Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia adakan talkshow melalui kanal Instagram Live pada Rabu, (16/09). Kegiatan ini merupakan salah satu dari berbagai rangkaian acara Semangat Ta’aruf (Semata) 2020. Dengan menghadirkan Idznila Sabrina sebagai pembicara, acara ini mengusung tema “Tips from Expert: How to Balance our Academics and Social Life” dan diikuti oleh para mahasiswa baru Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII).

Acara dibuka oleh Haniyyah Aziz selaku moderator, lalu dilanjutkan dengan diskusi. Dalam paparannya, Idznila menyebutkan bahwa salah satu hal yang membuatnya aktif berkegiatan di luar akademik adalah dengan mengikuti akun-akun lomba maupun akun motivasi di Instagram. Selain itu ia juga menjelaskan, “Jangan takut untuk ngomong ke dosen kalau punya keahlian di luar kelas karena dosen pasti mau mendukung dan memfasilitasi. UII pasti juga akan mendukung kalian untuk menjadi the best version of yourself”.

Idznila juga bercerita terkait dengan pengalaman organisasi dan pengalamannya saat berkuliah. “Supaya bisa balance antara akademik dan kegiatan non akademik, kita kuliah di UII jangan biasa-biasa aja. Harus aktif dan harus terus melangkah, apapun itu. Lakukan apa yang kamu suka dan tinggalkan apa yang kamu nggak suka. Tapi kuncinya kamu harus aktif,” jelasnya.

Ia pun turut berbagi cerita tentang masa kecilnya. Sejak kecil ia kerap mengikuti berbagai lomba seperti speech dan news reading. Karena kegemarannya dalam dunia public speaking, semasa kuliahnya pun ia bergabung dengan MUN (Model United Nation).

Sejak awal menjajaki dunia perkuliahan, Idznila terus membiasakan diri untuk selalu menjadi lebih baik. Perempuan yang baru saja lulus ini mengaku, suksesnya tidak lepas dari peran serta kedua orangtuanya yang selalu mendukung. ­Merekalah yang selalu menjadi pengingatnya di kala keadaan sedang tidak bersahabat.

Memiliki nilai yang baik dan kehidupan sosial yang seimbang ternyata diikuti dengan trade-off atau konsekuensi yang tidak terlalu mudah. “Ada hari-hari dimana kamu harus bangun lebih pagi untuk pergi kuliah dan ada juga hari-hari dimana kamu harus pulang lebih malam karena kegiatan organisasi yang juga tidak kalah penting,” sambung Idznila.

Pada akhirnya, semua potensi yang akan diraih itu tergantung dari seberapa kuat keyakinan yang ada di dalam diri. Idznila berpesan, “Suporter terbesarmu adalah dirimu sendiri. Kamu harus yakin. Kalau kamu nggak yakin, gimana orang lain bisa yakin?”.  (DHK/ALS)

Selasa (15/9), kegiatan orientasi dan pengenalan kampus Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia atau yang dikenal dengan Semangat Ta’aruf (Semata) harus mengadakan kegiatannya secara daring melalui platform Instagram bersama dosen Program Studi Manajemen, Bagus Panuntun, S.E.,M.B.A. yang diikuti lebih dari 400 peserta. Talkshow dengan tema “Melihat Potensi Bisnis Sebagai Mahasiswa/i” yang dilatarbelakangi dari tingginya angka pengangguran terdidik.

Sebagai intelektual, kemampuan berpikir seorang mahasiswa/i harus diimbangi dengan awareness yang tinggi terhadap lingkungan sosial tempat dimana ia berada. Hal ini terjadi karena mahasiswa diharapkan dapat menjadi mujtahid sehingga menghasilkan suatu pemikiran, gagasan-gagasan dalam proses pembelajaran, dan juga pengabdian kepada masyarakat. 

