Pajak telah menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang cukup besar. Karenanya di tengah pandemi Covid-19, negara telah menggelontorkan berbagai kebijakan perpajakan untuk menyiasati perekonomian. Berkaitan hal ini Program Studi Magister Akuntansi (Maksi) Fakultas Bisnis & Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah D.I. Yogyakarta menyelenggarakan National Conference on Accounting and Finance (NCAF) dengan tema Strategi dan Kebijakan Perpajakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, pada 29-30 September 2021.

Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini merupakan NCAF yang ke-5 dan mendapat atensi yang baik dari berbagai pihak. Dikemukakan Ketua Panitia 5th NCAF, Dr. Mahmudi, SE., M.Si., Ak., CA., CMA, pada Rabu (29/9), hal tersebut nampakt dari banyaknya universitas yang bergabung menjadi co-host, yakni sebanyak 20 universitas dari berbagai wilayah di Indonesia. Di sisi lain, jumlah paper yang dipresentasikan di konferensi nasional ini, yaitu sebanyak 116 paper.

“Peserta konferensi berasal dari berbagai universitas di Indonesia. Peserta konferensi juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,” tutur Dr. Mahmudi.

Dr. Mahmudi menambahkan, pelaksanaan konferensi nasional menghadirkan empat pembicara dengan kapabilitas yang sangat mumpuni dari perwakilan tokoh dari organisasi pemerintah, pelaku usaha, konsultan pajak serta akademisi yaitu Prof. Mardiasmo (Ketua Komite Pengawas Perpajakan), Yunipan Nur Yogananta, S.E., M.B.A. (Kabid Penyulahan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Kanwil DJP DIY), Darussalam, S.E., Ak., CA., M.Si, LL.M.Int.Tax (Managing Partner Danny Darussalam Tax Center), dan H. Herry Zudianto, S.E., M.M. (Owner Margaria Group).

Membuka jalannya diskusi, Prof. Mardiasmo yang juga merupakan Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI memaparkan peran strategis Komite Pengawas Perpajakan dalam melakukan intensifikasi. Ia mengaku pihaknya fokus dan ingin mengembangkan ekonomi digital lebih jauh. Selain itu ada beberapa turunan intensifikasi dan ekstensifikasi yang lainnya. “Kelapa sawit, batubara, jasa keuangan, intensifikasi cukai, dan sebagainya,” tuturnya.

Prof. Mardiasmo menjelaskan, berkaitan dengan ekonomi digital, saat ini integrasi administrasi berbasis system IT. Terdapat empat tahap yang coba dilakukan. Pertama, interlocking system yang merupakan ikhtiar pengawasan dan saling mengingatkan wajib pajak. Kedua, integrasi data antar unit di Kemenkeu dan Kementerian Lembaga terkait untuk memudahkan pelayanan perpajakan. Dan ketiga, Big Data yang merupakan ladang informasi untuk melakukan pelayanan, pengawasan, dan penegakan hukum perpajakan.

Lebih lanjut dikemukakan Prof. Mardiasmo, dalam lingkup Kementerian Keuangan RI (Kemenku) dinyatakan tengah dikembangkan program sinergi. Hal itu tidak lain sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara peningkatan kredibilitas dan efektifitas APBN serta meningkatkan efisiensi layanan publik sehingga meningkatkan daya saing nasional. “Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan daya saing, meningkatkan kredibilitas dan efektifitas APBN, meningkatkan peringkat EODB Indonesia, dan sebagai penggerak efisiensi layanan public,” tandas Prof. Mardiasmo.

Sementara itu, Yunipan Nur Yogananta dalam pemaparannya menjabarkan dukungan APBN untuk memulihkan ekonomi skala nasional. Sebagaimana diketahui anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) naik 21 persen. “Anggaran ini akan difokuskan untuk efektivitas pemulihan ekonomi di lima bidang prioritas,” jelasnya.

Ia menjelaskan, dukungan APBN telah menyasar berbagai sektor. “Perlindungan sosial, UMKM dan Korporasi, Kesehatan, Program Prioritas, dan Insentif Usaha,” tutur Yunan. “Tidak cukup sampai di situ, insentif pajak juga diakui telah banyak digelontorkan untuk mengantisipasi dampak ekonomi ketika pandemic,” tambahnya.

Perpajakan di kala pandemi

Melanjutkan diskusi, Darussalam mencermati fenomena perpajakan di kala pandemic. “Kenapa sih harus ada revisi UU Perpajakan di tengah pandemi?” Menurutnya, ini adalah momentum untuk memutus persoalan fundamental perpajakan di Indonesia. Tidak cukup sampai di situ, ini juga sebagai langkah reformasi pajak yang selaras dengan teori dan praktik. Selain itu menurutnya, hal ini salah satu jalan untuk membantu pemulihan ekonomi, dan sebagai langkah untuk konsolidasi fiskal dan menuju disiplin defisit anggaran 3 persen pada tahun 2023.

