Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan salah satu mata kuliah terbaik yang dimiliki oleh Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII). Banyak perolehan prestasi yang diukir oleh mahasiswa Prodi Akuntansi FBE UII, baik dalam taraf nasional maupun internasional. Pada akhir pekan ini, Sabtu (27/06), ERP Competence Center dari Prodi Akuntansi FBE UII menggelar Final Game 3 Kompetisi Internal MonsoonSIM Enterprise Resource Management Competition (MERMC) 2020 secara daring yang diikuti mahasiswa Prodi Akuntansi dan Prodi Manajemen FBE UII. MonsoonSIM merupakan sebuah permainan simulasi bisnis berbasis web yang terdiri dari sepuluh tim dengan menggunakan konsep ERP, di mana setiap tim akan bersaing untuk mengelola perusahaannya masing-masing.

Kompetisi Internal ini bertujuan untuk menentukan dua tim yang akan mewakili Universitas Islam Indonesia dalam  berkompetisi di tingkat nasional pada bulan September 2020 nanti. Sebelumnya, kompetisi ini diikuti oleh tiga puluh tim pada pada babak penyisihan dan tersisa sepuluh tim pada babak Final Game 3 MonsoonSIM. Pada babak final, kompetisi dilaksanakan dengan tiga tahap di mana nilai dari ketiga game tersebut akan diakumulasikan sebagai nilai akhir untuk penentuan pemenang Kompetisi Internal MERMC 2020. Peraturan yang ditetapkan sama persis seperti ajang di tingkat nasional dan internasional guna membiasakan peserta untuk terbiasa dengan peraturan tersebut dan tidak melakukan kesalahan yang sama.

Hasil dari babak Final game 3 MonsoonSIM UII 2020 ini dimenangkan oleh tim Arsanta Widyadharma sebagai juara pertama dengan perolehan skor akhir 26, beranggotakan Muhammad Faiq Jauhar, Adin Ihtisyamuddin, Akhlis Faris Mushaffa, Ainun Jariyah, dan Sukma Putri Yulia. Kemudian juara kedua diraih oleh tim Frye dengan total skor akhir 25, beranggotakan Afiq Kamal Rizki, Imam Nur Fadilah, Rani Adilah K., Asaquita Sophie Premarci, dan Rafif Aldo Nugroho. Terakhir adalah tim Sangkuriang sebagai juara ketiga dengan perolehan skor akhir 23, beranggotakan Valdo Maggri A., Imerina Zuhara, Rizky Budi Tyaswarman, Agnes Aura A., dan Farhan Kamil. Maka, tim Arsanta Widyadharma dan Frye akan mewakili UII pada MERMC tingkat nasional pada bulan September 2020.

Ketua Prodi Akuntansi FBE UII, Dr. Mahmudi,SE., M.Si., Ak. yang turut menghadiri acara ini berharap agar tim yang menjadi perwakilan UII dalam MERMC tingkat nasional dapat meraih juara. “Semoga tradisi juara pada kompetisi Monsoon dapat diraih kembali oleh UII. Prodi Akuntansi akan mendukung semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari mahasiswa dan alumni UII,” ungkapnya. (AFM/ARA)

Tim Marketing Communications (Marcomm) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) terus berupaya dalam mengembangkan potensi anggotanya untuk menjadi garda terdepan fakultas. Salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan mengadakan pelatihan jurnalistik secara daring pada Sabtu, (27/6).  

Pelatihan ini ditujukan agar anggota Marcomm dapat menjalankan tugas-tugasnya terutama pada tugas peliputan acara dan pembuatan artikel yang akan dimuat dalam laman digital FBE UII. “Jurnalistik merupakan salah satu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan kehumasan, sehingga kegiatan ini diharapkan dapat membantu anggota Marcomm dalam menjalankan tugas,” tutur Manajer Marcomm FBE UII, Baziedy Aditya Darmawan dalam sambutannya.

Reren Indranila, pemateri yang juga merupakan Pemimpin Redaksi Radar Jogja membagikan pengalamannya dalam teknik peliputan. “Jurnalistik merupakan suatu seni, bagaimana kita bisa mengambil informasi dengan menambah nilai lebih instansi yang kita bawa,” Ujar Reren.  

Dalam acara ini, Reren berbagi hal-hal dasar jurnalistik seperti kriteria penulisan berita. Susunan berita yang baik dimulai dari teras berita, badan berita, dan ekor berita. Teras berita berisi pembahasan what, who, when, why, dan where. Badan berita berisi data-data yang mendukung teras berita. Sedangkan ekor berita merupakan pendukung dan pelengkap berita.