“Bisnis yang bisa dilakukan pada masa kuliah itu banyak karena waktu kita fleksibel untuk belajar secara mandiri (akademik dan non akademik), terlebih yang telah mempunyai pengalaman sebagai online shopper. Semua jenis bisnis bisa dilakukan karena sekarang telah dibantu oleh teknologi. Keberuntungan dari bonus demografi yang baik menjadi kesempatan terbaik pula untuk mahasiswa/i menciptakan industri kreatif,” ujar alumni sekaligus Dosen FBE UII.

Kemudian beliau juga menjelaskan bahwa jangan jadikan berbisnis sebagai jalan terakhir karena tidak mendapatkan pekerjaan seperti karyawan. Padahal perlu diketahui, pebisnis itu create opportunity hingga problem solving-nya. Sedangkan karyawan hanya perlu problem solving. Sehingga beliau menyarankan agar mahasiswa/i memanfaatkan waktu kuliah 3,5 tahun untuk mulai merintis bisnis sejak semester satu. Dosen yang juga aktif di IBISMA UII (Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama UII) ini juga menerangkan bahwa berbisnis bukan perkara yang mudah, membutuhkan waktu untuk trial and error, sehingga masa kuliah adalah masa yang tepat untuk itu. “Bisnis itu yang penting founder-nya bukan modalnya,” tutur Dosen Prodi Manajemen tersebut.

Bagus Panuntun juga memberikan resep tentang logika berbisnis, “Pastikan jangan banyak bicara karena kita hanya memiliki satu mulut, cukup banyak memperhatikan karena kita memiliki dua mata, perbanyak mendengarkan karena kita memiliki dua telinga, dan banyak bekerja karena kita memiliki dua tangan. Melek teknologi dan mau beradaptasi adalah tips untuk membangun sebuah bisnis, karena bisnis harus di eksekusi bukan hanya sebuah ide”.

Tidak hanya itu, Dosen FBE UII ini juga tak lupa memberikan motivasi untuk para peserta, “All our dream can come true, if we have the courage to pursue them dan sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”. (NAP/FNL)

Revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah contoh betapa kencangnya laju perkembangan teknologi masa kini. Salah satunya yaitu penguasaan keterampilan dan kemampuan akademik tanpa adanya batasan ruang dan waktu. Segala bentuk keterbatasan akibat adanya Covid-19, tidak menjadi hambatan dalam mewujudkan internasionalisasi perguruan tinggi. Seperti yang dilakukan oleh Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) dengan menggandeng Universiti Teknologi MARA (UiTM), mengubah sistem program pertukaran pelajar yang sebelumnya dilakukan secara langsung, harus digantikan menjadi sebuah program Virtual Study Exchange.

Sekretaris Program Studi Akuntansi Program Internasional, Ayu Chairina Laksmi, S.E, M.App.Com., M.Res., Ak., CA., Ph.D. menyampaikan komitmen Program Studi Akuntansi dalam membantu meningkatkan kualitas mahasiswanya. “Kami selalu berusaha yang terbaik dalam membantu mahasiswa kami untuk selalu meningkatkan dan memperbaiki kemampuan dirinya sendiri,” ungkapnya.

Kegiatan yang diselenggarakan melalui Zoom meeting pada Sabtu (5/9) ini merupakan sosialisasi mengenai program Virtual Study Exchange dengan Universiti Teknologi MARA Malaysia (UiTM). Pelaksanaan program pertukaran pelajar yang berada di tengah pandemi, tentu perlu dilakukan berbagai inovasi dan perubahan strategi dengan melibatkan kemajuan perkembangan teknologi informasi serta komunikasi dalam mendukung program ini. Sehingga mahasiswa tidak diwajibkan untuk datang langsung ke Universiti Teknologi MARA Malaysia (UiTM), namun pembelajaran akan dilakukan secara daring dengan pemanfaatan media digital, seperti melalui aplikasi Google Meet, Zoom Meeting, maupun aplikasi video conference lainnya.