Sehingga menurut Darussalam, ada tiga persoalan yang paling besar di dalam industri pajak di Indonesia. Di tahun 2020, tax ratio Indonesia hanya sebesar 8,94 persen. Dengan begitu menempatkan Indonesia pada urutan tiga terendah di kawasan Asia Pasifik. Tax Buoyancy selama satu dekade sebesar 0,83 persen. “Potensi pajak kita itu di tahun 2019 untuk pribadi sebanyak 58 persen yang belum didapatkan. Masalah yang terakhir yaitu sejak 2009, target penerimaan pajak tidak pernah tercapai,” jelanya.

Darussalam memaparkan, tax ratio sebesar 15 persen juga menjadi acuan Indonesia untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Merujuk pada IMF Medium Term Revenue Strategy Indonesia (2018), reformasi pajak yang ada berbentuk dua hal, administrasi dan kebijakan. Dari dua hal tersebut hanya memberikan tambahan tax ratio sebanyak 5 persen. “Bagaimana caranya kita mau mengejar pembangunan berkelanjutan, kalau tingkat kita masih ada di angka itu,” ungkap Darussalam.

Masih pemaparan Darussalam, terdapat instrumen pajak yang dapat dicoba di tengah pandemi yaitu Pajak Solidaritas, merupakan pungutan tambahan yang bisa berupa subjek, obyek, dan/atau tarif baru di luar ketentuan pajak yang sudah ada.

“Tarifnya antara 2,5 sampai 15 persen dari pendapatan. Ini merupakan jenis pajak sementara untuk mengatasi persoalan suatu bangsa. Sejarahnya di Amerika Serikat ketika perang dunia 1 dan 2 mencoba menggunakan instrumen ini untuk membiayai perangnya. Oleh karenanya, mungkin bagi pihak yang merasa banyak memiliki kekayaan atas bumi di Indonesia, ini bisa menjadi salah satu opsi yang bagus,” papar Darussalam.

Yang jauh lebih penting menurut Darussalam adalah kepastian hukum pajak. Banyak pertanyaan yang bertebaran bahwa apakah insentif tersebut benar-benar dibutuhkan? Hal itu dinilai sangat dibutuhkan karena akan menunjang kepercayaan investor ketika ingin melakukan investasi. “Ketika kita melakukan reformasi pajak, saya pikir hal itu yang harus dibenahi terlebih dahulu,” jelasnya.

Keberhasilan maupun kegagalan sistem pajak ditentukan oleh tarik menarik kepentingan antara stakeholders dalam mendesain sistem pajak yang tepat bagi solusi permasalahan ekonomi masing-masing negara. “Di sini peran pihak ketiga dalam reformasi pajak. Namun, sayangnya kita masih kekurangan pihak tersebut. Sangat prihatin tentunya, padahal pajak itu hampir 80 persen penerimaan negara dan sangat multidisiplin ilmu. Dalam artian tidak hanya dari akuntansi yang dapat mengklaim, tapi dari sisi hukum, ekonomi, dan ilmu lainnya,” tutup Darussalam.

Perspektif pemberlakuan pajak

Herry Zudianto turut berbagi perspektif. Dipaparkan beberapa koleganya mengaku keberatan dengan iklim pajak yang ada. “Harga telur misalnya yang jauh di bawah harga produksi. Di Blitar sampai ada bagi-bagi telur gratis,” ujarnya. Dalam perspektifnya, negara memang menguasai kemampuan pembangunan. Namun, jangan sampai kebijakan yang niatnya untuk menaikan penerimaan pajak justru berdampak negatif ke proses pemulihan ekonomi yang saat ini sedang mendapatkan momentum untuk bangkit.

Kritik dan saran terhadap pemerintah juga turut disoroti. Diakui memang pemerintah telah hadir dalam mengeluarkan kebijakan mengenai insentif pajak selama pandemi. Tetapi dalam pelaksanaannya dinilai kurang optimal karena beberapa hal. Di antaranya sering berganti-ganti kebijakan, informasi kurang masif/tidak mudah dipahami, dan persyaratan yang membingungkan atau memberatkan Wajib Pajak (WP). Untuk itu ia menyarankan adanya hotline bagi pegiat usaha.

Herry Zudianto menilai kesulitan utama dari para pegiat usaha adalah likuiditas sehingga berakibat pada penundaan pembayaran pajak. Ia mengusulkan untuk penghapusan denda atas penundaan kewajiban pajak yang terutang selama pandemi Covid-19 atau atas hasil koreksi pajak.

