Aksi teror bom dan penembakan yang terjadi di Paris menyisakan duka mendalam bagi para korban dan warga Eropa pada khususnya. Setidaknya 153 orang tewas dan lebih dari 300 lainnya mengalami luka-luka dalam peristiwa tersebut. Berbagai negara mengutuk tindakan kejam yang direncanakan dan dilakukan oleh para pelaku teror. Salah satu dampak dari aksi terorisme ini adalah semakin menguatnya stigma bahwa umat Islam identik dengan tindakan kekerasan dan terorisme. Terlebih setelah dua kelompok terorisme global, ISIS dan Al-Qaeda sama-sama mengaku bertanggungjawab atas terjadinya peristiwa tersebut.
Kalangan masyarakat muslim Eropa pun harus pandai-pandai menepis stigma negatif yang tertuju pada mereka. Tingginya frekuensi media internasional dalam memberitakan kejadian ini juga turut memperkuat stigma negatif yang telah berkembang. Padahal, Islam sama sekali bukan agama yang mengajarkan umatnya menjadi orang yang tidak menghargai kemanusiaan.
Sebagaimana disampaikan oleh pemerhati gerakan Islam UII, Dr. Supriyanto Pasir, S.Ag, M.Ag ketika mengomentari peristiwa penembakan Paris. Menurutnya, apa yang terjadi di Paris merupakan tindakan biadab yang jelas-jelas telah merusak nilai kemanusiaan. Para pelaku yang dengan tangan dingin menembaki dan membom warga sipil, diragukan masih memiliki nilai itu di dalam dirinya. “Islam dengan tegas melarang tindakan yang mengarah pada mencederai kemanusiaan, seperti membunuh, menyiksa, dan melukai warga sipil. Apalagi Paris yang menjadi tempat kejadian bukan merupakan wilayah perang”, ujarnya.
Oleh karena itu, ia tidak sepakat jika tindakan terorisme yang mungkin dilakukan oleh sebagian orang Islam lantas menjadi alasan untuk menilai buruk tentang Islam. “Saat ini umat Islam harus berhati-hati dan tidak mudah terpancing. Isu-isu yang sensitif dan memojokkan Islam jangan lantas disikapi dengan kekerasan. Sebab jika sampai terpancing melakukan tindakan itu, justru sangat merugikan citra Islam”, katanya.
Selain itu, ia juga menilai maraknya radikalisme dan tindakan teror oleh oknum Islam sebagai dampak dari kurangnya memahami tentang jihad yang benar. “Yang ada, semangat jihad yang terlalu tinggi kurang diimbangi dengan pengetahuan metode dakwah. Orang-orang seperti ini rentan diajak mengikuti kegiatan radikal”, terangnya. Pemahaman yang benar tentang jihad dapat mencegah seseorang melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Kondisi masyarakat di Eropa yang damai dan cukup konudusif tidak membutuhkan jihad dalam bentuk peperangan. Untuk mengajak orang Eropa agar tertarik dengan Islam yakni dengan dialog dan menunjukkan akhlak yang baik. Tindakan teror di Paris justru kontraproduktif dengan upaya dakwah Islam di Eropa.
Sumber : www.uii.ac.id