Rifqi Muhammad, S.E., M.Sc. Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Program Sarjana, menjelaskan regulasi penerimaan calon peserta program Virtual Study Exchange dimulai dari pendaftaran, pengumpulan curriculum vitae (CV), seleksi administrasi, dan kemudian lanjutkan dengan seleksi wawancara. Program ini diperuntukkan bagi mahasiswa angkatan 2019, khususnya mahasiswa yang sedang menempuh semester tiga. Program Virtual Study Exchange akan dilaksanakan dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu selama satu semester pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021. Para mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti program ini pun akan difasilitasi dengan beasiswa penuh oleh FBE UII. Selain itu, nilai mata kuliah yang mereka tempuh juga bisa dikonversi dengan mata kuliah yang ada di UII.

Terciptanya kerja sama internasional melalui Student Exchange ini diharapkan dapat membantu mahasiswa agar siap menghadapi setiap tantangan di era revolusi industri. Serta menjadikan mahasiswa sebagai global citizen yang memiliki pengalaman yang luas. “Kami juga berkomitmen untuk memproduksi lulusan yang memiliki global business inside, yaitu memiliki pandangan yang luas tentang dunia bisnis yang global serta pentingnya membangun network yang baru dan pengalaman internasional,” ujar Ayu Chairina Laksmi. (AAP/SAR)

Pada saat ini, masyarakat Indonesia masih dihadapkan dengan Covid-19, dimana peristiwa tersebut menjadi faktor penghambat aktivitas manusia di luar ruangan dan penghambat laju ekonomi di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menyelenggarakan webinar yang bertajuk “Tantangan dan Peluang Industri ‘Fintech’ di Masa Pandemi Covid-19”, yang diselenggarakan pada hari Selasa (1/9). Pada kesempatan ini, Program Studi Manajemen FBE UII menghadirkan pembicara yang ahli  pada sektor fintech, yaitu Tries Yulianto (Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan), Syafri Yuzal, S.E., MBA. (Direktur Bisnis PT. Aino Indonesia), dan Arif Singapurwoko, S.E., MBA. (Dosen Manajemen FBE UII). Sesi ini diikuti oleh beberapa kalangan, baik itu mahasiswa, dosen, dan juga praktisi.

Fintech merupakan hal yang tumbuh dengan pesat di Indonesia. Pada masa krisis seperti ini, tentu gaya masyarakat harus lebih mengutamakan aktivitas secara online. “Dulu ketika ingin melakukan perjalanan ke luar kota, kita sibuk harus ke bandara, stasiun, dan sebagainya untuk memesan tiket. Berbeda dengan zaman sekarang yang serba digital,” ungkap Tries Yulianto selaku Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan. Menurut data yang dipaparkan oleh Tries Yulianto, per Juni 2020 terdapat sekitar 299 perusahaan yang berkaitan dengan fintech di Indonesia. Angka tersebut  tentu menunjukkan bahwa Indonesia saat ini telah didominasi oleh teknologi.

Selama masa pandemi Covid-19, masyarakat semakin mudah untuk beradaptasi dengan digitalisasi terutama dalam bidang fintech. Contohnya, orang yang sebelumnya tidak pernah berbelanja online menjadi ingin untuk berbelanja online dengan ada pandemi seperti sekarang ini. “Fintech hadir menawarkan ekosistem sebagai solusi,” ujar Syafri Yuzal, Co-founder dan CEO dari PT Aino Indonesia. Beliau menjelaskan bagaimana perilaku konsumen berubah karena dampak dari pandemi Covid-19. PT Aino sendiri berusaha untuk terus melakukan inovasi seperti contohnya Touchless, Cashless, Cardless, dan Deviceless.

