IRMA RIMADHONA | Vice President-Risk Management Department

Irma Rimadhona Siregar adalah alumni Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Kehidupan masa kecil Irma dilaluinya di Medan sampai masa SMA, kemudian pindah ke Yogyakarta dan bekerja di Jakarta. Irma merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Perempuan tertua yang dilahirkan dari seorang ayah dan seorang ibu yang berdarah Medan bersuku Batak. Ia merupakan siswa berprestasi disekolah dan aktif dalam kegiatan non akademik seperti organisasi. Ketika SMP Irma mengikuti Pramuka dan Jambore Nasional, ia juga menjadi Sekretaris Umum di OSIS. Lalu ia ditunjuk sebagai utusan dari SMA yang mengikuti seleksi siswa teladan tingkat Kota Madya, kemudian berlanjut pada tingkat Provinsi dan hal ini membuatnya menerima kesempatan untuk maju ke tingkat Nasional. Pada seleksi tingkat Provinsi ia mendapat Juara 1 Se-Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan pengalaman masa kecil Irma ketika SMP mengikuti ekstrakurikuler teater dikampungnya.

Ayah Irma bekerja sebagai seorang bankir di BRI sedangkan Ibunya bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Medan sebagai Pegawai Negeri. Irma termasuk seseorang yang mampu menyeimbangkan waktu belajar dan bermainnya. Kesibukan orang tuanya menjadikan Irma terlatih mandiri sejak kecil untuk mengatur jadwal belajar, serta kesadaran atas tanggung jawabnya sebagai seorang anak. Irma lebih senang belajar sambil mendengarkan musik, karena hal itu membuatnya semangat dalam belajar. Keinginan Irma dan keinginan orang tua untuk menjadi dokter, ketika SMP Irma melihat buku–buku psikologi yang dimiliki oleh ibunya dan sering membacanya. Sejak kecil Irma sudah terbiasa dalam membuat timeline untuk mencapai target yang telah ditentukannya. Pada awalnya Irma berminat untuk mengikut tes UNMPTN pada Program studi Kedokteran dan Psikologi, akibat nervous dalam menjawab soal belum berhasil untuk lolos.  Kemudian pamannya merekomendasikan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Islam Indonesia yang merupakan perguruan tinggi Nasional tertua di Indonesia. Namun dikarenakan UII belum memiliki Program studi Kedokteran, pamannya merekomendasikan Irma untuk mengambil Program studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi UII. Dengan berbagai pertimbangan ia akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi UII dan aktif dalam organisasi KOPMA FE UII.

Kebersamaan yang tidak dapat dilupakan oleh Irma selama ia berkuliah di FE UII. Kampus adalah rumah pertama yang dianggap oleh Irma. “Setiap diri kita itu adalah arsitek bagi diri kita sendiri”. Kalimat tersebut menjadi prinsip hidupnya. Sehingga  pada saat pembuatan skripsipun ia sudah mulai merencanakan arah masa depannya. Pada saat itu  Irma mulai mendata bank–bank yang ada di Indonesia dan mencatat alamat–alamat kantor pusat bank untuk dapat mengirimkan CV. Awal karirnya dimulai di Bursa Berjangka selama sebulan, kemudian Irma diterima di Bank Universal. Setelah itu, Irma melanjutkan karirnya di BII pada Department Risk Management atas pilihannya sendiri, karena ia berhasil menjadi The Best Trainee dan berhak memilih Department yang diinginkan. Pada saat itu Risk Management menjadi hal baru pada sektor  perbankan di  Indonesia dan Irma mulai tertarik bergabung dalam divisi tersebut selama 8 tahun.

Berkat sifat mandiri, performance orinted dan disiplin target yang dimilikinya, Irma berhasil menjadi Vice President-Risk Management Departement di PT Bank ICBC Indonesia. Dimana hal ini adalah puncak pencapaian karirnya di usia 38 tahun. PT Bank ICBC Indonesia merupakan bank kelima dari perjalanan karir Irma. Menurut Irma, pengaruh Almamater FE UII terhadap dirinya dinilai sangat berperan karena membantunya dalam mengimplementasikan keilmuannya dikampus. Selain itu, dosen serta teman–temannya dapat membantu dalam pembentukan karakter dan kepribadiannya.

