Kesempatan Study Abroad dengan mitra universitas di luar negeri tidak hanya membuka pintu untuk menjelajahi dunia, tetapi juga untuk menjadi sumber belajar keterampilan hidup. Tidak heran jika belajar di luar negeri dianggap sangat bermanfaat baik untuk pengembangan pribadi maupun profesional. 

Melalui Webinar IP (International Program) bertajuk “Studying in East Asia: Study Abroad with International Program in Accounting UII”(23/08), Program Studi Akuntansi Program Internasional Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) berusaha mengenalkan lebih dalam tentang Program Internasional dan kerjasama yang dijalin oleh UII dengan berbagai universitas di luar negeri yang bertujuan memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mengikuti kuliah dual degree dan memberikan rekomendasi dengan program unggulan yang ditawarkan. 

Ketua Program Studi Akuntansi, Dr. Mahmudi, SE., M.Si., Ak, CMA, CA, dalam sambutannya mengatakan, “dengan adanya program dual degree diharapkan adanya value added ketika mahasiswa berkarir di masing-masing bidang dan memberikan insight yang besar,”.

Kegiatan yang digelar secara daring ini, menghadirkan empat pembicara yaitu Sekretaris Internasional Program Studi Akuntansi FBE UII, Ayu Chairina Laksmi, SE., M.App.Com., M. Res., Ph.D., Ak., CA; Kepala Divisi Mobilitas Internasional-Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII, Nihlah Ilhami; International RelationsSolBridge International School of Business, Rezia Usman; dan Program Coordinator at Indonesia Nanjing Xiaozhuang University (NXU) Office, M. Ridlwan. 

Sesuai dengan tema webinar kali ini, Ayu menegaskan,“Program Studi Akuntansi memiliki universitas partner di luar negeri, dua diantaranya, SolBridge International School of Business di Korea Selatan, dan Nanjing Xiaozhuang University di China”.

Selain itu, UII berkomitmen membantu mahasiswa untuk melakukan mobilitas internasional. Nihlah Ilhami menambahkan bahwa, “UII juga memiliki program degree dan non-degree dengan beberapa mitra di luar negeri,”. 

SolBridge International School of Business memiliki keunikan diantaranya adanya dukungan untuk mahasiswa yang dapat diandalkan yaitu writing center, psychological center, Career Development Center (CDC), dan berbagai pelatihan. 

Rezia menambahkan, “Pada saat pandemi dimulai hingga sekarang, dosen kami harus selalu masuk ke kampus. Para dosen dengan senang hati membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan karena mereka juga orang internasional yang mengerti susahnya menjadi mahasiswa internasional,”.

NXU juga tidak kalah mempunyai banyak prestasi diantaranya sebagai lembaga penelitian pendidikan East China Education Think Tank, Nanjing Education Think Tank, dan Nanjing Juvenile Mental Health Institute

Ridlwan menjelaskan, “Nanjing Xiaozhuang University memiliki basis pelatihan untuk IOS, Apple Center untuk Jiangsu Province yang hanya ada enam di China,”. 

Diharapkan dengan diadakannya Webinar IP ini, mahasiswa dapat memotivasi dirinya untuk mengikuti program dual degree dengan universitas mitra UII di luar negeri dan mempersiapkan persyaratannya lebih dini. (ARA/AD)

Pemberlakuan kebijakan program Kampus Merdeka yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makariem memberikan tonggak perubahan pada sistem pendidikan tinggi di negeri ini. Kebijakan tersebut diharapkan dapat membangun sistem pembelajaran yang optimal sehingga menghasilkan lulusan yang siap terjun di dunia kerja secara langsung. Akibat pemberlakuan kebijakan tersebut, proses sistem dalam aktivitas mahasiswa turut mengalami perubahan. Salah satunya yaitu bentuk Konversi Kurikulum yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan untuk mengimplementasikan kurikulum 2021.