Menata kembali fintech di Indonesia, materi tersebut berusaha untuk di sampaikan oleh Arif Singapurwoko selaku Dosen Manajemen FBE UII. Hal yang harus di tata meliputi aspek internal dan eksternal. Mulai dari regulasi fintech sudah harus dimunculkan image “Kawan” agar fleksibel dan optimal dalam penggunaannya, secara ekosistem fintech di atur dengan menciptakan norma dan tata cara untuk meminimalisir penyalahgunaan, dan pembuatan pedoman yang jelas untuk mempermudah tata kelola. Bapak Arif Singapurwoko juga berpesan, “Penggunaan Digital Payment atau E-Wallet tetap harus memperhatikan risiko yang mungkin muncul seperti hacking atau peretasan,” ujar Arif Singapurwoko. (KAYK/MA)

Perlambatan ekonomi tampaknya menjadi isu hangat disaat pandemi ini. Banyak hal yang perlu dibenahi oleh negara untuk menyelamatkan sistem ekonomi. Menanggapi hal tersebut, Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menggagas National Conference on Accounting and Finance (NCAF) yang ke-4 dengan tajuk “Strategi Adaptasi dan Resiliensi Organisasi Menghadapi Pandemi” pada Rabu, (26/8) secara virtual.

Dalam kegiatan atas kerjasama dengan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) ini, Rofikoh Rokhim menjelaskan, “Secara overall, kita masih bisa optimis karena di semester dua sudah mengalami perbaikan. Dilihat dari indikator perbankan, aset perbankan masih mengalami kenaikan karena masih ada kredit yang tumbuh hingga 4,2% dan deposito 12%,”. Angka-angka tersebut ditemui berdasarkan kebutuhan modal masyarakat yang relatif tinggi serta tumbuhnya kesadaran untuk menabung di masa ketidakpastian.

Namun, kondisi pandemi ini juga tidak bisa diremehkan karena sangat berpengaruh pada berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. “Tidak mungkin membicarakan pendidikan tanpa memikirkan dampak ekonomi yang menyertainya. Dengan adanya mahasiswa yang diibaratkan turis yang menetap selama empat tahun. Ya, selama itulah mereka turut menggerakkan ekonomi rakyat untuk kebutuhhan sehari-harinya,” kata Prof. Fathul Wahid selaku akademisi UII.

Terkait dengan kondisi ekonomi saat ini, Sandiaga Uno yang juga jadi pembicara menegaskan bahwa rasa optimis juga harus dibarengi dengan kewaspadaan. “Melihat kondisi saat ini, angka perlambatan ekonomi Indonesia diibaratkan sudah mencapai di dasar jurang,” ungkapnya. “Apa itu kekuatan utama ekonomi kita? Yaitu UMKM dan ekonomi rakyat,” lanjutnya.

“Permasalahan setingkat ini tidak bisa menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Karenanya, perlu ada kolaborasi berskala besar. Dengan demikian, pemerintah sangat mendukung penuh momentum kejayaan UMKM (Unit Mikro, Kecil, dan Menengah),” terang Dr. Sri Haryati, mewakili Gubernur DKI Jakarta. Dukungan pemerintah ini juga telah direalisasikan dengan adanya website jakpreneur.jakarta.co.id yang memungkinkan kolaborasi antar pelaku UMKM. Tidak hanya itu, UII juga sangat mendukung kebangkitan perekonomian, dibuktikan dengan direalisasikannya Warung Rakyat yang diyakini dapat mengintegrasikan antar UMKM. 