Ia juga memperkenalkan konsep baru dalam penulisan berita yaitu 6W+1H. “Saya menambahkan 1 konsep baru dalam unsur 5W+1H yang kita kenal. What’s next merupakan satu unsur yang dapat ditambahkan agar sebuah tulisan menjadi lebih menarik,” jelas Reren.

Selain itu, dalam menuliskan sebuah berita, wawancara juga merupakan hal yang penting. Pemilihan narasumber menjadi hal yang perlu diperhatikan karena akan menentukan pandangan yang diambil. Sehingga kita harus memilih narasumber yang tepat dan kredibel. Tidak hanya itu, adab dalam wawancara juga harus dijaga mulai dari sebelum sampai berakhirnya wawancara.

Umumnya, problematik yang kerap ditemukan anggota Marcomm adalah pemilihan judul yang menarik. Judul dan isi berita harus memiliki keterkaitan dan dapat memikat para pembaca. Dalam memilih judul berita memang dibutuhkan kreatifitas dan kemampuan berpikir yang baik. Bahkan Reren yang telah 12 tahun menyelami dunia jurnalistik mengaku bahwa memilih judul berita memang cukup sulit.

“Menulis judul harus sesuai dengan inti berita, jadi pembaca tidak merasa tertipu dengan judul dan isinya,” ujar Reren saat membagikan tipsnya. (DYH)

Menempuh pendidikan hingga keluar negeri tentu menjadi mimpi banyak orang dan tentu tidak semua mimpi dapat tercapai karena satu dan lainnya. Namun, untuk mahasiswa yang mempunyai harapan agar dapat melanjutkan pendidikannya sampai keluar negeri, pasti banyak hal yang bisa dilakukan, salah satunya beasiswa Australia Awards Scholarship  (AAS). Program beasiswa ini dapat digunakan mahasiswa untuk melanjutkan jenjang studi S2 maupun S3. Selain menambah pengetahuan, program beasiswa ini juga dapat membantu orang-orang yang membutuhkan. Sehingga untuk mendapatkan beasiswa cukup mengikuti persyaratan dengan baik dan benar.

Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia mengadakan webinar yang bertemakan “Bedah Beasiswa” melalui kanal Google Meet pada Jumat (26/06). Webinar yang berfokus pada Australia Awards Scholarship atau AAS ini hadirkan Siti Mahdaria, Awardee of Australia Awards Scholarship, Master of Marketing Communication, University of Melbourne sebagai pemateri.

Muhammad Nidhom selaku moderator membuka acara tersebut, yang kemudian dilanjutkan oleh Siti Mahdaria. Selain menjelaskan tentang teknis dan proses seleksi, Ria juga menjelaskan mengenai keunggulan AAS, yang diantaranya adalah Pre-Departure Training and Briefing di Indonesia, Introductory Academic Program di kampus masing-masing saat di Australia, dan tersedianya Student Contact Officer saat sudah berkuliah di Australia.

Dalam paparannya, Ria menyebutkan, “Kalian harus membuat rencana. Tahun ini mau ngapain aja, tahun depan mau ngapain aja. Kalau kalian sudah tau mimpi kalian itu apa, kalian harus bikin stepping stone atau milestone yang berisi langkah-langkah apa saja yang kalian harus lakukan dari sekarang sampai menuju ke mimpi kalian tersebut”. Info webinar ini diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa FBE UII bahwa menempuh pendidikan tidak hanya sebatas di dalam negeri, tetapi dapat dilakukan ke luar negeri. Kuncinya, dalam menempuh pendidikan harus menerapkan strategi dan rencana kedepan agar mahasiswa memanfaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga menjadi individu yang berguna baik bangsa, negara, dan agama.

Siti Mahdaria juga bercerita terkait dengan pengalamannya saat menempuh studi di Australia sekaligus berbagi pengalaman tentang bagaimana cara beradaptasi saat berkuliah di negara tetangga. “Kalau udah di sana, nggak akan takut kalau nggak punya temen. Karena nanti bakal ketemu sama awardee AAS dari seluruh dunia,” jelasnya.