Mengingat bentuk konversi ini cukup asing di telinga mahasiswa, Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan “Sosialisasi Konversi Kurikulum 2021” untuk membantu mahasiswa memahami konversi kurikulum Kampus Merdeka. Kegiatan ini diadakan secara daring melalui platform zoom dan dihadiri oleh seluruh mahasiswa Prodi Manajemen. (21/08)

“Dalam konversi kurikulum khususnya di Fakultas kita, secara proses tekniknya di lapangan telah terotomatisasi dengan sistem informasi yang cukup bagus sehingga proses konversi tersebut dapat dilakukan secara otomatis tetapi tidak seluruhnya. Oleh karena itu, dalam proses tersebut mahasiswa diharapkan tidak bingung dan khawatir. Saya yakin konversi kurikulum baru ini akan memberikan banyak manfaat bagi prodi maupun mahasiswa,” ujar Anjar Priyono sekaligus mengawali kegiatan sosialisasi kali ini.

Pada awal pemaparan materi sosialisasi, Suhartini menjelaskan, “Perubahan kurikulum dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan untuk meningkatkan link and match antara lulusan pendidikan perguruan tinggi dengan dunia kerja, baik dunia usaha maupun dunia industri sehingga lulusan perguruan tinggi bisa sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan industri.” Lebih lanjut, Suhartini juga menjelaskan secara singkat perbedaan pelaksanaan antara kurikulum 2016 dengan kurikulum 2021 meliputi publikasi yang memiliki bobot Satuan Kredit Semester (SKS) dan pemberlakuan Sistem Kredit Partisipasi (SKP) dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). 

Adanya beberapa perubahan dalam kurikulum tersebut, membuat konversi sangat dibutuhkan. Alurnya berupa mengkonversikan nilai dan jumlah SKS mata kuliah yang telah ditempuh dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum baru. Suhartini menegaskan, “SKS dan IPK sebelum dan sesudah konversi akan relatif sama. Apabila terdapat perbedaan, maka akan diganti dengan mata kuliah yang belum ditempuh oleh mahasiswa dengan penyesuaian harkat IPK sesudah konversi.” Maka dari itu mahasiswa tidak perlu khawatir akan dirugikan dengan diterapkannya kurikulum baru ini.

Untuk menindaklanjuti permasalahan yang sekiranya akan muncul dalam proses konversi kurikulum, Siti Nursyamsiah menuturkan, “Jangan mencari informasi melalui sumber yang belum jelas kebenarannya. Lebih baik menghubungi prodi untuk mendapatkan kejelasan informasi yang dibutuhkan.” Dengan sosialisasi ini diharapkan mahasiswa dapat memahami proses konversi yang diterapkan pada kurikulum Kampus Merdeka pada semester mendatang. (NNS/HAN)

Walaupun pandemi Covid-19 sedang melanda saat ini, mahasiswa tingkat akhir tetap berkewajiban menyelesaikan tugas akhirnya dengan tepat waktu. Penyusunan skripsi harus direncanakan dengan matang. Para mahasiswa harus memunculkan motivasi yang tinggi mengingat kondisi yang mungkin kurang mendukung dalam menyusun tugas akhir secara optimal. 

Menjawab permasalahan tersebut dan untuk menanggulangi ketidak-tepatan waktu mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan sesi Talkcounting#3 yang mengangkat tema “Skripsi: Lekas Mulai, Lekas Selesai” yang diselenggarakan secara daring via Zoom. Narasumber pada diskusi ini yaitu alumni Program Studi Akuntansi angkatan 2017, Dhiandra Rahmadani Yurmal dan Abiarditya Tyasaddie. (19/08)

Dhiandra dan Abiarditya mengenal bentuk dan tahapan proses skripsi sendiri berawal dari mata kuliah Metopel (Metodologi Penelitian) dimana mata kuliah ini mengajarkan mahasiswa dalam penulisan skripsi. Meskipun mata kuliah Metopel ini tidak jauh berbeda dari penulisan skripsi, kedua narasumber tetap membuat ulang topik untuk tugas akhir mereka. Hal ini dikarenakan topik yang mereka ambil saat Metopel masih belum sesuai dengan apa yang mereka inginkan saat skripsi. 