Lanjut Herry Zudianto, pemberlakuan PPN diakui sangat memberatkan usahanya karena margin saya sangat tipis dan tidak make sense. “Di sisi lain saya harus mempertahankan harga jual untuk bisa tetap bersaing baik secara daring maupun luring,” sebutnya.

Menurutnya bagi sektor perdagangan retail seharusnya bukan dikenakan PPN akan tetapi pajak penjualan final sekian persen. Hal ini akan mempermudah pengusaha untuk menghitung pajaknya dan akan meningkatkan ketaatan pembayaran pajak. Herry Zudianto juga berpesan dan mengajak rakyat bersama untuk membayar pajak secara tepat waktu. (HR/RS)

 

Sumber: uii.ac.id

Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada banyak hal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam rangka merancang kondisi FBE UII untuk satu tahun kedepan, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan acara “Rapat Koordinasi Kerja: Peningkatan Reputasi Akademik dan Rekognisi Internasional”. Rapat koordinasi kerja terakhir untuk periode ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia secara umum. (24/09)

Prof. Dr. Jaka Sriyana, S.E., M.Si. selaku Dekan FBE UII menyampaikan, “Situasi pandemi memberikan dampak cukup besar bagi proses pendidikan UII, tantangan yang harus dihadapi cukup krusial, sebagai salah satu contoh yaitu terkait akreditasi. Dengan adanya Rapat Koordinasi Kerja ini kita bisa merumuskan apa yang perlu dan harus kita lakukan untuk satu tahun kedepan”. Kemudian dalam sesi selanjutnya, Siti Nursyamsiah, DRA., MM., CMPM selaku Wakil Dekan bidang keagamaan, kemahasiswaan, dan alumni FBE UII mengumumkan penghargaan untuk dosen serta tenaga pendidikan yang berprestasi.

Adapun beberapa poin yang dijabarkan oleh Dr. Siti Anisah, S.H., M.HUM. yaitu mengenai D3, hal yang berkaitan dengan dosen, dan juga terkait perlunya Manpower planning dosen maupun tendik. Siti Anisah menyatakan,  administrasi D3 dibenahi dengan baik karena telah ada akuntan publik. Pembiayaan atas pembangunan operasionalisasi dan aktivitas lain di yayasan tergantung dari mahasiswa Universitas Islam Indonesia. “Sistem keuangan untuk mahasiswa baru tersebut jika dipersenkan yaitu 88,6 yang artinya bagi yang sudah diterima dan sudah melaksanakan kewajiban pembayaran ternyata belum sesuai,” ujar Siti Anisah selaku Ketua Pengembangan Pendidikan YBW UII.

Terdapat tema yang terdiri dari tiga hal yaitu usai darurat, tebarkan manfaat, dan penuh semangat. Saat ini, pandemi bukan menjadi alasan untuk menghambat pembelajaran. Banyak sekali perkembangan-perkembangan yang mesti kita respon. kami tidak menjadikan pandemi ini sebagai penghalang, adanya pandemi maupun tidak akan tetap memberikan yang terbaik. Namun, kita pun tidak mengasumsikan pandemi selalu ada tetapi yang dibutuhkan adalah orang yang memiliki perubahan secara radikal. “Seseorang yang memiliki perubahan radikal banyak terjadi oleh anak muda dan dosen muda. Perihal tersebut bisa melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kelas agar mahasiswa bisa lebih meluas dan tidak banyak mengeluarkan biaya,” pungkas Drs. Zulian. (YNZ/PRH)

Dalam memasuki tahapan perkuliahan daring mahasiswa baru tahun ajaran 2021/2022, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menggelar acara ‘FBE Menyapa’ yang bertujuan untuk memberi informasi untuk mahasiswa baru. Sesi yang dilakukan di awal acara yaitu penjelasan kefakultasan. (26/09)

Prof. Dr. Jaka Sriyana, S.E., M.Si. selaku Dekan FBE UII menyampaikan, “Salah satu indikator kualitas dari program studi dalam sebuah perguruan tinggi adalah pengakuan. FBE UII sendiri sudah mendapatkan pengakuan dari pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk akreditasi. Delapan dari sepuluh program studi FBE UII sudah meraih akreditasi unggul dan pengakuan secara internasional. Untuk program studi manajemen mendapat pengakuan dari ABEST21 Jepang, kemudian untuk program studi Akuntansi mendapatkan sertifikasi ACCA London dan UK, dan untuk program studi pembangunan mendapatkan pengakuan dari AUN-QA ASEAN”.