Selain itu, Siti Mahdaria juga berpesan agar tidak mudah putus asa apabila surat aplikasi beasiswa yang diajukan belum diterima oleh pihak penyedia beasiswa. Dengan memperbanyak pengalaman organisasi serta meningkatkan kemampuan berbahasa asing, maka akan membantu memudahkan mahasiswa untuk memperoleh beasiswa luar negeri. (ALS/DH)

Bicara tentang tren teknologi dan transformasi digital, pemanfaatan teknologi mencakup di segala aspek. Tidak hanya ekonomi, tetapi dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, organisasi bisnis, ataupun komunitas dan masyarakat sosial. Pemahaman teknologi berguna untuk perkembangan masa depan. Tren teknologi saat ini berkembang dengan sangat pesat dalam kurun waktu kurang lebih  sepuluh tahun terakhir ini.

Keadaan inilah yang melatarbelakangi kegiatan Kajian Tematik oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia yang bertema “Ekonomi Digital: Tonggak Perekonomian pada Era Revolusi Industri 4.0” (23/06). Pembahasan ini dibawakan oleh Sigit Pamungkas, S.E., M.Com. yang merupakan seorang dosen Prodi Akuntansi bidang IT (Information Technology) di Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII. “Diharapkan setelah kegiatan ini, saya bisa berbagi pandangan dan pendapat kepada teman-teman, sehingga bisa memperoleh manfaat dan wawasan baru dalam hal perkembangan teknologi,” tutur Sigit Pamungkas dalam perkenalannya.

Sebelum membahas ekonomi digital, perlu adanya pemahaman mengenai hal-hal yang menjadi pemantik dalam kehadiran ekonomi digital. Ada suatu hukum yang disebut dengan hukum Moore, yang ditemukan pada tahun 1960 yang membahas banyaknya transistor di dalam suatu sirkuit. Namun, pada pembahasan kali ini kita tidak akan membahas tentang banyaknya transistor, tetapi hukum Moore banyak digunakan dalam ulasan bisnis untuk memotret bagaimana kemajuan teknologi itu terjadi dengan begitu cepat. Jika kita lihat ke belakang selama lima puluh tahun ini, apa yang dikatakan dalam hukum Moore terbukti benar, karena saat ini, dalam satu perangkat teknologi di dalamnya terdapat banyak transistor. Hal tersebut menyebabkan komputasi pada sebuah perangkat semakin canggih.

Dengan adanya dua fenomena tersebut, maka dapat mendorong adanya kemajuan teknologi yang dapat memunculkan digitalisasi yaitu perubahan perangkat yang sebelumnya analog dan sekarang berubah menjadi digital. Sedangkan miniaturisasi perangkat artinya yaitu ukuran perangkat semakin kecil dan compact dan mudah dibawa seperti saat ini. 

Dengan adanya perkembangan teknologi yang tidak bisa kita abaikan dan tentunya karena teknologi semakin masif digunakan oleh individu tadi, maka akan membentuk kebiasaan dan ketergantungan kita terhadap teknologi. Sehingga, dalam berbagai kegiatan sosial maupun ekonomi, kita akan semakin bergantung dengan teknologi.

Selain itu, ada juga hal lain yang menyebabkan meningkatnya tren perkembangan teknologi yaitu meningkatnya konektivitas dan bandwidth seiring dengan kemajuan infrastruktur teknologi. Seperti saat ini, banyak kota-kota besar di Indonesia yang jaringannya telah mendukung 4G dan bahkan di beberapa negara besar sudah mendukung 5G. Maka inilah bentuk terjadinya peningkatan konektivitas saat ini. Akan tetapi, akan menjadi kendala ketika kesenjangan pengguna teknologi belum merata di seluruh wilayah Indonesia yang mana mengakibatkan semua perkembangan yang terjadi belum dapat dimaksimalkan. Walaupun begitu, Indonesia memiliki kesiapan sumber daya manusia usia produktif yang banyak dan dapat dijadikan peluang yang baik dalam menghadapi revolusi industri yang semakin bertumbuh. Jiwa milenial yang mampu mengeksplorasi pengetahuan baru dan menghasilkan banyak inovasi baru dinilai sebagai bagian dari langkah positif bagi digitalisasi ini.

“Kalau ekonomi itu bertumbuh baik di negara kita dan kita punya kesempatan untuk bisa mengakselerasi itu lebih cepat, kita tentu bisa menggunakan salah satu modal tambahan lewat zaman dan itu memberikan kekuatan serta peluang yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain,” ujar Sigit Pamungkas S.E., M.Com di akhir materinya. (AA/AWF)

Pandemi yang telah berlangsung selama beberapa bulan ini tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan, tetapi juga krisis ekonomi di negara Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menerapkan berbagai kebijakan baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Kabar terbaru juga muncul mengenai penetapan New Normal setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dianggap sukses. Kebijakan ini tentu banyak menuai pro dan kontra. Masih saja terdapat pertanyaan terkait dengan apakah memang benar PSBB telah berjalan dengan sukses? Dan apakah dengan diterapkannya New Normal ini perekonomian Indonesia dapat bangkit kembali? 

Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang mendorong Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan sebuah Kajian Insidental yang bertajuk “Dialog Kita: Menilik Kesiapan dan Peluang Ekonomi Indonesia Menghadapi New Normal” (21/6). Topik tersebut tentu sangat menarik untuk dibahas, mengingat sebagian besar masyarakat kalang kabut dalam memikirkan kondisi ekonominya saat ini. Tak kalah menariknya lagi, diskusi kali ini diisi oleh Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. sebagai pembicara yang notabenenya merupakan seorang peneliti bidang ekonomi dan keuangan di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Menilik kesiapan Indonesia menghadapi New Normal,  Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. menyatakan, “Sepertinya keputusan pemerintah membuat kebijakan ini masih prematur”. Beliau kemudian mengungkap fakta bahwa sebenarnya kebijakan New Normal awalnya hanya dikemukakan oleh negara-negara yang mana jumlah pasien Covid-19 telah menurun dan itupun dengan catatan bahwa kemungkinan akan diterapkan lockdown lagi karena adanya gelombang ke-2 yang diakibatkan oleh munculnya episentrum baru pasca pelonggaran mobilitas masyarakat. Tidak hanya itu, menurutnya fasilitas kesehatan di Indonesia juga kurang memadai dibandingkan negara lain. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan beliau ragu terhadap kesiapan Indonesia. Bahkan beliau juga memberikan statement bahwa Indonesia kemungkinan akan ada penurunan ekonomi sekitar 2-3 tahun kedepan untuk dapat back to normal. Lebih jauh lagi, beliau menilai bahwa kebijakan New Normal hanya fokus pada sektor ekonomi tanpa mempertimbangkan risiko kesehatan yang mungkin akan jauh lebih besar.

“Lalu stimulus seperti apa yang seharusnya diberikan oleh pemerintah agar dapat memulihkan perekonomian Indonesia?” tanya Imam Nur Fadilah.

Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. menjelaskan bahwa terdapat beberapa stimulus yang menurutnya mungkin membantu pulihkan perekonomian Indonesia. Sama seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia, Indonesia dapat memberikan subsidi internet gratis bagi masyarakat agar kegiatan Work From Home lebih efektif. Beliau juga sangat mendorong masyarakat untuk mulai menjalankan bisnis digital melalui berbagai sektor perdagangan. Beberapa hal tersebut merupakan peluang bagi masyarakat untuk mendongkrak perekonomian Indonesia.

“Bagaimanapun juga, dalam situasi pandemi ini pemerintah harus selalu mengontrol berbagai stimulus yang ada. Hal ini tentunya dilakukan secara berjenjang, mulai dari level nasional sampai level daerah,” tutur Bhima Yudhistira Adhinegara, M.Sc. (AMA/SDI)

Munculnya pandemi Covid-19 bukan berarti akan menghentikan segala aktivitas sosial yang ada. Sama seperti di waktu sebelumnya, Universitas Islam Indonesia (UII) telah menggelar halal bi halal virtual. Pada kesempatan ini, salah satu Program Magister UII juga menggelar acara reuni yang bertepatan dengan waktu Syawal. Di tengah kondisi yang tidak pasti seperti ini, tentunya silaturahmi antar sesama alumni tetap harus terjalin. Hal tersebut ditandai dengan diselenggarakannya reuni Alumni Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII yang bertajuk “Merajut Silaturahmi Bersama Alumni Maksi UII” (20/06).

Maksi FBE UII merupakan sebuah Program Magister (S2) Akuntansi Universitas Islam Indonesia. Program MAKSI FBE UII merancang kurikulum pembelajarannya berbasis teknologi informasi dengan menanamkan nilai-nilai islam di dalamnya, sehingga mampu memberikan ciri dan keahlian khusus bagi lulusan MAKSI FBE UII. Program ikatan alumni MAKSI FBE UII diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat, baik dari sisi keilmuan, sumber daya manusia, maupun  pengembangan organisasi. 