“Saya tidak mengerjakan skripsi setiap hari, namun saya fokus melakukan skripsi saat tiga bulan pertama selama seharian,” jelas Abiarditya ketika ditanya terkait waktu dalam pengerjaan skripsi. “Saya juga tidak mengerjakan setiap hari, saya cenderung mengerjakannya ketika saya mood. Saat itulah saya bisa fokus mengerjakan,” imbuh Dhiandra.

Dalam penyusunan skripsi, selalu ada yang namanya bosan. “Jenuh pasti ada, disini saya menyisihkan satu hari dalam satu minggu untuk hari istirahat agar tidak bosan.” Ujar Dhiandra. Tidak jauh berbeda dari Dhiandra, Abiarditya juga menambahkan, “Sangat memungkinkan rasa bosan itu ada, tetapi balik lagi ke motivasi saya untuk mengembalikan semangat dalam menyelesaikan skripsi tersebut.” 

Ada banyak pengalaman positif yang dapat diambil selama proses penyelesaian skripsi seperti mendapatkan ilmu baru, memahami ilmu penulisan, dan masih banyak lagi. Pengalaman yang dialami oleh Dhiandra dan Abiarditya yaitu pada saat revisi skripsi. Meskipun revisi memang sulit, tetapi ia mencoba menggunakannya untuk meningkatkan kualitas diri. Begitu pula dengan Abiarditya, dengan melakukan revisi ia mendapatkan pandangan baru, insight baru dan mengambil sisi positif lainnya. 

Tips untuk mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi adalah banyak membaca buku yang berkualitas, mengatur waktu dengan baik, memilih jurnal yang sesuai dan mengerti paraphrase agar menghindari plagiarism. “Mau tidak mau skripsi harus diselesaikan dan menunda-nunda waktu bukan hal yang baik.” imbuh Dhiandra. Dalam pembahasan ini, Abiarditya turut menyampaikan, “Skripsi yang baik bukan skripsi yang cepat, tetapi skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai.” (AFA/HELSI)

Seorang pemimpin yang tangguh, unggul secara kompetitif, serta mampu berkontribusi aktif untuk lingkungan tentu memerlukan persiapan. Melalui webinar bertajuk “International Program of Accounting: Preparing Digital Business Leaders, Program Studi Akuntansi Program Internasional Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) berusaha membekali mahasiswanya dengan segudang pengetahuan dan pengalaman. Webinar yang dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2021 ini dibersamai oleh Ayu Chairina Laksmi selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Program Internasional FBE UII,  Nihlah Ilhami selaku Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII,  Ir. Tina Purwono perwakilan dari Saxion University of Applied Sciences, Belanda, dan Fitria Arsianti perwakilan dari University of Queensland, Australia.

Ayu menegaskan Program Internasional UII sangat berperan dalam memfasilitasi mahasiswanya dalam kegiatan internasional yang bermanfaat di dunia kerja.

“Sesuai dengan tema hari ini, Preparing Digital Business Leaders, pada Program Studi Akuntansi juga menawarkan banyak mata kuliah dengan muatan teknologi, salah satunya ERP Application System – SAP,” tambah Ayu. 

Nihlah Ilhami menyampaikan bahwa UII berkomitmen membantu mahasiswa untuk melakukan mobilitas internasional. “Ada kesempatan mahasiswa untuk mengikuti mobilitas internasional bersama mitra luar negeri seperti Saxion University of Applied Sciences di Belanda dan University of Queensland di Australia. dalam menyiapkan pemimpin-pemimpin global,” ucap Nihlah. 

Ir. Tina Purwono menjelaskan tentang kehidupan mahasiswa di Belanda. Tina juga menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi jika berminat  melanjutkan studi ke Belanda dan menawarkan berbagai macam kesempatan beasiswa yang bisa mahasiswa dapatkan.