Di sesi akhir acara ‘FBE Menyapa’, Sosialisasi Pembelajaran Daring, IT dan Literasi yang dipandu oleh Faaza Fakhrunnas, S.e., M.Sc. menjelaskan terkait teknis perkuliahan daring sampai sistem perpustakaan FBE UII. Mustika Noor Mifrahi, S.E.I., M.E.K. selaku ketua unit perkuliahan daring mengatakan, “Model perkuliahan yang digunakan nantinya ialah sinkron (perkuliahan yang melibatkan diskusi secara langsung) dan asinkron (sistem pembelajaran yang memiliki perbedaan waktu antara dosen dan mahasiswa). Sebagai pintu utama, Google Classroom digunakan oleh para dosen dalam memberikan informasi terkait perkuliahan”. Metode yang digunakan saat perkuliahan berlangsung ialah student centered learning,  dimana pembelajaran berpusat pada mahasiswa, sehingga peran dosen hanya sampai pengarahan dan juga pemberian umpan untuk diskusi.

Proses perkuliahan secara daring mengharuskan mahasiswa untuk melakukan presensi melalui QR Code yang disediakan oleh dosen untuk dipindai melalui akun UII Gateway. “Nomor Induk Mahasiswa (NIM) dan password dipakai untuk semua aplikasi yang digunakan di UII melalui single sign-on (SSO). Maka jangan sampai akun milik pribadi diberikan kepada orang lain,” pungkas Iksan Pamungkas, S.E. Informasi seputar fakultas dapat dilihat melalui laman fbe.uii.ac.id dan untuk layanan akademik, surat dan keuangan fakultas dapat diakses melalui laman fbeuii.id.

Bambang Hermawan, A.Md. menjelaskan bahwa setiap mahasiswa memiliki kuota peminjaman buku perpustakaan sebanyak tujuh eksemplar, dua untuk peminjaman buku di Perpustakaan FBE dan lima di Perpustakaan UII dengan jangka waktu peminjaman 15 hari dan dapat diperpanjang. Untuk saat ini, pengembalian buku perpustakaan dapat dilayani dengan datang ke perpustakaan. “Mahasiswa yang membutuhkan layanan perpustakaan jarak jauh dapat mengirim pesan melalui Instagram, Whatsapp dan juga email perpustakaan FBE UII,” tambahnya. (DIN/ULF).

Brand di Indonesia tidak kalah bagus dengan brand luar, mindset anak-anak muda jaman sekarang harus sadar apabila produk asli yang diciptakan oleh masyarakat dan sudah tersebar luas merupakan produk yang kualitasnya tidak mengecewakan, salah satunya adalah Starcross Clothing. Entrepreneur Community mengadakan event tahunannya dikenal dengan Indonesian Business Carnival 2021 yang mengadakan acara Talkpreneur bertema “How To Attract People to Buy Local Product that Go National”. Talkpreneur ini diadakan pada hari Minggu (26/09) melalui platform youtube IBC UII dengan sesi pemaparan materi oleh Weimpy Adhari selaku CEO Starcross Clothing dan merupakan alumni Universitas Islam Indonesia angkatan 2001. Didampingi dua  moderator yaitu Muzzamil Putra dan Nabila Agsah selaku panitia dari IBC UII.

Weimpy Adhari berasal dari Yogyakarta yang sudah menetap selama 20 tahun. Saat ini Starcross memiliki 25 outlet dan omsetnya sekitar ratusan juta rupiah. Seperti yang dikatakan oleh Weimpy, “Starcross adalah brand clothing independent yang dimulai pada tahun 2004 yang pada saat itu saya sedang kuliah. Kemudian tanpa disadari bisnis ini dapat berkembang meskipun di masa itu adalah era bisnis atau entrepreneur yang masih sangat minim, karena belum adanya media digital untuk promosi”. Selain itu,  pada dasarnya ada rasa senang untuk memulai bisnis ini walaupun Weimpy berasal dari jurusan teknik. Dengan melakukan belajar otodidak mulai dari tentang desain untuk mengisi konten bisnisnya dan banyak hambatan yang harus dilalui, Weimpy tetap terus berusaha.

Weimpy menjelaskan betapa besarnya market atau pasar di Indonesia, “Cara mempertahankan brand local dapat diatasi dengan bergerak secara komunitas dengan mendukung musisi independent Yogyakarta seperti Endank Soekamti, Stars and Rabbit, dan lainnya  selama itu cocok dengan brand kami,” ujar Weimpy. Hal ini membuat luar negeri melirik Indonesia yang pasarnya besar dan menjadi target pasar mereka.

Menurut Weimpy, inovasi adalah hal terpenting dari proses bisnis. “Kualitas produk kita sampai hari ini kita terus mengembangkan sesuai dari permintaan pasar dan situasi saat itu,” ujar Weimpy. Beliau juga berpendapat bahwa produk lokal seharusnya merangkul beberapa brand lokal dan bukan hanya mengiklankan di sosial media, seperti Starcross pernah bekerjasama dengan Indomie.

