BAMBANG TRI BAROTO | Corporate Secretary Bank BRI
Datang dari tanah Paris Van Java dan singgah di Yogyakarta adalah dia yang bernama Bambang Tri Baroto, atau Bambang sapaan akrabnya. Putra ke-6 dari 9 bersaudara Bapak R. Sumarlan dan Ibu Siti Mariah ini lahir pada 8 Februari 1962 di Bandung dan langsung merintis kisah perjalanan hidupnya di Yogyakarta. Langit sore di sudut Sagan tepatnya belakang SMA 9 Yogyakarta tempat Bambang setiap hari melepas penatnya seusai sekolah, Bambang memulai rangkai pendidikanya di SD Ungaran, Kotabaru. Seperti kebanyakan anak lainya Bambang meneruskan sekolahnya setelah jenjang Sekolah Dasar, ia melanjutkan ke bangku sekolah menengah di SMP 8 Yogyakarta dan melanjutkan ke SMA 4 Karangwaru. Kisah semasa kecil hingga remajanya diisi dengan permainan dan tren pada zamanya dengan kawan seperjuangan tentunya, ditambah lagi ia harus ditinggal oleh ayahnya yang bekerja di luar kota. Tumbuh sebagai pribadi yang mandiri, perjalanan kesuksesanya tidak berjalan mulus seperti yang ia harapkan, seusai lulus SMA ia dipaksa merasakan pahitnya ditolak berkali-kali ketika mendaftar perguruan tinggi, tak ada satupun perguruan tinggi yang didaftarnya menerima usaha Bambang. Jiwa perjuangan yang tak mudah dipatahkan memang sudah melekat dalam dirinya, semangatnya datang dari warisan yang diberikan oleh orang tuanya.
“Sebagai orang tua kita hanya bisa mewariskan pendidikan untukmu, gapailah pendidikan setinggi mungkin”
Warisan berharga dari Bapak dan Ibu Bambang, kata – kata ini mendorong Bambang untuk mengikuti bimbingan demi mengisi waktu luangnya sebelum kembali mendaftar Perguruan Tinggi. Semangat dan usahanya melayangkan perasaan bahagia ketika ia menerima kabar dirinya diterima oleh 3 Perguruan Tinggi bonafit di Yogyakarta. Perguruan Tinggi berkelas UII, UGM, dan IKIP (sekarang UNY) seakan menyapu semua rasa lelahnya perjuangan Bambang dalam mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dunia seolah berada digenggam tanganya, tidak ingin menelantarkan kesempatan emas itu, UGM dan UII dipilihnya dengan jurusan Sosiologi (UGM) dan Ekonomi Perusahaan (UII) yang sekarang berubah nama menjadi Manajemen. Namun di tengah perjalanan ia memutuskan untuk berfokus ke satu Perguruan Tinggi saja, UII dipilihnya dengan peluang karir yang menjanjikan, “Ekonomi lebih mudah dan prospek” pungkasnya.
Tongkat pemukul, helm pelindung, sarung tangan, dan seragam kebanggaan milik Bambang menjadi saksi bisu perjuanganya dalam perjuanganya menorehkan prestasi di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) bidang Softball. Lahan rumput hijau, sorak sorai suporter mungkin menjadi hal yang setiap detik dirindukan oleh Bambang. Saat itu adalah tahun pertamanya menjadi mahasiswa tingkat satu, “Saya memang suka banget olahraga, passion saya olahraga” ucapnya dengan nada bangga. Dua kali menorehkan prestasi dalam ajang PON menjadi kisah yang akan selalu membekas di benak Bambang, “Benar-benar momen yang tak terlupakan” tambahnya. Memiliki karakter yang gigih dan tak mudah menyerah tentu saja tidak didapat oleh Bambang dengan cuma – cuma, ia mendapatkan hal tersebut karena sudah membiasakan diri dengan kompetisi, baginya ia sangat bersyukur telah banyak mengikuti kompetisi untuk bekalnya dalam membangun daya juang. Mengikuti banyak kegiatan di luar kampus menjalin hubungan dengan banyak orang menjadi hal yang digemari oleh Bambang selain olahraga, demi membangun sebuah koneksi yang nanti akan membantunya dalam mencari pekerjaan, semua itu ditempuh dengan jalan yang berbeda tentunya, ada yang dengan menjadi kelompok belajar ada juga yang berperan sebagai teman dikala waktu libur melanda, “Pernah mendaki ke Merbabu dan Merapi walaupun cuma sekedar ikut – ikut sih, jaman dulu main itu hal utama” tuturnya.
Tahun 1987 adalah tahun saat Bambang mengenakan toganya dengan bangga, berdiri di hadapan ratusan bahkan mungkin ribuan manusia saat itu menyambut kelulusan sarjana muda ini. Petualanganya belum selesai masih banyak yang harus dilakukan, masih banyak lahan yang bisa ia jadikan prestasi. Seusai kelulusanya dari UII, Bambang langsung mencari pekerjaan dan didapatinya pekerjaan di sebuah Perusahaan Swasta, namun saat itu menurut Bambang jenjang karir di Perusahaan Swasta tidak menentu. Setelah lamanya dua tahun bekerja sebagai karyawan Perusahaan Swasta, ia mengintip kesempatan lain dengan mendaftar didua Perusahaan Perbankan, BRI dan CIMB dipilihnya saat itu. Dengan prestasinya yang telah diukir selama masa perkuliahan memudahkan Bambang diterima didua perusahaan yang didaftarnya tersebut dengan mudah. Bambang lebih memilih BRI pada akhirnya karena itu pilihan merupakan pilihan pertamanya. Hampir seluruh jabatan pernah diraih oleh Bambang dalam perjalanan karirnya, dimulai dari menjadi Staff, Wakil Kepala Bagian, Kepala Bagian, hingga Wakil Pemimpin Wilayah. Semua pernah dirasakan olehnya, bahkan dalam merintis karirnya ia pernah ditempatkan di enam wilayah yang berbeda di Indonesia antara lain Jakarta, Semarang, Jogja, Padang, Denpasar, dan Bandung tentu dengan jabatan yang berbeda–beda disetiap wilayahnya, “Pas jadi Staff itu di Jakarta, terus jadi Wakil Kepala Bagian di Jogja, jadi Kepala Bagian pas di Padang, terus jadi Wakil Pemimpin Wilayah di Bandung sama di Jakarta” ceritanya. Prestasi ini diraih oleh bambang lantaran dirinya sudah biasa berkompetisi, bersaing di dalam perusahaanpun tak ada bedanya “Saya tidak pernah mengincar jabatan dalam bekerja, yang penting kerja semaksimal mungkin dan menjaga amanah dengan begitu prestasi yang akan mengejar kita bukan sebaliknya” tuturnya. Semua ini juga diraihnya karena ilmu yang telah ia dapat pada saat berkuliah di UII, menurutnya jurusan yang ia ambil sangat relevan dan berkaitan. Menurutnya pengalaman, relasi, dan passion adalah kunci yang harus dipegang untuk adik–adik mahasiswa,
“Hidup sesuai dengan passion masing–masing, hidup harus dinikmati tentu juga semua dilakukan demi Allah SWT” begitulah pesan yang disampaikan oleh Bambang.