Dalam halal bi halal virtual ini dihadiri oleh para alumni dari angkatan ke-1 hingga ke-13 MAKSI UII. Pada ajang silaturahmi ini juga diharapkan para alumni untu terus terhubung atau terkoneksi satu sama lain. “Para alumni MAKSI UII diharapkan untuk saling sharing satu sama lain agar dapat berbagi pengalaman antar alumni yang satu dengan yang lainnya dan menghasilkan kolaborasi masukan, kritikan, atau saran demi kemajuan Universitas Islam Indonesia kedepannya,” ujar Hersona Bangun, ketua Ikatan Keluarga Alumni Prodi Magister Akuntansi UII 2019-2024.

Tidak hanya itu, Ketua Jurusan Akuntansi FBE UII, Johan Arifin, SE., M.Si., Ph. D. juga mengusulkan bahwa beliau ingin memberdayakan alumni untuk mengantisipasi program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Hal ini dapat diartikan bahwa pada kurikulum S1 akan ada tiga semester yang mana mahasiswa dibebaskan untuk belajar di luar, baik di perguruan tinggi lain atau magang yang diberlakukan sistem SKS (Satuan Kredit Semester) serta diberi penilaian. Beliau menambahkan bahwa FBE UII juga harus banyak mencari  kerjasama dengan entitas bisnis konsultan atau yang lainnya. 

Selain berbagi pengalaman antar alumni, pertemuan ini tidak luput dari pembahasan mengenai rencana struktur pengurus Ikatan Alumni Prodi Magister Akuntansi UII yang mempunyai beberapa bidang yaitu Bidang Profesi (Pajak, Audit Forensik, Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Syariah), Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bidang Anggota dan Organisasi, Bidang Hubungan Luar Negeri, Bidang Humas Kelembagaan dan Kerjasama, Bidang Sosial dan Dakwah yang mana diharapkan para alumni dapat berkontribusi lebih banyak meliputi program magang, mengajar sebagai praktisi, atau berbagai progam lainnya.

Ketua Program Studi Magister Akuntansi UII, Dekar Urumsah, SE., S.Si. M.Com(IS)., Ph.D., CFrA, mengatakan bahwa FBE UII membutuhkan peran para alumni untuk mengajar beberapa mata kuliah dari sisi praktis khususnya perpajakan, karena banyak alumni yang sangat berpengalaman. (AAR/AAM)

Permasalahan  yang terjadi di masa sekarang menyebabkan krisis pendapatan ekonomi yang dialami Indonesia dan beberapa negara lain yang disebabkan oleh  Covid-19. Penurunan pertumbuhan ekonomi secara drastis sudah terjadi sebelum munculnya Covid-19, yaitu pada krisis tahun 1997-1998 dimana fundamental ekonomi telah mengalami keterpurukan. Hal ini mendorong LEM FBE UII bersama dengan Departemen Jaringan dan Advokasi untuk memberikan fasilitas berbagi ilmu di masa pandemi melalui webinar diskusi ekonomi bertajuk “Peluang Percepatan Ekonomi di Masa Pandemi”, Selasa (16/06). 

Listya Endang Artiani S.E., M.Si menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi global berdasarkan asumsi yang mendasari proyeksi ekonomi, diperkirakan lebih rendah dari asumsi sebelumnya, yaitu menjadi -2,2% pada tahun 2020 dan meningkat menjadi 5,2% pada tahun 2021. Harga minyak Minas rata-rata USD 31 per barel dan Harga Komoditas Ekspor Indonesia (HKEI) turun -14,2%, sebelumnya meningkat sebesar 12,9% pada tahun 2021. Sementara itu, suku bunga bank sentral, The Fed AS diperkirakan tetap 0,25% pada tahun 2020 dan 2021. 

Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah diasumsikan mencakup sekitar 70% dari perekonomian nasional dengan puncaknya selama 2,5 bulan selama bulan April hingga pertengahan Juni 2020. Kebijakan ini diperkirakan akan berdampak pada menurunnya aktivitas ekonomi di berbagai sektor ekonomi. 

Berdasarkan prospek PDB (Produk Domestik Bruto) 2020, perekonomian akan berisiko lebih rendah 2,3% dari perkiraan semula. Pertumbuhan ekonomi diusahakan dapat sekitar 2,3% pada tahun 2020 dengan respons kebijakan, meskipun berisiko lebih rendah dari perkiraan. Dampak Covid-19 mengakibatkan rendahnya pertumbuhan konsumsi swasta dan investasi, serta kontraksi pada ekspor dan impor. Sementara itu, stimulus fiskal dapat mendorong konsumsi pemerintah tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2019. Tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif terkendali dengan penurunan konsumsi dan investasi akibat Covid-19. Ekspektasi inflasi juga terjaga dengan kredibilitas kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Terkendalinya inflasi juga didorong oleh koordinasi kebijakan BI dengan pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) di pusat dan daerah. 