Pesan Irma untuk mahasiswa FE UII teruslah berjuang, teruslah berkarya, teruslah berusaha agar menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang banyak dunia dan akhirat. Prinsip yang ditanamkan di dirinya yaitu siapa yang bersungguh–sungguh, berusaha Insya Allah akan memperoleh apa yang dia usahakan.

Siapa yang menanam ia akan menuai apa yang ia tanam dan siapa yang berusaha Insya Allah ia akan memperoleh kejayaannya. -Irma Rimadhona Siregar.

SANTOSO ROCHMAD | Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY

Santoso Rochmad yang akrab disapa Santoso merupakan salah satu alumni program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia tahun 1985. Anak kesepuluh dari dua belas bersaudara. Santoso berasal dari kabupaten Bantul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keluarga yang berpendidikan agama yang cukup tinggi. Sejak kecil Santoso telah dididik oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu di sekolah dengan latar belakang islam. Sehingga saat ia masih dibangku Sekolah Dasar (SD) orangtuanya memindahkan Santoso dari SD Negeri yang dekat dengan rumahnya ke SD Muhammadiyah yang sangat jauh dari rumahnya. Orangtua Santoso ingin mengajarkan arti perjuangan hidup kepada anaknya walaupun mereka telah hidup berkecukupan. Hal itu membuat Santoso belajar banyak tentang saling menghargai dan berbagi dengan masyarakat disekitar sekolahnya. Serta bagaimana perjuangan beliau untuk menempuh jarak yang jauh menuju sekolahnya dengan jalan yang berlubang serta berlumpur.

Pada tahun 1984 Santoso lulus dari bangku SMA dan  bercita–cita  menjadi AKABRI, tetapi belum berhasil. Kemudian  ia mencoba untuk melanjutkan pendidikan di program studi Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia. Setelah itu, pada tahun kedua Santoso mendaftarkan dirinya di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia sehingga Santoso kuliah dengan dua jurusan. Sebelum berkuliah di Fakultas Ekonomi UII, beliau sempat bingung dalam menentukan program studi apa yang akan ia ambil. Sebelumnya Santoso ingin berkarir dalam bidang jasa kontruksi maka beliau lebih memilih untuk melanjutkan kuliah ke Fakultas Teknik Sipil UII. Namun setelah dijalani, ternyata teknik sipil bukan menjadi passion-nyaMelihat kemampuan dan passion-nya, ia lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi UII dan berfokus pada program studi manajemen. Pada akhirnya di tahun ketiga kuliah Santoso melepas jurusan teknik sipil kemudian fokus untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi UII. Menurutnya, dunia perkuliahaan membentuk pola pikir seseorang untuk bertindak dan berpikir logis.

Ilmu yang didapat dalam bangku kuliah merupakan sesuatu yang bermanfaat baik untuk kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Namun, ilmu yang kita pelajari sebaiknya dikombinasikan dengan ilmu yang kita pelajari di masyarakat dan lingkungan. Santoso mengatakan bahwa penting untuk bersilaturahmi dengan semua kalangan, karena kita akan mendapat banyak ilmu dari sebuah proses dan kegagalan yang dialami. Kita juga dapat memiliki planning untuk hidup kedepan dengan bercermin dari interaksi lingkungan kita.

“Suatu saat nanti, kita akan tertolong dengan silaturahmi, karena orang yang dulunya bukan siapa-siapa, di masa yang akan datang bisa menjadi orang yang hebat. Jadi berbuat baiklah dengan semua orang”- Santoso Rohmad.