Saxion University of Applied Sciences mencetak lulusannya untuk langsung siap bekerja. Para profesional hadir untuk memberikan case study dan kuliah tamu kepada mahasiswa dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau industri,” imbuh Tina.

Fitria perwakilan dari University of Queensland mengatakan, “selain akademik, tersedia juga layanan kerja dan karir gratis khusus untuk Mahasiswa Bisnis, Ekonomi dan Hukum dan lulusan baru bersama tim University of Queensland yang berdedikasi yang terdiri dari 10 spesialis Ketenagakerjaan dengan pengalaman industri dan rekrutmen yang luas di Australia dan luar negeri. Sehingga, mahasiswa dapat mendapatkan keuntungan dengan lebih siap menghadapi tantangan setelah lulus,”.

Diharapkan dengan diadakannya webinar IP ini, mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin bisnis digital serta mengetahui peranan akuntansi, terkhususnya Program Studi Akuntansi Program Internasional FBE UII untuk menciptakan seorang pemimpin yang ideal. (ARA/MRF)

Tidak sedikit lulusan sarjana akuntansi yang mengidamkan karier di perusahaan besar yang reputable secara internasional dan termasuk dalam jajaran big four company. Big Four Company merupakan empat Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdiri dari Deloitte, PwC, EY, dan KPMG. Keempat KAP ini biasa disebut sebagai worldwide company karena mempunyai partner lokal di berbagai negara, termasuk Indonesia. Suatu perusahaan akuntan membutuhkan seorang auditor untuk melaporkan hasil keuangannya kepada client sehingga pasti memiliki tanggung jawab yang besar. Segala bentuk persiapan untuk bergabung di suatu perusahaan, khususnya Deloitte tidaklah mudah. 

Menanggapi tingginya animo mahasiswa dan alumni yang ingin berkarier di KAP Big Four, Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia kembali mengadakan diskusi talkcounting alumni series episode #2  dengan mengusung tema “Menjadi Auditor di KAP Big Four” yang dilakukan secara daring via zoom. Diskusi ini berlangsung pada hari Kamis (09/12) dengan sesi pemaparan materi oleh Ikhsan Saputra, alumni Prodi Akuntansi UII Angkatan 2009 yang menduduki posisi manager di Deloitte Touche Tohmatsu LCC Indonesia. 

Ikhsan bergabung di Deloitte sejak Januari 2013. Saat ditanya mengenai level karier yang harus dilalui ketika bergabung di Deloitte, Ikhsan menjelaskan, “Di awal gabung itu ada training, kemudian associate 1 – associate 2 (staff level), senior 1 – senior 2 (senior level), assistant manager, manager 1 – manager 3, senior manager, director, kemudian partner”. Di posisinya saat ini sebagai manager, Ikhsan menerangkan bahwa ia bertugas sebagai mediator antara client dan partner serta berwenang dalam hal negotiation fee and staffing. 

Ikhsan juga menerangkan tahapan tes yang dahulu ia lalui ketika mengikuti proses recruitment di Deloitte. “Jadi awalnya itu daftar, kemudian berangkat ke Jakarta untuk mengikuti tes tertulis. Nah di tes tertulis ini waktu zaman saya dulu ada tiga, yaitu accounting, audit, dan bahasa inggris. Setelah dinyatakan lulus tes tertulis, dilanjutkan dengan tahap wawancara dan alhamdulilah diterima”,  tuturnya. Selain itu, ia juga menceritakan kisah perjalanannya ketika awal bergabung ke Deloitte. “Saya merasa waktu yang challenging itu ketika menjalani masa training. Di masa ini, diperlukan adaptasi dari transisi dunia perkuliahan ke dunia karier yang ternyata pressure nya jelas berbeda dan membutuhkan kemampuan resiliensi dari masing-masing individu”, ujarnya.