PDB akan kembali meningkat tinggi pada 2021 berkisar  6-7%. Pertumbuhan ekonomi 2021 akan meningkat tinggi dengan peningkatan ekonomi global dan respons kebijakan. Kenaikan pertumbuhan ini juga didukung oleh sejumlah faktor, antara lain peningkatan ekonomi global mendorong ekspor Indonesia, besarnya stimulus fiskal pemerintah, kemajuan dari program pemulihan ekonomi nasional pemerintah, program restrukturisasi kredit dan kebijakan lainnya oleh Otoritas Jasa Keuangan, serta dampak tunda ekspansi moneter BI tahun 2020  untuk dukungan pemulihan ekonomi dari Covid-19. 

“Kita punya harapan dalam era new normal ini agar tatanan ekonomi yang sebenarnya sudah harus kita lakukan percepatan, diantaranya investasi di beberapa sektor ekonomi yang masih memiliki potential winner,” ujar ibu Listya Endang Artiani S.E., M.Si. Beliau memberikan beberapa rekomendasi jenis investasi yang menguntungkan di masa pandemi ini antara lain, jasa logistik, jasa telekomunikasi, elektronik, makanan, minuman, kimia farmasi dan alat kesehatan, serta produk tekstil.

Pada masa berjauhan seperti ini, semua kegiatan bergantung dengan kecanggihan teknologi. Diantaranya peternak yang menjual hasil ternaknya melalui online hingga belajar dan bekerja dari rumah saja. Industri masa depan global berbasis informasi, telekomunikasi, dan teknologi. Bahkan bank swasta di Indonesia mulai melakukan restrukturisasi kredit hingga mendorong nasabah melakukan transaksi via digital. Namun, kondisi bank swasta masih tergolong aman karena BI telah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) agar likuiditas tetap terjaga. (MSD/NAP)

Benturan pandemi Covid-19 yang mengancam sektor perekonomian di Indonesia mengharuskan seluruh lapisan masyarakat untuk mencari langkah tepat dalam menangani masalah finansial pada setiap individu. Dampak dari adanya Covid-19 ini juga mengharuskan sebagian orang untuk tetap tinggal dan bekerja dari rumah secara daring. Begitu pula dengan mahasiswa, yang harus merasakan pahitnya  menjalani segala kegiatan akademik maupun non akademik secara online.

Besarnya peluang mahasiswa untuk mulai mengembangkan sayapnya di dunia bisnis, mendorong Kemuslimahan Lembaga Dakwah Fakultas Jama’ah Al-Muqtashidin (LDF JAM) FBE UII untuk memberikan fasilitas berbagi ilmu di masa pandemi melalui webinar diskusi ekonomi bertajuk “Resep Sukses Memulai Bisnis Kreatif dengan Modal Terbatas”, Ahad (14/06).

Rosalia Febrianty, alumni FBE UII program studi Manajemen angkatan 2013, pemilik usaha @buketsnackjogja menjelaskan bahwa cara mudah memulai bisnis untuk kalangan mahasiswa dengan modal yang terbatas adalah dengan mengembangkan kreatifitas yang dimiliki tiap individu. “Saya memulai usaha buket snack ini dulu berawal dari keinginan untuk memberi hadiah sidang teman saya dengan bahan seadanya yang saya miliki saat itu,” jelas Rosalia.

Rosalia menegaskan bahwa yang harus ditanamkan dalam diri adalah jangan takut akan kegagalan. Tidak ada usaha yang berjalan mulus tanpa bumbu gagal di dunia bisnis. Adanya niat tanpa keberanian untuk gagal akan mudah mematahkan semangat saat nanti realita tidak seindah ekspektasi.

Berkat keberaniannya dalam berusaha serta kerja kerasnya, kini @buketsnackjogja sudah mempunyai tiga cabang. Ketiga cabangnya ini berlokasi di Yogyakarta. Rosalia sendiri ingin terus mengembangkan usahanya dan melebarkan sayapnya ke luar kota. Produk yang ia tawarkan pun semakin beragam. Tidak hanya buket snack, ia juga menawarkan buket bunga kering, buket bunga segar, bahkan buket balon. Karena semakin banyak pula pelanggannya, ia kini mempunyai banyak karyawan yang membantu pekerjaannya.