Setelah menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi UII, Santoso melanjutkan pendidikan S2 dan selesai pada tahun 1991. Dalam karirnya Santoso menjabat sebagai Account Officer BPD DIY, Penyelia, dan menjadi wakil pimpinan cabang BPD DIY di Wates divisi Sumber Daya Manusia. Sekarang Santoso Rohmad menjabat sebagai Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY. Tantangan terberat baginya adalah waktu ia bekerja di divisi Sumber Daya Manusia, ia merasa kesulitan untuk merubah budaya perusahaan dan merubah sikap mental seseorang. Santoso dikenal sebagai direktur yang ramah dan merakyat, dikarenakan sejak kecil beliau dibiasakan dengan nilai–nilai keagamaan dan sosial oleh orang tuanya. Ilmu–ilmu yang telah ia dapatkan sejak kecil sangat bermanfaat baginya sampai saat ini dan menjadi fundamental dalam dirinya. Lingkungan yang telah mengajarkan Santoso untuk mampu menghadapi persoalan–persoalan yang dihadapinya. Di samping itu, menurut Santoso, ia juga merupakan orang yang sering mengalami kegagalan, seperti tidak diterima di AKABRI sesuai dengan cita-citanya. Tetapi kegagalan-kegagalan tersebut yang membuat santoso menjadi semakin taff.  “Walau cita-cita saya untuk menjadi Jendral tidak terwujud, namun jalan Allah menunjukan saya menjadi Jendral di tempat lain, di BPD ini” jawab Santoso dengan tertawa ringan.

Selain kesibukannya sebagai direktur bukan berarti melupakan kesehatan tubuhnya, beliau memiliki beberapa kegemaran seperti rutin lari pagi, bersepeda, dan sesekali bermain golf dengan rekan kerjanya. Terkadang beliau bersepeda menuju rumah stafnya hanya sekedar untuk saling mendekati diri. Selain olahraga, beliau memiliki kegemaran mengendarai motor besar, sesekali beliau mengajak sang istri dan anaknya untuk berkeliling dengan motornya. Jika ada waktu luang, beliau beberapa kali mengikuti konvoi komunitasnya hingga ke luar Jawa.

Menurut Santoso, interaksi adalah salah satu sumber untuk mendapatkan informasi. Menjadi pemimpin cabang terbaik di Yogyakarta merupakan salah satu keberhasilan yang telah ia capai. Prinsip beliau pada saat menjadi pemimpin adalah harus dapat membuat sejarah serta menjadi panutan dan gemar mencari ilmu di tempat lain. Karena seorang pemimpin tidak akan selamanya berada diposisi yang sama, sehingga harus membagikan ilmunya kepada bawahannya yang kelak akan meneruskan jejaknya. Harapan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi UII adalah agar mahasiswa dapat menciptakan lapangan usaha untuk membuka lapangan pekerjaan baru.

Kesuksesan merupakan bagaimana cara kita untuk mengatasi persoalan yang hadapi. – Santoso Rohmad.

Harapan Santoso untuk kedepannya, ia ingin Bank BPD DIY dapat bersaing dengan BUMN dan perbankan nasional dalam menguasai teknologi dan penerapan good corporate governance. Untuk mewujudkan itu, banyak persoalan yang harus diselesaikan, sehingga hal tersebut menjadi tantangan yang harus dihadapi. Selain itu, harapan untuk keluarga kedepannya adalah menjadi keluarga yang “sukses”, dapat membina keluarga dari sisi moral dan akademik. Seperti mendidik anaknya untuk dapat mampu menyelesaikan persoalan hidup yang tidak didapat di bangku kuliah.

IQBAL HIMAWAN | News Anchor Metro TV

Iqbal Himawan, pria kelahiran Semarang, 23 Januari 1986 ini adalah salah seorang alumni dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia yang berlatar belakang dari keluarga PNS. Sejak kecil Iqbal sudah diajarkan untuk melawan ketakutan dengan tidak menjadikan ketakutan itu sebagai phobia, tetapi juga harus pandai mengatasinya. Selain itu, Iqbal sejak kecil juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, penasaran dengan hal–hal baru dan ingin mencobanya. Sifat ingin tahu itu merupakan salah satu pendorong Iqbal menjadi seorang jurnalis, sehingga tak heran pencapaian karir Iqbal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukannya sejak kecil. Saat ini Iqbal menjabat sebagai News Anchor di Metro TV. Sebuah tantangan ketika orang tua yang sudah terbiasa bekerja dibidang birokrat dan sangat sulit bagi Iqbal untuk meyakinkan kedua orang tua bahwa pekerjaan sebagai jurnalis itu adalah pekerjaan yang sangat bermanfaat dan membanggakan.  Mendengarkan berita pada channel tv international sudah dilakukan Iqbal sejak kecil dan kagum melihat para jurnalis meliput dalam segala situasi, dari lokasi manapun sehingga dapat memberikan laporan informasi yang jelas terhadap pemirsa.