Sebagai penutup, Ikhsan Saputra juga menyampaikan bahwa profesi audit ini tidak bisa digantikan oleh sistem, karena untuk membaca Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) harus dari seorang yang benar-benar mengetahui bagaimana keadaan suatu perusahaan. (DWI/PIO)

Seseorang yang berani berinovasi, bisa melihat peluang bisnis dan berani mengambil risiko yang tinggi adalah inti dari seorang entrepreneur. Bekerja dengan mengikuti passion dan memiliki tujuan untuk memberikan kepuasan bagi dirinya maupun di lingkungan sekitarnya merupakan tujuan dari entrepreneur. Sayangnya, jumlah entrepreneur di Indonesia masih terbilang sangat sedikit dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Oleh karena itu, untuk mendorong lahirnya para entrepreneur muda di Indonesia, Program Studi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan diskusi talkcounting yang mengangkat tema “Sociopreneur: Creating Value and Empowering People” yang dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom. Diskusi ini menghadirkan seorang pembicara yang merupakan salah satu Alumni Program Studi Akuntansi UII angkatan 2009 sekaligus CO-Founder & COO Nares Essential Oil, Cahyaningrum yang biasa dipanggil Arum. (05/08)

Arum merintis Nares Essential Oil dengan suaminya sejak 2012. Ia melihat banyaknya sampah daun cengkeh kering yang tidak dimanfaatkan di Desa Ngargosari, Jawa Tengah. Masyarakat Desa Ngargosari yang mayoritas buruh tani juga banyak sekali yang hidup di bawah garis kemiskinan. “Padahal sampah daun cengkeh kering jika dimanfaatkan dan diolah dengan baik dapat menjadi berlian dan emas, seperti menemukan harta karun,” ujar Arum. Sampah daun cengkeh kering ini, Arum olah menjadi 19 jenis esessetial oil dengan harga Rp. 130.000,- sampai Rp. 2.500.000,- yang tersedia dengan botol ukuran 5 ml dan 10 ml. 

Arum juga menjelaskan, “Para petani tidak hanya memasok bahan baku dan menjadi supplier saja tetapi Nares juga mengajarkan cara membuat essential oil dengan kualitas Grade “A” atau kualitas siap ekspor.” Sampai saat ini, Nares sudah memberdayakan 20.250 petani yang meliputi 12 daerah di Indonesia.

Sebagai seorang entrepreneur pasti mengalami naik dan turunnya bisnis. Saat down, Arum selalu mengingat tujuan awal bisnisnya, “Ketika saya menjalankan bisnis ini dan ternyata di sisi lain juga membantu banyak orang, hal yang membuat saya kembali bersemangat adalah percaya bahwa semua bisnis yang saya lakukan ini adalah amanah yang harus saya pegang sekuat tenaga sampai akhir,” jelas Arum.

Di tengah pandemi ini, sebagian besar orang mengalami banyak kesulitan. Pantang menyerah dan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh adalah kunci utama seseorang bisa bertahan dalam keadaan apapun. “Saya percaya di dunia ini tidak ada orang yang 100% beruntung, karena keberuntungan itu datang ketika kita sudah siap menerima keberuntungan itu sendiri,” tambahnya. (MID/AAM)

Sabtu (11/7), Faaza Fakhrunnas, selaku dosen Universitas Islam Indonesia, berbicara mengenai UMKM di Indonesia pada saat masa pandemi. Dalam sambutannya, beliau menuturkan bahwa UMKM yang ada di Indonesia tidak bisa dipukul sama rata karena UMKM memiliki klasifikasinya masing-masing.

Berdasarkan survei BPS pada tahun 2017, UMKM berkontribusi pada 60,34% dari PDB Indonesia, ini menandakan bahwa UMKM berpengaruh besar dalam perekonomian Indonesia dan menjadi sektor yang harus diprioritaskan oleh pemerintahan Indonesia.

“Besarnya UMKM, banyaknya masyarakat dan tenaga kerja, sekaligus pengaruh dan jumlahnya, tentu harus menjadi perhatian pemerintah apalagi pada masa pademi seperti ini”, ujar Faaza Fakhrunnas. 

