Tren perkembangan teknologi informasi yang pesat berdampak signifikan pada semua aspek kehidupan dan menentukan perkembangan ekonomi secara global. Di tengah isu tersebut, timbul  optimisme peluang ekonomi baru yang tumbuh dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). 

“Memasuki era digital seperti saat ini terlebih disaat pandemi, digital platform mempunyai peran yang mendasar bagi keseluruhan proses bisnis. Ini menjadi tantangan yang luar biasa bagi UMKM. Fleksibilitas struktur dan pengelolaan harus didukung dengan kemampuan beradaptasi yang cepat.” ujar Arif Hartono, Drs., MHRM., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Manajemen saat membuka kegiatan Webinar Current Issue dengan tajuk “Akselerasi Transformasi Digital pada UMKM” yang diadakan oleh Program Studi Magister Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (03/07).

Upaya transformasi digital terus digalakkan untuk menunjang kestabilan para pelaku UMKM disaat pandemi Covid-19.

“Dengan keadaan pandemi seperti sekarang, seharusnya penerapan teknologi digital pada UMKM semakin dipercepat karena secara keseluruhan pelaku UMKM ini dihadapkan oleh tantangan bisnis yang secara tidak langsung memaksa mereka untuk dapat beradaptasi dengan teknologi.” imbuh Patricia S Marianne Sumampouw, S.E, M.E selaku Pengamat Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal.

UMKM perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk bertahan, bangkit, bahkan melompat naik kelas. 

“Secara bersama-sama sinergi antara pemerintah, akademisi, praktisi, maupun pelaku usaha sendiri harus bisa mewujudkan transformasi digital pada UMKM,” tambah Dra. R. R. Mae Rusmi Suryaningsih, MT. yang menjabat Kepala Dinas Perindag Kabupaten Sleman.

Dukungan Pemerintah Daerah Sleman terhadap transformasi digital UMKM diantaranya penyediaan akses internet di beberapa sentra industri dan pasar tradisional, Lopis.id (Layanan Online Pasar ing Sleman), aplikasi Cariaku melalui cariaku.slemankab.go.id (Pencarian IKM Unggulan), Larrez (Toko Online bagi IKM), Larrezz.id (Aggregator Reseller), Slemanmart.id dan Virtual Expo, Gebyar 2000 UMKM Bersama Gojek, dan Rumah Kreatif Sleman.

Salah satu UMKM Sleman yang melakukan transformasi digital yaitu Risum. Risum memproduksi sekaligus memasarkan apron sebagai alat pelindung diri untuk bekerja. Risum melakukan pengembangan kampanye digital berbasis isu/tren terkini. Misalnya, kampanye paket starter kit untuk cafe dan restoran dalam menghadapi Covid-19. 

“Dukungan digital marketing membantu menjangkau pasar secara efektif, efisien, dan terukur. Setelah menggunakan digital marketing kenaikan penjualan cukup signifikan hingga diatas 300%,” ucap Alita, pemilik UMKM Risum. 

Model pemasaran digital terstruktur yang digunakan Risum diantaranya Website, Social Media (Facebook dan Instagram), Marketplace, dan Google Ads. Risum juga melakukan kolaborasi dengan Key Opinion Leader (KOL) maupun influencer untuk meningkatkan jangkauan pasar, brand awareness, dan penjualan produk. (NNS/ARA)

Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menyelenggarakan acara “Sosialisasi Kurikulum Baru 2021 Program Studi Sarjana Akuntansi (Reguler)”. Sosialisasi yang diadakan pada Sabtu, 03 Juli 2021 ini dilakukan melalui zoom dan diikuti oleh mahasiswa Prodi Sarjana Akuntansi dari seluruh angkatan. Program Studi Akuntansi telah menuntaskan penyusunan kurikulum baru yaitu kurikulum 2021 yang dilaksanakan melalui berbagai tahap, diantaranya adalah melakukan berbagai penjaringan aspirasi dari berbagai stakeholders termasuk diantaranya adalah dari industri, user, alumni, organisasi profesi dan juga para akademisi dari berbagai universitas. 

Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi FBE UII, Dr.Mahmudi M.Si.,CMA, mengatakan “Mulai semester ganjil tahun 2021 ini, tepatnya di bulan September mendatang, Program Studi Sarjana Akuntansi FBE UII akan mencoba untuk memulai menerapkan kurikulum baru 2021”. Sebagaimana diamanatkan oleh peraturan Kemendikbud-Ristek dan Rektor bahwa kurikulum harus dievaluasi  setiap minimal 5 tahun. Tambahnya, beliau menuturkan, “Ini memang saatnya kita untuk update dan upgrade kurikulum Prodi Akuntansi”. Beliau juga memaparkan bahwa penerapan kurikulum ini nantinya tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap IPK mahasiswa. Perubahan ini dikatakan tidak terlalu signifikan. 

Sekretaris Program Studi Sarjana Akuntansi FBE UII, Rifqi Muhammad SE. M.Sc. PhD, sebagai pembicara turut menyampaikan “Sejalan dengan tujuan Prodi Akuntansi yang menghasilkan lulusan berkompetensi fungsional, personal dan berperspektif bisnis global, maka struktur kurikulum 2021 ini dirumuskan dalam tiga jalur yaitu jalur reguler, magang dan kewirausahaan”. Ketentuan tersebut hanya berlaku bagi mahasiswa angkatan 2018 dan seterusnya; angkatan 2017 dan sebelumnya tetap harus menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir. Pengambilan jalur magang pada semester ganjil wajib mengambil program magang saat masa key-in berlangsung dan diikuti dengan beberapa mata kuliah yang wajib dilaksanakan selama semester ganjil, begitu pula dengan jalur kewirausahaan. Bagi mahasiswa yang ingin mengambil jalur magang ataupun wirausaha wajib mengajukan usulan program pada tanggal 1-15 Agustus 2021. 

Dalam kurikulum baru ini, Prodi Akuntansi FBE UII menggantikan mata kuliah ujian komprehensif dengan pendalaman kompetensi akuntansi, yang statusnya harus diikuti oleh seluruh mahasiswa baik jalur reguler, magang ataupun kewirausahaan. Perbedaan pengambilan mata kuliah tiga jalur tersebut adalah saat masuk semester tujuh dan delapan. Beberapa mata kuliah yang jumlah SKS-nya berubah akan dikonversikan dengan ketentuan yang dapat didiskusikan dengan masing-masing dosen pembimbing akademik (DPA). (AD/ULF)

Dampak pandemi COVID-19 begitu terasa di sektor bisnis. Pola marketing perusahaan juga ikut berubah mengikuti perubahan perilaku konsumen. 

Dalam kondisi ini, strategi bisnis menjadi krusial bagi para pebisnis agar tetap berjalan stabil dan berkembang. 

“Sekarang kita memasuki revolusi industri 4.0. Segala sesuatu dituntut untuk dilakukan secara online karena pandemi,”ujar Heru Sutadi, ST., M.I.Kom sebagai Direktur Eksekutif – Indonesia ICT Institute pada acara Webinar “Stadium Generale: Tantangan Optimalisasi Big Data-Driven Business & Marketing Strategy di kala Pandemi” yang diadakan oleh Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (28/06).

Tren pemanfaatan internet atau digital meningkat seiring dengan pembatasan aktivitas karena pandemi. Big data merupakan hal khusus untuk mengolah data agar dapat bermanfaat bagi marketing suatu bisnis. Big Data memiliki kemampuan diatas software biasa untuk menangkap, menyimpan, mengatur dan menganalisa suatu data dengan jumlah yang besar. 

“Pada era pandemi ini, big data cenderung digunakan dalam konsep mikro. Sedangkan, perusahaan makro masih kaget dan mau tidak mau harus lebih siap berperang dalam menggunakan big data,” imbuh Dr. Endi Gunanto Marsasi, SE., MM. selaku dosen Jurusan Manajemen FBE UII.