Selain itu, tindakan pemerintah yang tepat yaitu dengan memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) kepada masyarakat. “BLT diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia dengan cara membelanjakannya untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Sandiaga Uno, selaku mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta. “Belanja kebutuhan sehari-hari ke tetangga, ke UMKM, ataupun ke grup arisan. Gunakan produk saudara kita untuk memperbaiki ekonomi,” tambahnya. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Prof. Rofikoh Rokhim selaku Dosen FBE UII yang juga menjabat sabagai Komisaris Independen PT BRI (Persero) Tbk. “Dengan penggunaan produk lokal, maka middle income trap akan dapat dihindari,” tutupnya. (AMA)

 

Transformasi atau dalam kata lain inovasi tentunya satu hal yang harus selalu kita tingkatkan seiring berjalannya waktu. Dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, telah terjadi banyak transformasi terhadap tantangan yang ada, seperti integritas terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sering dipertanyakan sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi aparat negara untuk fokus meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan terus memperbaiki pola pemerintahan. Dalam menanggapi kondisi tersebut, Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan webinar melalui media Zoom yang bertajuk “Inovasi Birokrasi Di Masa Dan Pasca Pandemi” bersama Rini Widyantini, SH., MPM, selaku Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN RB) dan Arief Rahman, SE., M.Com., Ph.D, selaku Dosen Akuntansi Universitas Islam Indonesia.

Dalam dunia teknologi, sudah banyak negara yang telah mengubah segala hal mulai dari cara manusia bekerja sehingga berkomunikasi dan penggunaan IT atau Internet of things mendorong dunia untuk berusaha mengubah mode pelayanan. “Bapak Presiden juga sudah beberapa kali mengatakan bahwa kita sudah harus beralih ke Artificial Intelligence dalam pemerintahan,” ujar Rini Widyantini. Oleh karena itu, pemerintah diharuskan untuk bergerak cepat dalam merespon kebutuhan masyarakat secara progresif dengan menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

Secara global, indeks SPBE Indonesia meningkat dari peringkat ke-107 pada tahun 2018, sekarang meningkat menjadi peringkat ke-88. Suatu peningkatan yang sangat baik dalam penerapan transformasi digital di Indonesia.

“Perubahan inovasi birokrasi di era pandemi ini harus mengubah kebiasaan masyarakat terlebih dahulu karena masih banyak masyarakat yang kurang melek teknologi dan masih minimnya layanan internet,” ujar Arief Rahman. “Di era pandemi ini, bisa menjadi momentum untuk melakukan perbaikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta tetap menjaga dan melanjutkan momentum itu ketika pandemi selesai, karena banyaknya manfaat TIK pada segala bidang,” tambahnya.

Adanya lima langkah presiden dalam melakukan transformasi digital menjadi acuan KEMENPAN RB dalam melakukan transformasi kebijakan. Salah satunya segera lakukan percepatan perluasan akses, peningkatan infrastruktur, dan penyediaan layanan internet ini menjadi sangat penting di era pandemi saat ini. 

“Pada tahun 2019 sampai 2024, Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN RB) bergerak untuk meningkatkan birokrasi dan menuju Smart Governance, dimana penerapan penuh SPBE sebagai pendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional, pembangunan lintas sektor dan berbagai proses bisnis,” jelas Rini Widyantini. Menurutnya, perlu adanya kolaborasi yang melibatkan mitra pembangunan dalam membangun sinergi perusahaan dengan pemerintah.

“Tanpa kolaborasi yang kuat antar instansi pemerintah dan masyarakat maka SPBE dan birokrasinya yang responsif, dinamis dan inovatif tidak dapat tercapai,” tutup Rini Widyantini. (AAM/MRF)