Iqbal menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) disuatu kota kecil, yaitu Purwodadi. Kemudian lulus dari bangku SMP Iqbal mengikuti student exchange ke Australia dan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Iqbal mengambil jurusan Ilmu Ekonomi (International Pembangunan) dengan mempertimbangkan berbagai alasan pendukung, salah satunya Iqbal memiliki passion dibidang bahasa dan ia beranggapan Ilmu Ekonomi dapat menunjang profesinya untuk menjadi  seorang jurnalis dan mengasah kemampuan net working-nya. Selain itu juga Iqbal beranggapan bahwa masih sedikit perguruan tinggi yang menyediakan International Program pada Jurusan Ekonomi di Yogyakarta. Baginya Yogyakarta merupakan kota yang sangat kondusif untuk mengenyam pendidikan. Pada masa kuliah, Iqbal mengidolakan dua orang dosen yang menjadi favoritnya sekaligus motivator terbesar dalam dirinya yaitu, Bu Endang yang mengajarkan ketegasan dan Pak Edi Suwandi Hamid yang selalu menjelaskan sesuatu hal rumit bisa diselesaikan dengan cara yang sederhana sehingga dapat diaplikasikan dengan mudah.

Melalui pekerjaannya, hidup Iqbal dekat dengan berbagai macam petualangan yang membuatnya harus selalu siap siaga. Seperti mewawancarai presiden, mewawancarai Antasari Azhar, mewawancarai istri teroris, bahkan mewawancarai seorang ayah yang memperkosa anaknya sendiri. Sejak kecil sosok Iqbal dikenal sebagai anak yang selalu ingin mencoba segala hal baru dan memiliki empati yang tinggi. Baginya empati dapat membantu diri untuk selalu bersyukur. Semakin sukses seseorang, semakin merendah dan selalu humble pada siapapun.

Anggaplah sebuah hambatan itu menjadi tantangan, karena kita tidak pernah tahu bahwa hambatan bisa menjadi sebuah kesempatan. – Iqbal Himawan

Sebelum menjadi News Anchor, Iqbal sempat bekerja di bank selama 3 tahun. Tahun pertama ia bekerja di bank Danamon, kemudian dua tahun selanjutnya bekerja di bank BRI. Kemudian Iqbal berpikir untuk menjadi jurnalis namun tetap menggunakan background dirinya sebagai alumni Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi UII. Selain menjadi News Anchor di Metro TV, Iqbal juga sering menjadi moderator untuk anak – anak kurang mampu dan panti asuhan.

Diakhir wawancara, Iqbal Himawan menyampaikan beberapa pesannya untuk mahasiswa yaitu, bersikaplah lebih prihatin karena setelah memasuki dunia kerja kita merasakan bahwa mencari uang itu susah. Kumpulkanlah pengalaman dan network sebanyak–banyaknya, manfaatkan internet sebaik-baiknya, dan bergabunglah dengan komunitas agar membuat kita lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. Selain itu Iqbal juga menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan Finding Alumni, semoga dapat terus terbentuk kerjasama alumni dengan Fakultas Ekonomi UII dalam membangun sinergi alumni dan dapat bertukar pikiran dengan mahasiswa.

Restu Satriotomo merupakan salah satu alumni Fakultas Ekonomi Unversitas Islam Indonesia angkatan tahun 2000 program studi Manajamen. Pria kelahiran 20 Juli 1982 dibesarkan Yogyakarta serta beberapa negara. Mempunyai latar belakang keluarga yang biasa-biasa saja, Ayahnya merupakan pegawai yang bergerak di bidang ekonomi membuat ia dan adik-adiknya selalu diajari tentang ekonomi. Pernah menempuh pendidikan di SMA Indonesia Hongkong Konsula yang terletak di Hongkong selama 1 tahun. dan kembali ke Indonesia ketika SMA kelas 2 melanjutkan pendidikan di SMA 1 Magelang. Tomo sapaan akrabnya, bukanlah anak yang cerdas ketika itu tetapi kegigihannya patut diteladani. Lalu ia melanjutkan pendidikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Alasan  memilih  Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia dikarenakan merasa berbeda dari fakultas lain dan sosok ayahnya membuat beliau menjadi menyukai ekonomi membuat ia dapat mencapai titik kesuksesan karena sejak kecil sudah dikenalkan dengan ekonomi. 