Dengan Big data konsumen sendiri yang akan memberikan data secara real dan fair. Sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan sesuai keinginan konsumen. Big data juga meningkatkan pengetahuan terkait pengalaman konsumen terhadap merek melalui skema testimoni yang dikumpulkan dan disegmentasikan. Hal tersebut, membantu recalling konsumen untuk repeat order. Serta membantu perusahaan dalam efisiensi dan penghematan biaya.

Pada webinar sesi 2 yang berjudul Blockchain: Tantangan Implementasi di Bisnis Digital & UMKM Indonesia.

“Era digital adalah era yang tidak lagi terelakkan saat ini, Mahasiswa sebagai penerus bangsa tentunya harus paham akan perkembangan digital saat ini karena sebentar lagi, teknologi akan menjadi suatu kebiasaan kita sebagai umat manusia,” ucap Arif Hartono selaku Ketua Jurusan Manajemen FBE UII.

Blockchain adalah Distributed Ledger Technology, memungkinkan kita memindahkan data secara peer-to-peer dengan mendistribusikan database ke beberapa titik sehingga tidak perlu bergantung pada satu buah server.

“Teknologi Blockchain mengeliminasi adanya sistem terpusat menjadi sistem yang desentralisasi. Artinya, server yang sebelumnya hanya berpusat pada satu titik akan terdistribusi menjadi banyak dan dimiliki oleh masing-masing pengguna,” tambah Muhammad Deivito Dunggio, ST. yang merupakan Ketua Asosiasi Blockchain Indonesia.

Ada beberapa alasan mengapa Blockchain lebih baik jika dibandingkan dengan Central Database. Central Database mengumpulkan seluruh data dalam satu lokasi dimana hal tersebut akan menjadi sasaran empuk bagi hacker untuk meretas sistem yang ada dalam satu perusahaan. Berbanding terbalik dengan sistem blockchain yang mana mendistribusikan server kepada masing-masing pengguna. (ARA/MRF)


Kripto merupakan suatu aset yang dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran dengan menggunakan kriptografi yang kuat untuk mengamankan transaksi keuangan. Kripto tidak memiliki wujud fisik yang bisa kita sentuh, lain halnya dengan uang atau emas yang bisa kita sentuh di kehidupan sehari-hari.

Lalu, bagaimana dengan kripto itu sendiri? Apakah dalam Islam diperbolehkan? Apakah investasi kripto itu halal? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, Program Pengkajian dan Pengembangan Islam Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan pembahasan diskusi tentang Cryptocurrency di Indonesia dengan tema “Peluang Investasi Halal Melalui Cryptocurrency”.  Diskusi ini dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom yang diadakan pada hari Minggu (27/06/2021). Pembahasan diskusi ini dibawakan oleh 4 pembicara yaitu Teguh Kurniawan Harmanda, M.E.P sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia atau ASPAKRINDO, Arif Singapurwoko, MBA. sebagai Akademisi Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, Umar Aditiawarman, Ph.D. sebagai Kepala Divisi Direktorat Industri Produk Halal Komite Nasional Ekonomi Dan Keuangan Syariah atau KNEKS, dan terakhir yaitu Dr. Yulizar Djamaluddin Sanrego, M.Ec. sebagai Anggota Badan Pelaksana, Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia.

Dalam sambutannya, Priyonggo Suseno, SE., M.Si., Ph.D., selaku Direktur dari P3EI Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII menuturkan bahwa Cryptocurrency sudah berkembang cukup lama, bahkan dengan teknologi yang canggih. Namun, para ulama kita belum ada yang mengeluarkan fatwa tentang hal tersebut, sementara masyarakat atau kita sendiri sudah berjalan cukup jauh. “Kripto itu sendiri merupakan aset dan komoditas di Indonesia sehingga berdasarkan hal tersebut, kripto ini sah sah saja untuk diperdagangkan”, ujar Teguh Kurniawan Harmanda selaku Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia atau ASPAKRINDO.

