,

Menelisik Kembali Kisah G30S/PKI serta Mengambil Pelajaran di Dalamnya

Pada Kamis (29/9) pukul 18.00 WIB, Takmir Masjid Al-Muqtashidin Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menyelenggarakan sebuah kegiatan yaitu Kajian Strategis 30S dengan mengangkat sebuah judul “Merah Putihku Hampir Saja Menjadi Palu Arit”. Usai salat Magrib, Masjid Al-Muqtashidin menjadi tempat berdiskusi pada saat acara berlangsung yang dihadiri oleh beberapa mahasiswa FBE UII.

Kajian diawali dengan pembukaan Master of Ceremony oleh Muhammad Fadlan Reza selaku Bendahara Takmir  Masjid. Kemudian acara dilanjut dengan sambutan oleh Rizki Hamdani, S.E., M.Ak., Ak., CA selaku Dosen Program Studi Akuntansi FBE UII yang mewakili Dekan FBE UII. Kajian malam ini diisi oleh Brigjen TNI Puji Cahyono, S.I.P, M.Si. selaku Danrem 072/Pamungkas dan K.H. Muhammad Zaidun Kharisin, Lc., M.Hum. selaku Direktur MA Diponegoro.  

Kajian dilanjutkan oleh pemateri pertama, Puji Cahyono menyampaikan bahwa pentingnya untuk mengingat sejarah yang telah berlalu bertujuan mengambil hikmahnya untuk proses pembelajaran, membuat manusia lebih bijak dalam menyikapi setiap peristiwa sejarah dan mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di masa sekarang dan yang akan datang. “Salah satu faktor terjadinya G30S/PKI adalah pertentangan antara PKI dengan TNI yang kemudian dibentuk angkatan kelima diinisiasi oleh PKI,” tutur Puji. Puji menjelaskan juga mengenai Peristiwa G30S/PKI serta tindakan maupun strategi yang digunakan oleh PKI yang terjadi di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. 

“Ideologi komunis harus kita waspadai karena mereka bertentangan dengan pancasila sila pertama, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Agama kita jelas menolak ideologi ini,” ujar Puji sebagai penutup sesi pertama. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, pertanyaan diberikan untuk peserta dari pembicara dan ditunjuk secara bebas yang diperantarai oleh Master of Ceremony. Terdapat dua peserta yang mampu menjawab dengan benar dan diberi hadiah oleh panitia acara sebagai apresiasi. 

Tiba pukul 19.00 dilaksanakan salat Isya berjamaah dengan para peserta. Setelah itu, dilanjutkan sesi kedua yaitu penyampaian materi oleh Zaidun. “Harus memperkokoh akidah sebagai pondasi, kalau pondasinya sudah kuat maka tidak akan goyah,” ungkap Zaidun. Dikarenakan dalam Islam akidah adalah dasar dari keislaman seseorang, ibarat bangunan akidah merupakan pondasi yang menopang berdirinya sebuah bangunan. Jika pondasinya kuat, maka sebuah bangunan akan berdiri kokoh. Sebaliknya, jika pondasi rapuh maka akan mudah roboh. Acara ditutup dengan tanya jawab seputar tema kajian agar lebih interaktif.  (PRH/ARK)