Ketika kecil, ia mempunyai cita-cita untuk menjadi dokter dikarenakan suka membantu orang lain. Akan tetapi, nilai yang dibutuhkan untuk menjadi dokter tidak sesuai harapannya dan membuat ia mencoba mempelajari ekonomi seperti yang diajarkan oleh ayahnya. Ketika kecil  pun, sudah harus bertemu pengalaman-pengalaman yang tidak terlupakan ketika berpindah-pindah negara untuk menempuh pendidikan dikarenakan mengikuti orang tua nya yang bertugas dan membuatnya sempat lupa cara berbicara Bahasa Indonesia ketika kembali ke Indonesia.

Pada tahun 2004, beliau lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia dan masih mempunyai cita-cita untuk bersekolah di luar negeri sembari mencari kerja dan mencari informasi tentang perkuliahan di luar negeri. Beliau pada awalnya telah diterima di perusahaan Valbury Sekuritas Indonesia tetapi ditolaknya agar bisa melanjutkan pendidikan di luar negeri yaitu Cleveland State University California, Amerika prodi Master of Business Administration. Beliau mendapatkan pilihan yang cukup berat untuk berpindah dari Amerika ke Eropa karena harus meninggalkan pekerjaan yang sangat bagus saat itu dan harus mengulang dari nol pada saat di Eropa.  Alhasil dengan minitih karir beberapa kali di Eropa, akhirnya beliau saat ini menjabat sebagai Assistant Vice Pressident Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Brusssels Area, Bulgium.

“Passion. Walaupun anda merasa minoritas, tetapi temukanlah passion yang membuat anda spesial”.

Keberhasilan beliau dicapai dengan kegigihan beliau untuk menggapai cita-citanya dan dukungan dari keluarga. Keinginanya yang belum tersampaikan, ia ingin anak-anak daerah mencicipi pengalaman ke luar negeri bahwa ke luar negeri anak biasa saja bisa tidak perlu menjadi orang super, serta adanya motivasi dan keinginan yang kuat. Pesan yang ingin disampaikan beliau untuk memotivasi para pembaca terutama mahasiswa UII sekarang ialah “Kita harus mencari added value di dalam diri kita agar menjadi orang yang spesial walaupun kita terlihat biasa, biarlah Indonesia seperti kotak biarlah Yogyakarta seperti kotak. Setiap kalian melangkah lewati kotak-kotak itu berarti kalian keluar dari zona nyaman dan jangan pernah tergoyah”.

Humble dan mempunyai karisma, begitulah kesan yang terlintas di benak ketika pertama kali bertemu dengannya. Halim Alamsyah, Ia merupakan salah satu alumni lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) program studi Ilmu Ekonomi yang pada saat itu masih bernama Ekonomi Pembangunan. Pria kelahiran 6 Maret 1957 di Sungai Liat, Bangka ini, sempat mengenyam pendidikan di Bangka dan juga Palembang, kemudian pindah ke Jakarta sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada waktu itu Ia dua kali pindah sekolah, mulai SMA N 10 di kelas satu, lalu pindah ke SMA katolik Budi Mulya pada tahun kedua atau SMA kelas dua. Satu hal yang selalu diingat oleh beliau dari seorang ayah adalah selalu menitik beratkan kepada pendidikan.