Dr. Yulizar Djamaluddin Sanrego, M.Ec. dalam diskusinya menyampaikan kesimpulan awal bahwa Cryptocurrency dimungkinkan untuk menjadi alat tukar menurut perspektif Syariah. “Jika Cryptocurrency dihukumi sebagai alat tukar, maka akan berlaku Hukum Bay’ Sharf yang artinya dia tidak diperbolehkan untuk berperan ganda (alat tukar sekaligus instrumen investasi) ”, imbuhnya. Dr. Yulizar Djamaluddin Sanrego juga menambahkan bahwa Cryptocurrency tidak bisa dihukumi sebagai komoditas karena tidak bernilai langsung menurut ‘urf (tradisi), kecuali jika disandarkan kepada aset nyata.

Diskusi ini membicarakan mengenai memposisikan halal atau haramnya cryptocurrency tergantung pada jenis kripto apa yang digunakan.  Lalu, bagaimana cara mengetahui mana saja yang halal? Untuk menjawab pertanyaan ini, terdapat salah satu pembicara yang memperkenalkan Islamic Finance Guru (IFC) yang telah memberikan 50 Cryptocurrency teratas berdasarkan kapitalisasi pasar beserta status halal dan analisisnya. (MA/SLS)

Saat ini, sebuah universitas diharapkan tidak hanya mampu menciptakan generasi peneliti yang handal, melainkan juga diharapkan mampu mencetak para pengusaha. Hal ini sejalan dengan visi Universitas Islam Indonesia yakni sebagai Entrepreneurial University, yang kemudian melahirkan sebuah program Entrepreneurial Learning Outcome (ELO) dari Direktorat Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan yaitu Simpul Tumbuh UII. Program Studi Manajemen FBE UII (Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia) merupakan salah satu prodi yang berhasil meraih hibah yang didukung oleh konsorsium Erasmus+ GITA (University of Gloucestershire – Inggris; University of Innsbruck – Austria; Technology University of Dublin – Irlandia; Fachhochschule des Mittelstands University – Jerman) serta Asosiasi Akselerator Kewirausahaan Indonesia (AKSELWIRA) dan mewujudkan hibah tersebut dalam kompetisi Business Model Canvas (BMC) 2021, (25/6).

Banyaknya ide bisnis yang dimiliki oleh mahasiswa kini dapat dituangkan dalam kompetisi BMC tersebut. “Kompetisi Business Model Canvas (BMC) ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa Prodi Manajemen UII untuk mewujudkan ide bisnis. Di samping itu, kompetisi ini juga dapat dijadikan sebagai ajang validasi ide bisnis dari mahasiswa,” ujar Ketua Program Studi Manajemen, Anjar Priyono, SE., M.Sc., Ph.D.

Penyelenggaraan kompetisi Business Model Canvas yang didukung pula oleh Entrepreneurial Development Program (EDP) milik Prodi (Program Studi) Manajemen ini diikuti oleh puluhan tim bisnis dari seluruh mahasiswa lintas prodi di lingkungan UII. Terpilih tiga tim bisnis dari sepuluh finalis terbaik pada babak penjurian oleh beberapa dewan juri yang terdiri dari Bagus Panuntun, SE., MBA., CWM., CFP., CSA., CBC. (Deputi Direktur Inkubator Bisnis & Teknologi IBISMA UII), Muhammad Ilham, SE. (Founder & CEO Waktukita), dan Andriyastuti Suratman, S.E., M.M., CHRMP (Dosen Kewirausahaan Jurusan Manajemen UII). Ketiga tim bisnis pemenang kompetisi tersebut yakni ARTIKOS (Platform Digital untuk Design & Pengadaan Interior) yang dipimpin oleh Muhammad Irsyad al-Fikri sebagai Juara ke-1, MagnetZ Project (Platform Digital Pengembangan Bisnis B2B) yang di pimpin oleh Adelia Azka Sofia sebagai Juara ke-2, dan Selingan Foods (Bisnis Kuliner dan Coffee Shop) yang di pimpin oleh Gifari Rizki Putranto sebagai Juara ke-3.