“Saya ingin mempekerjakan banyak orang, supaya pekerjaan saya berpahala. Semakin banyak yang bahagia dengan usaha kita, maka insyaallah pahala yang akan kita dapatkan banyak juga. Jadi, tidak sekedar mencari uang untuk hidup saja, tetapi juga memberikan manfaat untuk orang banyak,” pungkasnya.

Masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat Rosalia untuk terus berusaha dan mencari peluang agar usahanya tetap bertahan. Menurutnya, selama ada kemauan, pasti akan ada jalan. Ia juga berpesan kepada peserta agar berani untuk mengekspresikan hasil karyanya, apapun itu. Coba untuk berani mengunggahnya di sosial media. Dengan berani berekspresi dan memaksimalkan kreatifitas, siapa tahu, bisa menjadi peluang usaha, bukan? (ULF/NFF)

Pandemi Covid-19 telah telah memberikan banyak dampak negatif di berbagai sektor, termasuk sektor bisnis dan ekonomi. Untuk menghadapinya, dibutuhkan upaya yang dilakukan secara bersama-sama guna memberikan manfaat yang luas. Salah satunya adalah melalui forum silaturahmi yang mampu menguatkan solidaritas, sekaligus wadah guna saling memberi dukungan dan motivasi untuk meningkatkan optimisme sangat dibutuhkan di tengah segala ketidakpastian yang dihadapi. Hal inilah yang tergambar dalam kegiatan Halal bi Halal yang diselenggarakan secara virtual oleh Keluarga Alumni Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII (31/5).

Selain menjadi wadah silaturahmi, kegiatan yang identik dilaksanakan pada bulan Syawal sebagai bagian dari peringatan Idulfitri ini, diinisiasi oleh para alumni juga menjadi momen sarasehan guna berbagi ide untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat, khususnya di masa pandemi Covid-19. Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, Prof. Jaka Sriyana, SE., M.Si. memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas inisiasi para alumni dalam membangun hubungan antar sesama alumni dan antara alumni dengan almamater. “Mudah-mudahan keakraban keluarga besar alumni FBE UII terus terjaga dan semakin erat di masa depan”, harap Jaka. Ia juga memohon doa dari para alumni agar FBE UII semakin maju dan meraih banyak kesuksesan di masa mendatang.

Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, MA., dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada para alumni atas dukungan dan apresiasinya terhadap upaya pengembangan Yayasan Badan Wakaf UII, khususnya pada bidang pendidikan, pengabdian masyarakat dan bidang bisnis. “Semoga hubungan yayasan dengan universitas dan alumni semakin baik di masa mendatang, sehingga dapat bersinergi untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat”, harap Suwarsono.

Momen halal bi halal secara virtual ini dihadiri oleh alumni yang terdiri dari berbagai angkatan dan jurusan. Beberapa di antaranya merupakan tokoh yang telah banyak dikenal di masyarakat. Salah satunya adalah Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan, Dr. Halim Alamsyah, SE., SH., MA. Dalam kesempatan ini, Halim membagikan pandangannya tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap perlambatan ekonomi di Indonesia.

Menurut Halim, saat ini Indonesia masih dalam tahap awal dalam pengaruh dampak negatif Covid-19, yang ditandai dengan perlambatan ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. “Kondisi ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan terjadi, namun kini dampak negatif Covid-19 telah menjadi risiko yang benar-benar nyata”, terang Halim. Ia mengajak kepada seluruh pihak untuk optimis menghadapi dampak Covid-19 seraya berdoa agar dapat melalui masa-masa sulit ini dengan cepat. “Perlu adanya langkah tepat yang dilakukan secara bersama-sama di semua sektor, mulai dari sektor rumah tangga, sektor korporasi, sektor ekspor-impor, sektor keuangan, hingga sektor pemerintah untuk mengatasi perlambatan ekonomi”, tambah Halim.

Dalam masa yang penuh dengan ketidakpastian ekonomi seperti sekarang ini, Halim mengajak kepada seluruh alumni untuk selalu menggalang persatuan. “Situasi saat ini (melemahnya ekonomi di masa pandemi), merupakan momen yang sangat menentukan bagi bangsa Indonesia, untuk itu, sesuai dengan firman Allah Swt., dalam surat Ali Imran ayat 103, kita harus selalu bersatu dan jangan sampai tercerai-berai”, ajak Halim.