Disamping itu, Weimpy juga memiliki beberapa bisnis, seperti steak Bellywise Jogja, Sinergi co-working, toko bunga, dan toko oleh-oleh khas Jogja. Untuk mengatur beberapa bisnis, Weimpy mempelajari terlebih dahulu sistem atau flow di dalam bisnis tersebut, namun tidak sampai ke teknis produksinya. Adapun kesulitan yang dialami Weimpy yaitu membagi waktu dan mengontrol beberapa bisnis yang dimilikinya. (SAR/PIO)

Indonesian Business Carnival (IBC) kembali hadir dengan memberikan harapan kepada pemilik UMKM untuk memulai langkah baru guna pemulihan ekonomi setelah adanya pandemi Covid-19. Acara IBC tahun ini merupakan gelaran yang ke-9 dan diselenggarakan dengan tiga rangkaian acara, salah satu acaranya yaitu workshop dengan topik Art of Composition in Photography yang diadakan pada hari Sabtu, (25/9) pukul 15.00 WIB.

Hadir sebagai pembicara workshop, Ardy Pratama sebagai Digital Marketing Specialist menyampaikan bahwa adanya pandemi mempercepat apa yang akan terjadi di masa depan. “Semua serba digital, serba online. Istilahnya kita semua sudah mulai terdorong lebih cepat untuk bisa terjun ke dunia digital dari pada yang seharusnya,” jelas Ardy.

Terdapat tiga platform sosial media yang saat ini menjadi senjata utama para digital marketing yaitu Facebook Ads, Instagram Ads, Youtube Ads, serta Google Ads. Adanya digital marketing akan mempermudah penyebaran jangkauan target market serta tracking data guna mengevaluasi kegiatan digital marketing dengan harga yang murah dan efektif.

Fotografi dapat berfungsi penunjang dalam dunia digital marketing karena dengan menampilkan gambar produk yang bagus, pemasar akan lebih mudah menarik perhatian target konsumen mereka. Dalam pemaparan materi fotografi, Irvando Purbaningrat menjelaskan soal teknis dari fotografi seperti hal dasar dalam pengoperasian kamera, yaitu segitiga exposure. “Segitiga exposure terdiri dari shutter speed yang merupakan kecepatan motorik dari suatu kamera untuk menangkap sebuah gambar, aperture yang merupakan diafragma dari sebuah lensa yang berfungsi mengatur gelap-terang dan buramnya suatu gambar serta ISO yang berfungsi mengatur gelap-terang suatu objek dalam gambar,” jelas Irvando. Irvando menjelaskan bahwa ketiga hal ini harus seimbang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh fotografer. “Cukup kuasai tiga hal ini, maka kita akan memahami pengaturan yang tepat untuk mengabadikan suatu gambar,” jelas Irvando.

Irvando juga menjelaskan tentang Rule of Third yang merupakan bantuan agar fotografer dapat mengabadikan suatu gambar dengan komposisi yang sesuai. “Rule of Third bukan merupakan aturan baku dalam fotografi, akan tetapi dengan menerapkan Rule of Third fotografer akan lebih mudah dalam menentukan komposisi suatu gambar dan memposisikan suatu objek,” ujar Irvando. Irvando juga menjelaskan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk menghasilkan suatu gambar yang bagus. “Dengan budget seadanya, kita tetap bisa menghasilkan foto yang tidak kalah bagus dengan foto di studio, asalkan dapat memaksimalkan komposisinya,” tambahnya. “Fotografi tidak selalu berkaitan dengan seberapa banyak ilmu yang kita kuasai secara teori, melainkan lebih kepada praktik di lapangan (jam terbang),” tegas Irvando. (SLS/HAN)

Indonesia Business Carnival (IBC) merupakan salah satu acara tahunan Entrepreneur Community (EC) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) yang kembali hadir di tahun 2021 ini dengan mengusung tema “Sorak, Sorai, Jingga”(25/9). IBC sendiri diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu para pebisnis lokal dalam mengenalkan produk-produknya.

Menyesuaikan dengan keresahan UKM di tengah pandemi, IBC menyelenggarakan Talkpreneur yang menghadirkan pembicara Head of Marketing & Business Development Cold ‘n Brew, Arwin Prio Utomo yang membahas topik “Pengembangan Bisnis di Saat Pandemi dan Setelahnya”.(25/9)

Cold ‘n Brew merupakan salah satu bisnis lokal yang mampu bertahan di tengah pandemi. Adanya pandemi bukanlah halangan untuk berbisnis, justru kreativitas perlu dibangun untuk terus mencari celah di keadaan ekonomi yang sulit. Hal serupa yang dihadapi Cold ‘n Brew yang awalnya hanyalah bisnis kecil tanpa disangka kini bisnis tersebut  kian melesat di tengah pandemi.