Kompetisi Business Model Canvas sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan visi Universitas Islam Indonesia sebagai Entrepreneurial University. Berkaitan dengan hal tersebut, FBE UII juga berharap nantinya kompetisi yang telah terselenggara tersebut menjadi salah satu cara untuk dapat mencetak profil lulusan wirausaha. (PIO/AMA).

Sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam perkembangan keuangan syariah. Namun, pandemi COVID-19 yang hingga kini belum berakhir memaksa kita untuk membuka mata tentang bagaimana dampak dan pengaruh pandemi pada perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.

Islamic Economics Study Club (IESC) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan diskusi  yang dilakukan secara daring via zoom dengan tema “Mengulik Arah Perkembangan Bank Syariah Indonesia”. Diskusi ini berlangsung pada hari Sabtu (16/06) dengan melaksanakan sesi pemaparan materi yang disampaikan oleh Faisal Basri, S.E., M.A.

Faisal Basri, S.E., M.A. menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 secara tidak langsung membuka kotak pandora bagi kita, memperlihatkan bagaimana sebenarnya struktur ekonomi Indonesia masih rapuh. Di era pandemi ini, setidaknya masyarakat Indonesia harus mampu untuk menciptakan value creation, yaitu bagaimana meramu berbagai karunia Allah swt. yang diberikan kepada kita agar menghasilkan barang dan jasa yang baru serta menciptakan inovasi dan pembaruan.

Sayangnya, hingga saat ini peranan bank syariah masih relatif sangat rendah. Per November 2020, aset total bank syariah sebesar Rp 592 triliun, sedangkan aset bank umum sebesar Rp 9.053 triliun. Pangsa aset bank syariah hanya sekitar 6,5 persen.

“Perbankan syariah itu menjunjung tinggi kegiatan produktif yang memberikan maslahat bagi rakyat banyak serta mengedepankan semangat pembaruan,” ucapnya.

Dari sisi positif, bank syariah memiliki keunggulan prinsip yang tak terelakkan. Bank syariah dikatakan lebih mengutamakan prospek suatu bisnis atau industri. Untuk mendukung hal tersebut, bank syariah membutuhkan analisis kredit yang memahami sektor-sektor bisnis yang nantinya menjadi prioritas. Lebih jauh, kemudian bank syariah juga akan memberikan bantuan teknis kepada debitur.

“Jadi, bank syariah bukan hanya sekedar memberikan pinjaman kepada debiturnya. Namun, bank syariah memberikan pendampingan khusus pada bisnisnya. Harapannya, debitur akan terpacu produktivitas dan tingkat daya saingnya sehingga mampu memberikan maslahat bagi umat.” sambung Faisal.

Profil unit bisnis di Indonesia pada 2018 mencatat, sektor mikro menjadi mayoritas dengan persentase 89%. Ironisnya, perbankan konvensional belum menyentuh sektor tersebut. 

“Bank konvensional cenderung menganggap unit bisnis skala mikro kurang bankable”, tutur Faisal. Menurutnya, hal ini mengindikasikan perbankan yang tidak sehat. 

“Pada dasarnya, perbankan adalah jantung ekonomi. Tugas perbankan adalah menyedot darah (dana) dari masyarakat, kemudian dipompanya kembali pada sekujur perekonomian.” (NFF/DHK)

Semakin ketatnya persaingan di era sekarang ini, membuat pemerintah harus berusaha untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan SDM adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud) mengeluarkan terobosan yang diharapkan akan mencetak SDM dan lulusan yang memiliki kualitas, yaitu Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.