Pada masa awal Covid-19, Indonesia sudah mulai diuji dari berbagai macam sektor, salah satunya yaitu sektor ekonomi. Covid-19 menerjang perekonomian Indonesia sangat drastis. Banyak sektor perekonomian yang terganggu dan tidak bisa berjalan karena saling bergantung dengan lainnya. Faaza menambahkan, “Tak bisa dipungkiri bahwa penurunan angka pertumbuhan perekonomian Indonesia pada Kuartal I ke Kuartal II Covid-19 lebih buruk daripada krisis tahun 1997”.

Fokus pemerintah melakukan recovery economy dinilai cukup bagus. Upaya tersebut menolong jatuhnya perekonomian Indonesia agar kembali tumbuh. Pemerintah mengalokasikan dana pemberdayaan UMKM pada tahun 2020 sebesar 123,46 triliun dari total anggaran bantuan sosial yang mencapai 695 triliun. Tujuan utamanya restrukturisasi kredit UMKM untuk memberikan kemudahan akses kredit dan penalangan bunga bagi para UMKM. 

Tahun 2021, upaya recovery economy dilanjutkan dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional. Pemerintah menggelontorkan dana bantuan sosial yang lebih besar menjadi 699,4 triliun. Alokasi dana bantuan kepada UMKM di tahun 2021 meningkat sebesar 191,13 triliun. Penambahan tersebut tak lepas dari kontribusi besar UMKM bagi perekonomian. Sayangnya, penyerapan dana pada UMKM masih tergolong rendah di angka 26,3% atau setara dengan 50,23 triliun terhitung pada Juni 2021.

Faaza mengusulkan beberapa hal yang harus pemerintah lakukan untuk memaksimalkan penyerapan dana UMKM terutama saat PPKM Darurat. Pemerintah perlu melibatkan UMKM dalam program bantuan sosial, seperti pengadaan barang bantuan. Kemudian memberikan dukungan digitalisasi UMKM dengan pemberian insentif, memperbaiki akurasi data penerimaan dana bantuan yang tepat sasaran, memiliki konsistensi dalam melaksanakan kebijakan, gerakan moral dengan pemotongan gaji di kalangan aparatur pemerintahan sebagai bentuk gerakan sosial yang dialami semua kalangan, perlunya revolusi birokrasi, lalu yang terpenting adalah pemerintah harus fokus pada kebijakan kesehatan. “Pada hakekatnya kebijakan kesehatan itu sendiri adalah kebijakan ekonomi” tegas Faaza. (MA/AR)

Masa pandemi tidak menghalangi Nabila, pemilik NDJ Tenun Batik untuk terus mengembangkan usahanya. Hingga pada akhirnya melahirkan inovasi baru bagi yang membuat bisnisnya semakin berkembang. Sifat adaptif dan inovatif ini yang kemudian  menyebabkan minat pasar semakin bertambah. “Bisa menjadikan omzet yang turun dan naik sampai saat ini stabil,” ungkap Nabila.

Disamping itu, usahanya dalam membangun bisnis batik ini pun tidak hanya demi meraup keuntungan, melainkan juga bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap kain batik. Telah diketahui pula sebelumnya bahwa batik merupakan kain khas bangsa Indonesia yang telah dikenal oleh kalangan lokal maupun internasional. Namun, dibalik ketenarannya, batik di Indonesia sendiri masih memiliki sedikit peminat dari generasi muda. Hal tersebut mendasari keinginan Nabila untuk terus menumbuhkan kembali rasa cinta anak muda terhadap batik. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah bisnis kain batik yang bernama NDJ Tenun Batik yang mana didalamnya terjual beraneka ragam produk yang biasa digunakan oleh anak muda dan dilengkapi juga dengan corak batik khas Indonesia.

NDJ Tenun Batik ini pada awalnya berhasil ia tekuni semasa berkuliah di Universitas Islam Indponesia (UII), yang kemudian terus berlanjut hingga sekarang. Berbagai ajang kompetisi telah ia ikuti, bahkan hingga mendapatkan dana hibah, salah satunya dari Kementrian Koperasi dan UMKM RI. Nabila juga menuturkan kiatnya dalam menjalani bisnis, “Kita harus mempunyai desain atau produk yang betul-betul diminati oleh anak muda,” jelasnya.