”Kondisi ini tentu tidak ada pengusaha yang akan menduganya, dan juga tentu kita semua tidak ada yang menduganya,” tutur Arwin. Namun, jauh sebelum adanya pandemi, Cold ‘n Brew sudah mempersiapkan semuanya dari awal. “Sebelumnya kita sudah membuat konsep, sistem, manajemen, dan membangun tim sehingga jika adanya gangguan dari luar kita hanya tinggal  menyesuaikan dengan kondisi yang ada,” jelasnya.

Dari penjelasan Arwin, perubahan lifestyle merupakan salah satu hal yang  menjadi pendorong Cold ‘n Brew untuk terus berinovasi dan menyesuaikan selera pasar, terutama anak muda agar terus dapat bersaing. Selain fokus pada kopi sebagai menu andalan mereka, Cold ‘n Brew juga memperhatikan detail lain sebagai pendukung kelancaran bisnis. Detail tersebut seperti tempat yang nyaman untuk nongkrong anak muda, pelayanan dalam transaksi pembayaran non fisik hingga take away service, serta pemilihan menu non coffee yang dihadirkan Cold ‘n Brew. Khusus menu makanan  Cold ‘n Brew sengaja tidak menghadirkan makanan berbumbu rempah karena aroma kuat rempah dianggap dapat mengalahkan aroma khas kopi yang sengaja Cold ‘n Brew hadirkan kepada pelanggan.

Dengan menghadirkan Cold ‘n Brew,  Hal yang diharapkan dari  acara Talkpreneur ini adalah memotivasi para pelaku UKM agar bangkit dan tidak menyerah dalam menjalankan bisnis mereka di tengah pandemi seperti halnya yang dilakukan oleh Cold ‘n Brew. Dari diskusi yang disampaikan, ada beberapa hal kunci kesuksesan Cold ‘n Brew yang dapat dicontoh. Hal pertama adalah kualitas, ciri khas, konsep dan strategi matang, dan juga harus adaptif terutama di masa pandemi. (MID/AR).

Perkembangan teknologi di era yang semakin dinamis ini tumbuh begitu masif, yang tentu mempengaruhi berbagai sektor, termasuk keuangan. Keunggulan kompetitif semakin dibutuhkan untuk berkarir di bidang keuangan. Melalui Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) memberikan kesempatan bagi para sarjana untuk dapat merepresentasikan integritas, mengembangkan kemampuan bisnis yang andal serta mendalami pengetahuan mengenai akuntansi dan keuangan. ACCA sendiri merupakan program pendidikan kualifikasi yang akan menghasilkan akuntan profesional, untuk meniti karir dalam bidang akuntansi, keuangan dan manajemen.

Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menghadirkan secara langsung Manish Gidwani, Msc., ACCA selaku Ketua Panel Anggota ACCA Indonesia, Dra. Yuni Nustini, Ak., CA., MAFIS., Ph.D selaku Direktur Program ACCA – UII, Hani Karunia, MBA, MSC. selaku Country Head ACCA Indonesia, Novita Hasibuan, ACCA. selaku ACCA IMP Employability Committe Lead pada webinar yang dilaksanakan secara daring pada Rabu (23/09) dan dimoderatori oleh Frans Elyan selaku ACCA BRM.

“Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menjalin kerja sama dengan ACCA UK bertujuan untuk memberikan kualifikasi yang besar saat mahasiswa lulus nantinya,” ujar Dra. Yuni Nustini. Hal ini juga diperjelas oleh Manish Gidwani “ACCA memberikan kesempatan bagi anggota untuk bekerja secara internasional bersama mitra dan berkolaborasi dengan universitas terkemuka dan penyedia pendidikan lainnya di seluruh dunia.”

Ujian kualifikasi ACCA memberikan peluang kepada setiap individu untuk menjadi seorang akuntan yang memiliki kualifikasi internasional. Kualifikasi ACCA sendiri diakui oleh perusahaan karena kompetensi dan keterampilan yang nantinya dikantongi sangat relevan dengan tiap bidang akuntansi. Oleh karena itu, pemilik gelar ACCA dapat memiliki kesempatan berkarir dalam bidang keuangan yang lebih luas dan beragam untuk berperan dalam perusahaan, dengan jaringan internasional yang tersebar di lebih dari 180 negara.

Seperti yang disampaikan juga oleh Novita Hasibuan, “Ada banyak keuntungan yang didapat apabila bergabung dengan ACCA. Mulai dari jaringan lokal dan global, kualifikasi global, fleksibilitas belajar bahkan be the expert ditawarkan oleh ACCA untuk para anggotanya,”.