Kampus Merdeka merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Kemdikbud, Nadiem Makarim, dengan tujuan menghilangkan jarak antara perguruan tinggi dan industri. Setiap perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta diwajibkan untuk membebaskan mahasiswanya untuk memilih mata kuliah yang berada di luar perguruan tinggi mereka sebanyak dua semester (setara dengan 40 sks) dan membebaskan mahasiswanya untuk mengambil sks di prodi yang berbeda dalam perguruan tinggi yang sama sebanyak satu semester (setara dengan 20 sks). Akan tetapi, kebijakan ini merupakan pilihan bagi mahasiswa, sehingga tidak diwajibkan untuk mengikuti Kurikulum Kampus Merdeka. Kebijakan ini diharapkan akan membuat mahasiswa menjadi lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.

Kurikulum Kampus Merdeka Program Studi Manajemen FBE UII didesain sesuai dengan profil alumni yang ingin dicapai oleh Program Studi Manajemen, yaitu seorang wirausahawan, akademisi dan profesional. Dengan begitu, Kampus Merdeka diharapkan dapat menjembatani mahasiswa agar bisa link and match dengan profil alumni yang ingin dicapai. “Konsep ‘Merdeka’ yang diimplementasikan di Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII adalah merdeka yang bertanggung jawab dan berkonsep yang memiliki arahan dan tujuan akhir, sehingga lebih siap di masa depan nanti,” tutur Anjar Priyono, S.E., M.Si., Ph.D., pemateri pertama pada Sosialisasi Kurikulum Prodi Manajemen (18/06). 

Sejalan dengan cita-cita yang ingin diraih oleh Manajemen FBE UII, mahasiswa yang berkontribusi dalam program yang telah disediakan oleh Kampus Merdeka akan dijanjikan sebagai mahasiswa yang lebih matang dan mapan dalam hal eksekusi setelah lulus nantinya. Program yang dapat diikuti oleh mahasiswa seperti magang, dapat mendukung pencapaian individu yang mempunyai sifat pemimpin berperspektif global, wirausahawan berbakat, serta memiliki pemikiran yang stratejik dalam penyelesaian masalah. Magang yang diikuti oleh mahasiswa dapat dikonversikan sebagai pengganti mata kuliah atau tugas akhir dengan syarat telah disetujui oleh prodi maupun dosen pembimbing akademik (DPA). 

Siti Nur Syamsiah, Dra., MM., menjelaskan bahwa proses konversi nilai bagi mahasiswa yang akan mengambil program dari Kampus Merdeka tidak akan merugikan masing-masing individu baik dari segi SKS maupun IPK. Proses konversi nilai akan dilakukan secara sistem dan manual, sehingga diharapkan mahasiswa dapat menyiapkan transkrip nilai semester genap sebelum menjalani masa key-in semester genap. (ULF/HAN)

Saat ini, tren magang (internship) sedang naik daun di kalangan kawula muda, terutama mahasiswa. Internship sangat penting bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri agar kelak mampu beradaptasi di dunia karier. Namun, tidak semua universitas di Indonesia memperhatikan urgensi program internship bagi mahasiswanya. Para kaum muda sendiri juga kerap melewatkan program internship karena dianggap tidak terlalu perlu untuk dilakukan dan minimnya informasi yang sampai ke mereka.  

Melihat fenomena yang terjadi saat ini, Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM), Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan Webinar Goes To Society #1 dengan tema Level Up Your Career Game: Unleash Your Potential With Internship yang dilakukan secara daring via zoom. Webinar ini berlangsung pada hari Minggu (06/13) dengan sesi pemaparan materi oleh Muhammad Hafiz Malik selaku People and Culture Manager di Pameo. Pameo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang desain grafis dan menyediakan jasa desain, grafis, pengembangan situs web, dan layanan pemasaran digital. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2015 dan berlokasi di Yogyakarta. 

Dalam paparannya, Muhammad Hafiz Malik menyampaikan pentingnya mengikuti internship sebelum terjun sepenuhnya ke dunia profesional. “Karena dengan adanya magang, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman kerja dan mengetahui kondisi kehidupan pekerjaan yang sesungguhnya. Selain itu, mahasiswa juga dapat memperluas wawasan dan mempelajari persoalan masalah yang ada di perusahaan”, ujar Hafiz. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu peserta webinar, Imam N. F. yang mengutarakan bahwa program internship ibarat geladi sebelum memasuki dunia kerja, sehingga tidak bisa disepelekan.