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat. Semua kegiatan ekonomi tampaknya harus dapat beradaptasi pada perubahan. Semula dilakukan secara manual, kini telah beralih ke digital. Salah satunya, seperti yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang terus berupaya memperbarui sistemnya sehingga dapat menyesuaikan dengan era digital saat ini. Dengan itu, DJP bersama dengan Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) mengadakan webinar yang bertajuk “Digitalisasi Pelaporan Perpajakan (Implementasi E-Bupot)”, sebagai sarana pemberian informasi yang berguna bagi para wajib pajak dalam menghadapi perubahan teknologi pada Selasa, (25/8). Kegiatan kali ini dibersamai oleh Yunipan Nur Yogantara, Moh. Fuad, ST., MT, dan Shanti S. Sudarmadi, S.S. T. selaku perwakilan dari Kanwil DJP Yogyakarta serta Sinta Sudarini yang mewakili Harto Basuki selaku ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Memaparkan tentang sistem pajak yang terbaru, Yunipan Nur Yogantara mengatakan, “E-Bupot yaitu bukti pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 23/26 secara elektronik. Dengan aplikasi ini, wajib pajak dapat melaporkan secara online, sehingga lebih memudahkan,”. E-Bupot (Elektronik Bukti Pemotongan) sebenarnya telah dicanangkan semenjak tahun 2017 hingga tahun 2019 mulai dari tahap realisasi 1-5, hingga pada akhirnya tahun 2020 E-Bupot telah siap untuk diimplementasikan secara nasional pada September mendatang. Ia juga menjelaskan bahwa E-Bupot memiliki sistem pengamanan dengan menggunakan tanda tangan dan sertifikat elektronik.

“Digitalisasi perpajakan harus selalu update terhadap teknologi. Seperti yang kita tahu, dari bulan Maret telah ada Covid-19 yang juga telah mengubah kebiasaan tatap muka menjadi kegiatan secara daring. Hal ini juga berdampak pada perpajakan, yang seharusnya bulan Maret lalu merupakan puncak dari pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) tahunan pribadi, justru diperpanjang hingga tiga bulan kemudian dan itupun dibuka secara terbatas. Namun, bukan berarti layanan pajak berhenti, melainkan beralih menjadi layanan secara daring,” ungkap Fuad selaku Kepala seksi Bimbingan Penyuluhan dan Pengelolaan Dokumen DJP Yogyakarta.

Melanjutkan pernyataannya, Fuad juga menjelaskan alasan diberlakukannya pelaporan pajak secara online. “Untuk mengurangi penggunaan kertas, mempercepat proses, dan juga mempermudah wajib pajak,” ujarnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak pemotong PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26. Dikuatkan juga dengan landasan hukum yang ada, seperti Undang-Undang KUP (Ketentuan Umum Perpajakan), Undang-Undang PPh, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011.

“KPP (Kantor Pelayanan Pajak) ingin selalu mengedukasi dan memberikan informasi kepada para wajib pajak. Semakin hari, semakin ingin memberi kemudahan. Bahkan ada rencana untuk membuat podcast,” tutupnya selaku perwakilan dari DJP Yogyakarta yang memiliki jargon “Pajak Kuat, Indonesia Maju”. (AMA/ARA)

Menjadi seorang pemimpin yang tangguh, unggul secara kompetitif, serta mampu berkontribusi aktif untuk lingkungan tentu memerlukan persiapan matang. Melalui webinar bertemakan “International Program of Accounting : Preparing for a Global Business Leader”, Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) berusaha membekali calon-calon pemimpin global dengan segudang pengetahuan dan pengalaman yang lengkap. Webinar yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2020 ini dibersamai oleh Ayu Chairina Laksmi,, S.E., M.AppCom., M.Res., Ak., Ph.D. Ak, CA selaku Sekretaris Internasional Program Akuntansi FBE UII,  Nihlah Ilhami selaku Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII,  Ir. Tina Purwono selaku perwakilan dari Saxion University of Applied Sciences, Belanda, dan Muli Wening Utami, S. Ak sebagai Alumni  Alumni Akuntansi Program Internasional FBE UII Angkatan 2014.

Nihlah Islami, dalam sambutannya memaparkan bahwasanya UII berkomitmen dalam menyiapkan pemimpin-pemimpin global dengan menyediakan kesempatan mobilitas Internasional bersama universitas mitra seperti Saxion University of Applied Sciences di Belanda, University of Queensland di Australia, dan SolBridge International School of Business di Korea Selatan. Pada tahun 2018, total ada sebanyak 280 Mahasiswa UII berkesempatan merasakan manfaatnya. Ayu Chairina Laksmi,, S.E., M.AppCom., M.Res., Ak., Ph.D. Ak, CA selaku Sekretaris Internasional Program Akuntansi FBE UII, tak lupa juga menegaskan bahwa semua kegiatan pembelajaran dan kurikulum di UII selalu berlandaskan kepada nilai rahmatan lil ‘alamin.