Hani Karunia membagikan kutipan dari Colin Bezant, “Fungsi keuangan harus memahami peran pentingnya ke depan dalam membangun kepercayaan keuangan, sehingga robot, AI, dan bookchain masa depan dapat memberikan bisnis keuntungan komersial yang nyata dan langgeng.” Pada akhir acara, Frans Elyan selaku moderator berharap webinar ini mampu memupuk semangat akuntan muda untuk meraih impiannya dalam berkarir di bidang keuangan secara global. (SA/NF)

Memasuki tahun ajaran baru, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menyambut para mahasiswa baru dengan mengadakan Semangat Ta’aruf (SEMATA) 2021 yang mengangkat tema “Inklusif, Transformatif, dan Progresif” pada Selasa, (21/9). Acara ini dilakukan melalui media Zoom yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru FBE UII.

Dalam kesempatan ini, Drs. H. Sri Purnomo, M.S.i. selaku Bupati Sleman 2010-2021 juga memberikan sambutannya dan bekal kepada para mahasiswa baru FBE UII. Beliau juga menyebutkan, “Sebagai insan cendekiawan mahasiswa dituntut untuk memiliki beberapa peran seperti agen perubahan atau agent of change, kekuatan moral, penerus bangsa, dan pengontrol sosial. Dimana keempat hal tersebut akan berguna bagi masa depan bangsa dan negara,”. Dilanjutkan dengan agenda pertama yaitu Upacara Pembukaan (opening ceremony) yang dipandu oleh Lutfi dan Muzhaffar sebagai Pembawa Acara. Acara ini juga dimeriahkan dengan persembahan tarian tradisional Tari Kreasi Mandala Sena oleh Xaviera UNISI.

SEMATA Day 1 juga dihadiri oleh Prof. Dr. Jaka Sriyana, SE., M.Si. selaku Dekan FBE UII yang memberikan sambutan dan petuahnya. Beliau menuturkan, “Dengan ikhtiar dan doa, Insya Allah kami akan mengantarkan saudara-saudara sekalian meraih masa depan yang lebih baik,”. Sesi sambutan diakhiri dengan sambutan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc. Beliau mencoba mengupas tema SEMATA, bahwa inklusif digambarkan dengan none left behind yaitu semua menjadi bagian dari semangat kebersamaan, transformatif artinya memiliki jiwa-jiwa perubahan, dan progresif artinya membawa ke arah kemajuan.

Pada rangkaian acara Stadium General 1 mengusung tema “Enhancing Your Personal Branding in Digital Era” menghadirkan Dewi Haroen yang merupakan seorang psikolog politik dan juga pakar personal branding sebagai pembicara dengan Hendy Mustiko Aji, BIBM., SE., M.Sc sebagai moderator. Pada sesi ini, Dewi Haroen memberikan penjelasan mengenai apa keuntungan personal branding, apa arti dari personal branding dan juga bagaimana cara membangun personal branding di era digital melalui media sosial. Dewi Haroen mengatakan, “Personal branding adalah bagaimana cara kita dapat stand out, stand out yang dimaksud disini adalah berbeda sendiri dan dapat menonjolkan diri kita,”. Selanjutnya rangkaian acara SEMATA Day 1 ditutup dengan Focus Group Discussion (FGD) dengan pembahasan “Peran Mahasiswa Sebagai Pelaku Ekonomi Kreatif di Tengah Pandemi Covid-19”. (AD/AWH)

Seiring dengan berkembangnya sistem digital, istilah cashless kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pelaku ekonomi. Namun, yang kerap menjadi persoalan adalah apakah sistem cashless ini halal untuk digunakan atau justru sebaliknya? Berkaitan dengan isu tersebut, P3EI FBE UII (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia) mengangkat masalah ini sebagai bahan diskusi bertajuk “Disrupsi Covid-19: Menuju Sistem Pembayaran Cashless Halal di Indonesia” sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap isu ekonomi syariah dengan benar. (19/09)

“Tendensi peran digital sangat pesat. Dengan ini, Bank Indonesia akan fokus untuk menaungi sistem keuangan digital yang dapat berdampak positif bagi masyarakat. Jika sebelumnya telah dibahas mengenai cryptocurrency yang ternyata dilarang untuk digunakan, kini beralih fokus ke digital asset yang dapat digunakan sebagai alat penyimpanan portofolio masyarakat,” ujar Dudi Dermawan Saputra, Ph.D., DKSP Bank Indonesia. Menghadapi isu digitalisasi ini, Bank Indonesia juga gerak cepat dalam mengembangkan digital rupiah yang nantinya dapat digunakan secara luas oleh masyarakat umum. Berbeda dengan cryptocurrency, digital currency ini dimungkinkan untuk tidak memiliki resiko akan harga yang naik turun secara signifikan. Adapun inovasi lain yang dilakukan BI. Dudi mengatakan, “Akan ada reformasi regulasi yang murah dan mudah agar semua industri dapat masuk ke Bank Indonesia. Adapun diciptakannya kode QRIS yang berfungsi untuk memudahkan dalam melakukan transaksi pada offline commerce, e-commerce, dan conversational commerce”.