“Jangan sampai melupakan atau berhenti belajar, berarti kita sudah berhenti sebagai manusia” ujar ayahnya. Dan kata-kata ini yang beliau terapkan kepada anak-anaknya sekarang.” Read more

Setiap individu tentu memiliki tokoh panutan dalam hidupnya, karena dari panutan itu akan mempengaruhi cara pandang yang lebih baik lagi. Anto Prabowo yang biasa disapa Anto merupakan pria kelahiran Jakarta, 20 Februari 1968 adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) program studi Manajemen ini memiliki sesosok ayah sebagai panutannya. Sejak kecil ia tinggal berpindah-pindah karena profesi ayahnya yang bekerja di Bank Indonesia dan mengharuskan ditempatkan pada daerah-daerah di Indonesia. Terbiasa hidup berpindah-pindah menjadi kelebihan beliau untuk gampang berdaptasi dengan lingkungan yang tiba-tiba berubah. Kebaikan itu belum tentu nanti saya nanti yang merasakan, bisa jadi kamu yang merasakan atau keturunan saya yang rasakanungkapnya. Read more

Ade Ahmad Rozi adalah salah satu alumni dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) angkatan 1990. Ade mengambil program studi Manajemen dan lulus lima tahun kemudian. Tidak biasa dengan mahasiswa lain yang rata-rata lulus empat tahun, malah Ia memperpanjang satu tahun untuk menjadi asisten dosen di kampusnya. Pria kelahiran tahun 1973 di Karawang, Jawa Barat ini setelah menempuh pendidikan di SMA Muhammadiah 1 Yogyakarta kemudian melanjutkan kuliah di FE UII. UII dipilih karena Universitas Islam swasta tertua di Indonesia sehingga telah berpengalaman dalam mencetak sarjana Islam. Selain itu, UII juga terkenal dengan berbagai kegiatan mahasiswanya, salah satunya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang juga didirikan oleh mahasiswa UII tahun 1947. Hal ini kemudian berdampak pada kegiatannya selama menjadi mahasiswa di FE UII. Ia terlibat aktif di HMI dan menjadi ketua komisariat HMI FE UII dan juga aktif di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekonomika untuk mengasah kemampuan organisatoris dan menulisnya. Read more

M. Riza Perdana Kusuma yang akrab disapa Riza merupakan salah satu alumni Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII). Pria yang lahir pada tanggal 16 February 1972 dan memiliki tiga orang saudara ini merupakan salah satu putra daerah Yogyakarta asli. Saat ini, Riza berkarir menjadi Direktur Operasional dan Komersil di Angkasa Pura Solusi. Pria yang lahir di tengah kota Yogya tepatnya dipinggiran kali Code Sayyidan ini pun mengaku bahwa dia tumbuh di lingkungan yang bukan cukup baik, namun berkat didikan yang kuat dan keras dari orang tua sehingga dia dapat berhasil sampai sekarang. Read more

Setiap orangtua di dunia ini pasti menginginkan anak-anak nya menjadi seseorang yang lebih baik dari mereka. Perjuangan orangtua memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya tidaklah mudah, terkadang mereka bersusah payah untuk melihat sang anak meraih kesuksesan. Hal itulah yang diinginkan orangtua Yan Syafri, orangtua Yan Syafri sangat menginginkan ia melebihi mereka. Dari situlah tertanam semangat Yan untuk menjadi orang sukses agar bisa mencapai keinginan dari orangtua nya dan menjadi motivasi tersendiri baginya.

Read more

Smart, stylish, percaya diri dan humoris merupakan kata-kata yang cocok untuk menggambarkan sosok Muhammad Donni Riyangga. Pria kelahiran Yogyakarta, 15 Januari 1984 ini merupakan salah satu alumni program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) yang inspiratif. Saat ditemui di Diploma 3 (D3) FE UII pada hari Sabtu, 5 Desember 2015  Donni berbagi sepenggal pengalaman hidupnya sejak di bangku sekolah hingga saat ini ia menjadi pimpinan cabang Bank Bukopin Syariah Yogyakarta. Lahir dan besar di Yogyakarta mungkin adalah serangkaian kata yang menggambarkan perjalanan hidup Donni hingga saat ini. Lulus dari SD Muhammadiyah Ngupasan, anak sulung dari tiga bersaudara ini melanjutkan studinya ke SMP Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Masa remaja di bangku SMP dan SMA dimanfaatkan Donni untuk menggali potensi dirinya dengan mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi seperti ekstrakurikuler musik, paskibraka hingga Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM).

Read more