Selain itu, Hafiz juga menerangkan beberapa tips untuk mengikuti magang. Diawali dengan menentukan tujuan kenapa kamu ingin mengikuti program magang tersebut, baik untuk menambah pengalaman ataupun mengasah skill profesional. Kedua, cari program magang yang sesuai dengan goal dan periksa apakah perusahaan tersebut sesuai dengan tujuan yang kita mau. Ketiga, cari tahu apakah lokasi perusahaan tersebut dekat atau jauh dan sesuaikan dengan kemampuan kita. Terakhir, berapa lama durasi magang yang ingin dilakukan. Apakah hanya satu bulan atau tiga bulan, sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan kita.

Sebagai penutup, Aufa Al Zhafir selaku moderator menyimpulkan, “Dalam dunia pekerjaan, hard skill, soft skill, tata krama, kepercayaan diri, networking dan rekomendasi menjadi hal yang penting, begitu pula dengan menampilkan CV yang menarik dan memenuhi kriteria. Berbagai pertimbangan ini menjadi penilaian penting saat mengajukan lamaran internship maupun melamar pekerjaan nantinya”. Maka dari itu, sebagai mahasiswa jangan sampai kita melewatkan program internship karena akan banyak sekali manfaat yang didapatkan ketika kita mengikuti program ini. (SAH/PIO)

Tren dunia bisnis yang berkembang saat ini semakin masif dari segi persaingan antar pengusaha maupun pergeseran nilai yang dianut oleh beragam customer dalam pemenuhan kebutuhannya. Tren ini menuntut adanya competitive advantage terkait penciptaan nilai, adanya keterkaitan teknologi yang efektif dan efisien, produk yang ramah terhadap lingkungan, tercapainya kepuasan konsumen serta perlu upaya keras perusahaan untuk meningkatkan nilai relevansi agar senantiasa bertahan dan berkembang dalam proses bisnisnya.

Guna menguatkan bekal kewirausahaan pada mahasiswa, Program Studi Manajemen Program Sarjana Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII Workshop Business Model Canvas (BMC) pada Jumat (28/5). Ketua Program Studi, Anjar Priyono SE., M.Si., Ph.D. menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pembentukan salah satu profil lulusan, yakni wirausahawan. “Workshop ini juga bertujuan untuk menguatkan bekal kewirausahaan kepada mahasiswa melalui pengenalan poin-poin penting yang harus dikenali dan dikendalikan di awal rintisan usaha yang akan mereka jalankan”, terang Anjar. Menurut Anjar, mahasiswa yang akan mendirikan perusahaan rintisan (start-up) perlu memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam mendesain model bisnis agar mendukung keberlangsungan usaha yang dirintisnya.

Salah satu pemateri yang juga merupakan pendiri dan pemilik NDJ Tenun & Batik, Nabila Nur Dwijayanti menyampaikan bahwa kesesuaian antara nilai produk dengan pasar sasaran, merupakan hal yang penting dalam bisnis. Pebisnis yang juga merupakan mahasiswa tingkat akhir ini mencontohkan bahwa usaha yang dijalankannya memiliki pasar sasaran yang sesuai dengan nilai produk yang ia tawarkan. “NDJ Tenun & Batik membidik kawula muda dengan misi mengenalkan budaya melalui kain batik sebagai produk fashion yang tidak hanya ditujukan untuk orang tua, atau hanya digunakan dalam acara-acara seremonial resmi. Namun, juga dengan leluasa dapat dikenakan oleh generasi muda dalam segala suasana”, jelas Nabila.