Potensi penerapan sistem ekonomi islam juga dikemukakan secara gamblang oleh Chief Operating Officer Link Aja, Widjyanto Djaenudin, MBA, “Kontribusi consumer spending Indonesia mencapai 10% dari spending global, yang terdiri dari makanan halal, kosmetik halal, serta media dan rekreasi. Didukung dengan data yang menyatakan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang paling dermawan dilihat dari pertumbuhan zakat, infak, dan sedekah itu meningkat sebesar 36%, belum lagi adanya fenomena Covid-19 yang membuat masyarakat Indonesia memiliki empati lebih tinggi. Di samping itu, adanya gerakan stay at home juga sangat mempengaruhi consumer behavior masyarakat Indonesia dari konvensional menuju serba digital”. Dari pembahasan tersebut, maka uang elektronik menjadi salah satu hal yang relevan untuk digunakan saat ini.

Kemudian, jika ditinjau dari hukum Islam, Prof. Dr. H. Jaih Mubarok, SE.,M.H.,M.Ag berpendapat bahwa hukum asal muamalah itu boleh, hingga ada yang melarangnya, sehingga sistem cashless ini dihalalkan. “Pembayaran harga baik secara tunai atau ditangguhkan itu termasuk transaksi yang dihalalkan asalkan transaksi sah dan tidak menyeleweng dari perundang-undangan. Maka, transaksi cashless pada prinsipnya adalah halal, yang terpenting yaitu terpenuhi rukun dan syaratnya,” pungkasnya. (AMA/DWI)

Peran pemuda pada saat ini tentu menjadi faktor yang sangat berpengaruh untuk bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Dalam ruang lingkup kecil, pemuda juga mengambil peran yang sangat penting, seperti memimpin keluarga, masyarakat, dan sebagainya. Apa yang membuat pemuda berpengaruh besar terhadap masyarakat? Lalu bagaimana dengan peran yang diambil oleh pemuda terkhusus para pemuda muslim? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, Panitia penyelenggara pengenalan kampus kepada mahasiswa baru Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia dalam acara SEMATA 2021 atau Semangat Ta’aruf tahun 2021 mengadakan pembahasan diskusi tentang Peran Pemuda dan Aktivis Muslim dalam Kemajuan Bangsa dengan tema “Islam Activist”. Diskusi ini dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom yang diadakan pada hari Senin (20/09/2021). Pembahasan diskusi ini dibawakan oleh Sherly Annavita Rahmi sebagai seorang Dosen sekaligus Pengusaha.

“Pemuda saat ini merupakan pemimpin di masa depan,” ujar Sherly membuka diskusi pada kegiatan kali ini. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda merupakan sosok penting dan merupakan aset bagi bangsa dan negara di masa mendatang. Bagi pemuda dan aktivis muslim, tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, mengapa demikian? Mereka hidup dan tinggal di negara dengan penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam yaitu negara Indonesia. Hal tersebut tentu akan menjadi suatu tantangan bagi mereka untuk memajukan bangsa dan negaranya.

Perubahan yang akan terjadi di masa mendatang akan berkaitan erat dengan apa yang dilakukan dan diperjuangkan oleh pemuda masa kini. “Bukan seberapa besar kita ingin berubah, tetapi seberapa besar kita ingin membangun perubahan,” tutur Sherly. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pemuda yang ada di masa sekarang harus mampu untuk meneruskan tongkat estafet perjuangan bangsanya di masa mendatang yaitu dengan cara berjuang dan terus mempelajari apa yang harus dihadapi kedepannya.

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya akan selalu memiliki perasaan terhadap satu sama lain dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku di lingkungan mereka. “Norma sosial pada setiap kelompok masyarakat tentunya berbeda-beda. Norma sosial mereka yang tinggal di timur tengah berbeda dengan mereka yang tinggal di eropa. Norma sosial mereka yang tinggal di Eropa berbeda pula dengan mereka yang tinggal di Amerika. Manusia memang hidup dengan berbagai aturan, justru aturan itu yang membuat kita tetap di track kita,” tambah Sherly sekaligus menutup webinar kali ini. (MRF/MA)