ada tiga SMA yang didatangi oelh KSPM Goes to School, yaitu Muhammadiyah 1, SMA N 1 Yogyakarta, dan MAN 1 Yogyakarta. Acara ini kemudian akan dilaksanakan pada bulan November dan Januari untuk mengedukasi dan mengajak anak-anak SMA berinvestasi.

KKN Universitas Islam Indonesia (UII) selalu berupaya menyisipkan nilai-nilai keislaman dalam setiap proses pendidikannya. Salah satunya yakni kegiatan pembekalan keagamaan yang diberikan kepada mahasiswa sebelum mengikuti program kuliah kerja nyata (KKN). Program KKN merupakan kesempatan yang baik bagi mahasiswa untuk lebih dekat dengan masyarakat. Hal ini juga menjadi peluang untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat. Mahasiswa perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang agama dan ilmu-ilmunya. Oleh karenanya, pembekalan ilmu agama lewat pesantrenisasi dinilai sangat tepat untuk mencapai hal itu.

Sebagaimana disampaikan oleh Rektor UII, Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc ketika memberikan arahan dalam acara pesantrenisasi pra-KKN. Acara yang berlangsung di Hall Fakultas Ekonomi UII pada Sabtu (17/10) ini diikuti oleh ratusan mahasiswa UII yang akan mengikuti KKN Semester Ganjil tahun akademik 2015/2016.

Disampaikan oleh Rektor bahwasanya kewajiban untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan pada dasarnya menjadi tugas segenap sivitas akademika UII. “Sampaikan yang baik dan benar menjadi tugas kita bersama. Tidak hanya dosen namun juga para mahasiswa sekalian”, ungkapnya.

Menurut Rektor, nuansa kekeluargaan yang terbangun pada saat KKN adalah peluang yang tepat untuk mengajak penduduk sekitar dalam mengamalkan kebaikan. Meski demikian, Rektor juga berpesan agar mahasiswa mengedepankan akhlak terpuji dan tetap menghormati tradisi lokal dalam menjalin interaksi.

“Masyarakat kita sangat beragam dan masing-masing punya tradisi keagamaan yang berbeda sehingga ketika menyampaikan suatu hal kebaikan juga harus dilandasi ilmu dan akhlak yang baik”, pesannya. Terlebih sebagai mahasiswa UII yang telah dikenal berasal dari kampus Islam.

Terakhir, Rektor berpesan agar mahasiswa UII dapat mengikuti kegiatan pesantrenisasi dengan baik hingga acara usai. “Anggaplah sebagai refreshing karena saya yakin saudara telah banyak mendapat suntikan ilmu agama selama menjadi mahasiswa UII”, pungkas Rektor.

Keberhasilan perguruan tinggi dalam menjalankan DPKA strategi komunikasi pemasaran yang terpadu akan membawa dampak baik bagi pembangunan citra merk dan reputasi yang unggul. Reputasi ini yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki perguruan tinggi, dan itu bisa dilakukan melalui optimalisasi pemasaran digital serta peningkatan personal branding universitas.

Berkaitan dengan hal itu, Direktorat Pemasaran, Kerjasama, dan Alumni (DPKA) UII selama dua hari ini (17-18/10) mengadakan Pendidikan dan Pelatihan kepada Mahasiswa Tim Pemasaran dan Komunikasi bertempat di Ruang Audiovisual Lantai 2 Perpustakaan Pusat UII yang kemudian dilanjutkan dengan Outbond di .

Acara hari pertama yang dikemas dengan tema “Optimalisasi pemasaran digital UII melalui strategi personal branding universitas” tersebut dihadiri oleh Direktur DPKA UII Hangga Fathana SIP., B.Int.St., MA., Kepala Divisi Promosi Sigit Pamungkas, SE., M.Com., Ketua Tim Pemasaran dan Komunikasi UII Arif Singa Purwaka, SE., MBA., dan seluruh tim mahasiswa pemasaran dan komunikasi UII.