Hadir selaku pemateri kedua, Bagus Panuntun, SE., MBA., Dosen Jurusan Manajemen FBE UII menyampaikan pentingnya pemahaman sembilan blok BMC dalam membangun model bisnis. Menurut Bagus, usaha rintisan seringkali terkendala oleh sumber modal, sehingga pemilik usaha rintisan perlu membangun model bisnis yang menarik pasar agar mampu bertahan meski dengan modal yang terbatas. “Pebisnis pemula itu bisa jadi memiliki modal yang minim, oleh karenanya perlu memanfaatkan peluang dengan baik dan mendesain model bisnis yang mampu mengeksekusi peluang tersebut secara efektif dan efisien”, pungkasnya. (BZD)

Halal Bihalal sering dimaknai bahwa saling memaafkan itu hanya dilakukan saat hari raya saja. Padahal, Islam sendiri mengajarkan kita untuk dapat saling memaafkan di setiap waktu. Hal tersebut dinyatakan oleh Ustaz Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E., M.Sc. dalam kegiatan Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh Marketing and Communication Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (Marcomm FBE UII) pada Jumat (21/5). Dengan mengusung tema “Sucikan Hati, Kuatkan Silaturahmi”, turut hadir pula Baziedy Aditya Darmawan SE., MM. selaku Kepala Unit Hubungan Masyarakat FBE UII. “Pandemi yang terjadi hingga saat ini telah memisahkan jarak satu dengan yang lainnya. Sehingga pada momen yang bagus ini, semoga dapat mengantarkan kita pada silaturahmi yang semakin erat meskipun belum dapat bertemu secara langsung,” ucapnya.

Mencoba meluruskan argumennya kembali. Bekti menyatakan, “Padahal, Islam sendiri mengajarkan kita untuk dapat saling memaafkan di setiap waktu. Sedangkan hal yang paling relevan ketika telah selesai menjalankan ibadah di bulan Ramadan yakni seharusnya dapat mengevaluasi apakah tujuannya telah tercapai”.

Bekti lebih lanjut menjelaskan mengenai tujuan ibadah bulan Ramadan. “Inti ibadah di bulan Ramadan adalah puasa (shaum) yang memiliki tujuan untuk dapat membentuk manusia yang bertakwa (muttaqin). Manusia bertakwa itu adalah manusia yang menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Disaat bulan Syawal inilah yang merupakan awal dari pembuktian ketakwaan manusia yang dibentuk saat bulan Ramadan,” tutur Bekti. Adapun alasan mengapa kita sebagai umat Islam harus bertakwa itu karena memang merupakan sebuah konsekuensi apabila kita telah berikrar bahwa Allah Swt. merupakan satu-satunya Tuhan kita dan Nabi Muhammad saw adalah utusannya. Dengan inilah kalimat syahadat dapat bermakna dan diimplementasikan secara benar, sehingga ketakwaan tersebut dapat mengantarkan kita ke surga.

Selain itu, dikatakan juga bahwa di masa depan terdapat hal yang akan sulit dikendalikan. Hal ini disebut dengan VUCA (Vulnerability, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Kemudian, untuk menghadapi VUCA ini sangatlah diperlukan karakter, kompetensi, dan kolaborasi yang mana ketiga hal tersebut sudah pasti ada dalam diri orang-orang yang beriman. “Mulai dari aspek karakter, yakni orang-orang beriman pasti memiliki tujuan hidup yang jelas. Kemudian, aspek kompetensi. Untuk mengetahui bagaimana aspek kompetensi tersebut, kita dapat melihat Rasulullah saw yang memiliki keahlian sehingga dapat mengusai Jazirah Arab. Sedangkan aspek kolaborasi yakni dapat dilihat bahwa Islam sangat menyukai kebersamaan,” lanjutnya.

Nyatanya, ketika bulan Ramadan berakhir, itu bukanlah menjadi akhir juga bagi manusia untuk menggiatkan ibadahnya. Melainkan menjadi sebuah permulaan. “Jadi, makna dari bulan Syawal ini adalah menyiapkan kita untuk mencapai ketakwaan pada Allah Swt.,” pungkas Bekti menutup acara. (AMA)