Ia menambahkan bahwa meskipun para alumni memiliki perbedaan pendapat dalam penanganan dampak pandemi Covid-19, sebagai sesama Muslim, wajib untuk selalu menjaga persatuan, sebagaimana yang diperintahkan Allah. Halim juga mengajak kepada seluruh alumni untuk berdoa memohon kepada Allah agar kondisi dapat segera menjadi normal kembali. “Mari kita berdoa semoga vaksin Covid-19 dapat segera ditemukan dan keadaan menjadi normal kembali”, pungkasnya. (BZD)

Sudah menjadi tradisi di tengah masyarakat Indonesia untuk memperingati Idul Fitri dengan menguatkan tali silaturahmi melalui kegiatan yang dikenal dengan nama ‘Halal bi Halal’ atau ‘Syawalan’. Masa pandemi Covid-19 tentu tidak menyurutkan semangat untuk terus menguatkan silaturahmi dan tradisi untuk saling bermaaf-maafan, meski dilakukan secara daring, seperti yang dilaksanakan oleh Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII (29/5).

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII­, Prof. Jaka Sriyana, SE., M.Si. Ph.D., menyampaikan bahwa kegiatan Syawalan kali ini merupakan yang pertama dilaksanakan secara daring. “Meski kegiatan Syawalan ini dilakukan secara daring, namun Insya Allah tidak mengurangi keakraban kita sebagai keluarga besar Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII­”, terang Jaka. Pada kesempatan ini, Jaka juga mendoakan agar rekan-rekan yang telah dijadwalkan untuk menunaikan ibadah haji dapat tetap berangkat menunaikan haji di tahun ini, yakni Ibu Maisaroh, SE., M.Si., Bapak Siswantoro, S.Sos., dan Bapak Dwi Anjar Suseno.

Pada Syawalan daring kali ini, seluruh sivitas akademika mengucap Ikrar Syawalan secara bersama-sama yang dipimpin oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, Arief Rahman, SE., M.Com., Ph.D. Ikrar Syawalan memiliki makna untuk mengajak seluruh sivitas akademika saling memohon maaf dan saling memaafkan guna menjaga tali silaturahmi. “Melalui Ikrar Syawalan, kami mengajak untuk menuju kedamaian hati dan menuju kesucian jiwa serta mempererat rasa persaudaraan dengan saling memohon maaf dan saling memaafkan”, jelas Arief.

Dalam tausiyahnya, Ustadz Priyonggo Suseno, SE., M.Sc. menyampaikan pentingnya bersabar dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Menurutnya, meski telah lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, ternyata kata sabar terkadang mengalami penyimpangan makna dari yang seharusnya. “Di Indonesia, kata sabar memiliki beberapa konotasi yang menimbulkan penyimpangan makna, seperti ‘yang penting sampai’ atau ‘menerima diperlakukan semena-mena atau haknya dirampas’, konotasi seperti itu tidak sesuai dengan makna sabar yang sesungguhnya”, terang Priyonggo.

Ia menambahkan bahwa menurut Imam Gazhali, sabar sebenarnya bermakna menahan diri, teguh, dan tahan untuk menentang atau memerangi hawa nafsu. “Kita memerlukan kesabaran untuk memerangi hawa nafsu, karena ada ujian di dalam setiap hawa nafsu”, lanjut Priyonggo. Ia juga menerangkan bahwa sabar memiliki banyak jenis, di antaranya adalah sabar akan segala kenikmatan yang diberi Allah, di mana kita harus menyadari bahwa ada hak Allah dan hak orang lain dari segala kenikmatan tersebut. Selain itu, ada pula sabar dalam ketaatan kepada Allah dan sabar dalam menuntut ilmu.

Menutup tausiyahnya, Priyonggo menekankan bahwa sabar bukanlah hanya berdiam diri, tetapi berikhtiar untuk menghasilkan kebaikan dalam melaksanakan perintah Allah Swt. “Sabar dalam menjalankan perintah Allah dan sabar dalam menjauhi kemaksiatan merupakan upaya untuk menghasilkan kebaikan”, terangnya. Priyonggo juga mengajak seluruh sivitas akademika Fakultas Bisnis dan Ekonomika untuk meraih kesabaran dengan berlatih. “Mari kita bersama-sama menguatkan keyakinan akan manfaat bersabar dan memilih untuk bersabar, serta menutup pintu-pintu timbulnya nafsu, kita mulai dari diri sendiri untuk dipraktikkan dan kemudian diajarkan kepada orang lain”, pungkasnya. (BZD)