Dalam sambutannya Hangga Fathana menyampaikan bahwa tujuan dari diadakannya pendidikan dan pelatihan ini adalah sebagai upaya UII untuk menanamkan pentingnya peran tim pemasaran dan komunikasi UII. “Tim Pemasaran dan Komunikasi, sebagai brand ambassador, memiliki peran penting dalam upaya untuk mengelola citra merk dan peningkatan reputasi UII” pungkasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan seminar Komunikasi Efektif yang disampaikan oleh Ninda Nindiani, MA., yang dalam kapasitasnya sebagai trainer, broadcaster, dan profesional MC yang telah menekuni dunia public speaking lebih dari 20 tahun. Kemudian materi kedua adalah Social Media Marketing for Personal Branding yang dijelaskan oleh Yodhia Antariksa, M.Sc., selaku Founder dan CEO PT. Manajemen Kinerja Utama yang merupakan firma konsultan untuk corporate performance management.

Pada hari kedua, pendidikan dan pelatihan dilanjutkan dengan outbond yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kekompakan dan kerjasama tim. Adapun pelaksanaan kegiatan outbond tersebut adalah bertempat di Sambi, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

sumber : www.uii.ac.id

Bagi mahasiswa aktif Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, untuk mengetahui jadwal ujian tengah semester ganjil pada tahun ajaran 2015/2016 dapat akses pada halaman dibawah ini berdasarkan jurusannya,

JADWAL UTS DISTRIBUSI GANJIL 15-16

Sebagai kampus tertua di Indonesia, Universitas Islam Indonesia (UII) terus berupaya memperluas jaringan kerja sama dengan mitra didalam negeri maupun luar negeri yang merupakan upaya untuk meningatkan kualitas dan internasionalisasi pendidikan di Universitas Islam Indonesia.

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) menerima kunjungan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Guangzhou China pada hari Senin (13/10). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Dr. Dwipraptono Agus Harjito, M.Si, selaku Dekan FE UII beserta jajaran civitas akademisi UII dan Herbayu A. Noerlambang A.S sebagai perwakilan dari KJRI Guangzhou China. Pada pertemuan yang diadakan di Ruang Sidang Dekanat tersebut, Herbayu menyampaikan tujuan dan maksud kedatangannya membawa inisiasi untuk menjembatani kerja sama dibidang pendidikan antara Indonesia khususnya UII dengan Universitas yang berada di Guangzhou. Pasalnya, beberapa Universitas di Guangzho China memiliki Program Studi (Prodi) Bahasa Indonesia dan menawarkan beasiswa.

Pertemuan ini menghasilkan beberapa bentuk kerja sama yang ditawarkan oleh UII untuk mahasiswa diantaranya adalah Student Exchange dan Double Degree, seperti halnya kerja sama yang sudah terjalin dengan Australia dan Turki. UII berharap tidak hanya mahasiswa UII yang dapat menimba ilmu ke luar negeri namun begitu juga sebaliknya mahasiswa asing dapat belajar di UII. Hadirnya program Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) menjadi salah satu program baru di UII yang dapat mendukung mahasiswa asing yang memiliki masalah bahasa untuk dapat belajar dengan nyaman di UII, BIPA UII mengadopsi metode yang sudah dipakai untuk pengajaran di beberapa Universitas lain di Indonesia. Selain itu, ada CILACS ( Center for International Language and Culture Studies) merupakan Pusat Pelatihan Bahasa dan Budaya dari UII yang mendukung kerja sama UII dengan mitra luar negeri.

Disamping itu, UII menawarkan Full Scholarship bagi Mahasiswa asing minoritas muslim yang ada diluar negeri untuk belajar di UII, seperti kerja sama yang sudah terjalin dengan beberapa Universitas di Thailand. Karena UII memiliki visi yaitu Rahmatan Lil’Alamin, sehingga tidak hanya mengabdi kepada Indonesia tetapi juga kepada saudara-saudara sesama muslim.