Muli Wening Utami, S. Ak selaku Alumni Akuntansi Program Internasional FBE UII membagikan pengalamannya mengikuti kegiatan internasional selama menjadi mahasiswa UII yang mana semua kegiatan internasional itu memberikan manfaat dan nilai lebih untuknya saat terjun di dunia kerja. “IP (International Program) UII sangat berperan dalam memperkenalkan dan memfasilitasi para mahasiswanya dalam memberikan kegiatan internasional yang sangat berguna di dunia kerja,” terang Muli. Selain itu, menurutnya, mahasiswa yang mengikuti berbagai macam kegiatan internasional mendapat keunggulan berupa tumbuhnya sifat percaya diri serta menambah keterampilan.

Ir. Tina Purwono selaku perwakilan dari Saxion University of Applied Sciences Belanda, menjelaskan tentang kehidupan mahasiswa di Belanda. Mulai dari perbedaan budaya, bahasa, serta biaya hidup yang diperlukan untuk menempuh perkuliahan di Belanda. Beliau juga memberikan persyaratan yang harus dipenuhi jika berminat  melanjutkan studi ke Belanda serta menawarkan berbagai macam kesempatan beasiswa yang bisa mahasiswa dapatkan.

Diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini, mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin global serta mengetahui peranan akuntansi, terkhususnya Akuntansi Program Internasional FBE UII untuk menciptakan seorang pemimpin global. (BIL/DHK)

Keberadaan audit forensik di dalam era digital ini sangat membantu untuk menegakkan hukum dari segala kecurangan (fraud) yang terjadi di bidang ekonomi hingga pemerintahan saat ini. Kecurangan yang biasa dihadapi oleh seorang auditor forensik yakni berbentuk korupsi. Hal inilah yang melandasi Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia untuk menyelenggarakan webinar bertajuk “Inovasi Pengembangan Kompetensi Auditor Forensik dalam Era Industri 4.0” pada Selasa, 18 Agustus 2020. 

Webinar yang dipandu oleh pembicara Hendi Yogi Prabowo, M.ForAcc., Ph.D., CFrA., CAMS, selaku Direktur Pusat Studi Akuntansi Forensik UII dan Budi Santoso, M.ForAcc.,CFE., CA, selaku Senior Director Kroll Business Intelligence and Investigations Singapore memaparkan tentang bagaimana inovasi yang dapat dilakukan para auditor forensik untuk bisa menginjak pada tahap intelligent forensics dan bagaimana para auditor forensik bisa mengembangkan entry level competencies. Adanya perubahan teknologi digital sekarang ini sangat memungkinkan untuk bertambahnya macam fraud yang terjadi di dunia audit forensik. Dengan paparan inovasi yang disampaikan para pembicara, dapat meningkatkan wawasan auditor forensik saat ini untuk bisa lebih siap dalam menghadapi segala macam fraud yang akan terjadi. 

Budi Santoso menjelaskan bahwa Kita sudah tidak dapat menyebutnya sebagai era Industri 4.0. Dengan teknologi modern yang berkembang saat ini, didorong oleh pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk terus meningkatkan kualitas, era sekarang ini lebih tepat jika disebut sebagai era Industri 5.0 atau Post Digital Era dimana segala macam informasi telah tersaji secara elektronik. Hal ini mendorong para auditor forensik untuk bertindak secara proaktif agar mampu mendeteksi minimal 5W + 2H yaitu Where, What, Why, Who, When, How dan How much.