Tidak hanya dari UMKM RI, bisnis NDJ Tenun Batik milik Nabila ini juga didukung penuh oleh Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) UII. Dukungan yang diberikan pun tidak hanya dalam bentuk nominal uang saja, melainkan juga bimbingan mengenai pembuatan strategi bisnis. “Bagaimana teknik pemasaran yang baik, merealisasikan rencana, dan juga diajarkan banyak cara agar produk yang dijalankan dapat dikenal oleh masyarakat luas dan lebih berkembang lagi,” tutur Nabila.

Satu persatu penghargaan telah ia raih, salah satunya penghargaan sebagai desainer muda pada acara peragaan busana Jogja International Batik Biennale 2018. Adapun penghargaan lainnya, yakni berupa pendampingan eksklusif pada program miliki UNESCO dan juga City Foundation. Nabila tidak hanya memberikan inspirasi sebagai desainer muda yang produktif, melainkan juga sebagai salah satu penggerak home industry yang mayoritas diinisiasi oleh kaum wanita Indonesia, khususnya di Jepara dan Jogja. “Jadi, kita memberdayakan beberapa pengrajin yang ada di daerah-daerah,” pungkasnya. Tentu, hal ini juga menjadi nilai tambah bagi kain batik itu sendiri, karena keindahannya telah dipertahankan selama ratusan tahun oleh tangan-tangan yang terampil. (KR/ESP/AMA)

Terdapat perubahan yang terjadi dalam rangka mempersiapkan penerapan kurikulum baru, salah satunya yaitu pengabdian kepada masyarakat dalam era Kampus Merdeka yang merupakan format baru dalam desain perguruan tinggi yang di-launching oleh Menteri Pendidikan. Menyikapi hal tersebut, Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan acara “Sosialisasi Program Pengabdian kepada Masyarakat dalam era Kampus Merdeka”. Sosialisasi yang diadakan pada hari Jumat (23/07) ini dilakukan melalui zoom dengan sesi pemaparan materi oleh Dr. R. Wisnu Nurcahyo, DVM.

Pengabdian kepada masyarakat sudah tertera dalam Undang-undang (UU) yang mana Dosen berkewajiban melaksanakan Tridharma. Indikator Kinerja Utama (IKU) mencakup Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Perbedaan pada tahun sebelumnya meliputi adanya klasifikasi indikator kinerja yang dijadikan bahan untuk klasterisasi perguruan tinggi.

Adapun manfaat pengabdian kepada masyarakat yaitu dapat berbuat baik kepada lingkungan sekitar seperti yang dianjurkan dalam hadits, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Ath-Thabrani). Hal ini merupakan landasan pemberlakuan pengabdian kepada masyarakat. Beberapa manfaat lainnya yaitu dapat meningkatkan kinerja dan ranking institusi, inspirasi pelaksanaan Tri Dharma PT, membantu memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat, meningkatkan jejaring kerjasama dan menerapkan hasil IPTEKS.

“Ada tiga kegiatan yang dilaksanakan oleh Dikti yaitu Insentif berdasarkan capaian IKU (Untuk PTN), Matching Fund untuk kerja sama dengan Mitra (untuk PTN & PTS), dan Competitive Fund Program Kompetisi Kampus Merdeka (untuk PTN & PTS),” ujar Dr. R. Wisnu Nurcahyo, DVM.

Wisnu Nurcahyo juga menjelaskan, “Terdapat program baru riset keilmuan PT Akademik yaitu hibah riset bagi dosen di perguruan tinggi akademik untuk mengakselerasikan pelaksanaan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)”. Sasaran dari program baru ini adalah agar dosen tetap berada di ruang lingkup koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan yang memiliki NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) dan NIDK (Nomor Induk Dosen Khusus). Skema yang tersedia dalam program ini meliputi hibah riset mandiri dosen, hibah riset kewirausahaan, hibah riset desa dan hibah riset kegiatan kemanusiaan. “Tim yang disusun harus multidisiplin, sesuai dengan bidang ilmu yang diusulkan dengan minimal dua kompetensi,” tambah Wisnu.

Pelaksanaan program ini dapat memakan waktu paling lama delapan bulan sejak penandatanganan kontrak kerja di mana waktu ini masih bersifat tentatif. Kegiatan pengabdian masyarakat saat ini mengalami pergeseran akibat munculnya adaptasi kebiasaan baru atau yang lebih dikenal dengan istilah less contact economy yang ditandai dengan banyaknya kegiatan yang menggunakan teknologi digital seperti kuliah daring, munculnya e-commerce, e-logistic dan masih banyak lagi. Dengan begitu diharapkan proposal yang diajukan berkaitan dengan pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) berbasis digital. (YNZ/HAN)

Perkembangan dunia bisnis yang semakin dinamis menjadi tantangan bagi pengusaha untuk terus berkembang dan tidak boleh lengah akan setiap perubahan yang terjadi. Hal ini dimaksudkan agar bisnis yang dijalankan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Menanggapi hal tersebut, Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menyelenggarakan Studium Generale dengan topik Enterprise Resources Planning (ERP) for SMES yang digelar pada Sabtu (10/7) secara daring. Ketua Program Studi Manajemen, Anjar Priyono dalam kata sambutannya berharap melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat memahami ERP lebih dalam sehingga tidak hanya belajar secara teknis tetapi juga dapat menjadi bayangan untuk merancang karir kedepannya.

Enterprise Resources Planning (ERP) merupakan sebuah sistem informasi yang mengelola serta mengintegrasikan seluruh sumber daya, baik sumber daya manusia, material, pengetahuan keuangan, maupun sumber daya lainnya. Integrasi dari seluruh sumber daya tersebut yang akan menjadikan sebuah perubahan,” ujar Sony Rachmadi, President of RUN System selaku pembicara pada kegiatan ini.

Implementasi ERP dinilai sebagai kunci keberhasilan karena dapat menjadi investasi perusahaan guna mengembangkan bisnis dan meningkatkan efisiensi kinerja. Sony menambahkan, “Menjadi penting untuk kita dalam mengetahui kondisi perusahaan yang akan di implementasi ERP seperti apa tetapi faktanya bahwa 80% perusahaan kurang mengerti masalah yang sedang mereka hadapi.” Dari hasil Business Process Mapping, Sony dan rekannya membandingkan serta menganalisis current state dan future state yang nantinya akan digunakan manajer perusahaan untuk memutuskan solusi masalah yang mereka hadapi. Hal tersebut juga tentunya dibarengi dengan training. Selanjutnya, dalam proses implementasi ERP perlu adanya upaya menjaga konsistensi pada saat transformasi yang dilakukan karena dapat mempengaruhi kondisi dan budaya yang ada.

Tantangan dalam implementasi ERP menjadi penting karena umumnya Small Medium Enterprise (SME) kurang begitu mengerti apa yang terjadi di luar perusahaan. “Masalah yang sering ditemui baik di perusahaan besar maupun kecil  yaitu biasanya mereka merasa bahwa apa yang dilakukan sudah paling benar, tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar,” ungkap Sony. Tantangan lain yang sering ditemui saat implementasi ERP adalah kesulitan dalam mengintegrasikan kemampuan dan kapabilitas perusahaan. Banyak perusahaan yang ingin sempurna tetapi anggaran yang dimiliki sangat kecil.

Hal inilah yang perlu menjadi perhatian bagi para pelaku bisnis. Penting untuk mengetahui seperti apa kondisi perusahaan yang sebenarnya, masalah utama yang dihadapi serta mempertimbangkan kebutuhan pasar. Perusahaan juga perlu memahami target yang ingin dicapai dengan kemampuan yang mereka miliki. (NFF/MZH)