“Audit forensik dalam era Industri 5.0 ini harus mampu bertindak secara proaktif, harus mulai menggunakan data analitik dalam memecahkan suatu masalah guna membantu perusahaan untuk terus mengikuti perkembangan digital di era Industri 5.0 ini,” ujar Budi Santoso, M.ForAcc.,CFE., CA., Senior Director Kroll Business Intelligence and Investigations Singapore.

Hendi Yogi Prabowo menambahkan, “Teknologi itu membuat kehidupan kita lebih cepat dan lebih baik. Teknologi juga membantu kita lebih adaptif dan fleksibel. Hal ini tidak hanya untuk individual tapi juga dapat mempengaruhi perusahaan atau organisasi yang disebut sebagai Value Chain dimana value dari transaksi suatu perusahaan dapat berubah seiring berkembangnya teknologi”. (MRF/ULF)

 

Bagi sebagian pelajar, kebutuhan akan beasiswa cukup penting. Terutama bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan tetapi terhalang oleh biaya. Kehadiran beasiswa dengan segudang keuntungannya membuat orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Salah satu beasiswa yang menarik banyak peminat yaitu beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Menyikapi kondisi tersebut, Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia pada tanggal 11 Agustus 2020 menyelenggarakan webinar melalui media zoom yang bertajuk “Kiat Menembus Beasiswa LPDP” bersama awardee  LPDP luar negeri, Yunice Karina Tumewang dan awardee LPDP dalam negeri, Muhammad Yudhy Guztaman.

Yunice Karina Tumewang menjelaskan bahwa ada banyak keuntungan beasiswa yang akan kita dapatkan selain bebas biaya pendidikan. Salah satunya yaitu memiliki pengalaman yang luar biasa dan kekerabatan yang kuat antar alumni karena banyak kesamaan yang dimiliki. Namun, sebelum mendaftarkan diri ada baiknya kita mempersiapkan diri sedini mungkin, menetapkan tujuan dengan jelas, dan menyelesaikan permasalahan yang ada pada diri kita. Dengan persiapan tersebut, ketakutan akan kegagalan dalam meraih beasiswa sedikit demi sedikit akan menghilang.

Kegagalan yang sering dialami disebabkan oleh rasa takut karena semakin banyak pesaing dalam mengejar beasiswa yang diinginkan, padahal hal tersebut bisa kita jadikan motivasi agar dapat memaksimalkan potensi yang ada pada diri kita. “Jangan jadi mahasiswa biasa, buatlah cerita di masa perkuliahan dan kembangkan potensimu melalui organisasi dan kompetisi. Kegiatan inilah yang akan membuat diri kita semakin siap untuk bersaing dengan ratusan mahasiswa diluar sana,” ujar Yunice Karina Tumewang yang kerap disapa Ibu Cece. Tidak dipungkiri, organisasi memang merupakan wadah yang dapat meningkatkan softskill kita yang akan sangat berguna setelah kita lulus dari bangku perkuliahan, salah satunya untuk beasiswa LPDP ini.

Muhammad Yudhy Guztaman menambahkan, “Ikut organisasi di lingkungan perkuliahan dan berpartisipasi dalam kompetisi merupakan nilai tambah bagi penilaian penerimaan beasiswa, tetapi jika memang tidak mengikuti kegiatan seperti itu cobalah untuk meyakinkan apa saja kontribusi yang akan kalian berikan pada saat  dan sesudah melanjutkan pendidikan. Kontribusi yang diberikan haruslah memiliki dampak yang besar dan bermanfaat bagi orang lain”. Sebenarnya, beasiswa LPDP hanyalah jembatan masa kini ke masa yang akan datang dan yang menentukan arahnya adalah bakat, minat, dan kemampuan diri kita sendiri. “Kenali dirimu, wujudkan keinginanmu,” ujar Habib Wira Alfachri selaku moderator sekaligus menutup webinar pada hari ini. (NNS/DIN)