Dewasa ini, pengembangan ekonomi Islam baik di dunia akademik maupun praktik sangat penting untuk menjadi perhatian. Ini juga terkait bagaimana mengembangkan pemikiran dan aplikasi sistem ekonomi Islam di Indonesia. Salah satu upaya dapat dilakukan yaitu dengan pewarnaan lingkungan kampus serta kurikulum dan penyelenggaraan acara-acara akademik seperti seminar atau workshop dengan nilai-nilai Islam. 

Kamis (25/7) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) melalui lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) mengadakan acara tahunan yang bertajuk The 2nd Conference on Islamic Management, Accounting, and Economics (CIMAE) dengan tema “The Islamic Economics Role in Achieving the Sustainable Development Goals (SDGs) in Industrial 4.0 Era”. 

Jaka Sriyana, SE., M.Si., Ph.D. selaku Dekan FE UII dalam sambutannya menyatakan harapan besar terkait pembangunan ekonomi Islam di Indonesia dan bagaimana potensi ekonomi Islam dapat diterapkan di sektor pendidikan terutama di perguruan tinggi.

Para peneliti, akademisi maupun mahasiswa yang tertarik di Islamic Management, Islamic Accounting, dan Islamic Economics dapat mempresentasikan dan mempublikasikan makalah penelitian mereka serta membangun jejaring di antara para sarjana Manajemen Islam, Akuntansi dan Ekonomi secara nasional dan internasional.

Kegiatan yang berlokasi di garden room Hotel Eastparc Yogyakarta ini menghadirkan empat pembicara yang mumpuni di bidangnya, yaitu Muhammad Hasbi Zaenal, Ph.D. (Director of Center of Strategic Studies at The National Board of Zakat (BAZNAS), the Republic of Indonesia, Dr. Luqyan Tamanni (Head of Division Sharia Financial Infrastructure Development at Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), Dr. (Cand) Priyonggo Suseno (Senior Researcher at Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia, dan Greget Kalla Buana, M.Sc. (Islamic Finance Specialist, United Nations Development Programme (UNDP).

Berbagai perspektif di bidang ekonomi islam yang dikaitkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) sendiri dibuat untuk menjawab tuntutan kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk aksi nyata.  Menetapkan rangkaian target yang bisa diaplikasikan secara universal serta dapat diukur dalam menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan seperti lingkungan, sosial, dan  ekonomi. 

Tujuan ekonomi Islam dalam beberapa sudut pandang yaitu tujuan filosofi yang terdiri dari Al-Falah (holistic prosperity) dan Maqasid al-Shariah dan tujuan operasional yang terdiri dari peningkatan iman, penciptaan maslahah, mencegah konsentrasi dari kekayaan, dan menghindari kegiatan berbahaya serta distribusi yang merata.

Empat konteks utama Ekonomi islam untuk SDGs di bawah revolusi industri 4.0 dengan menggunakan teori dari Maqashid Shariah, penyelarasan SDGs dengan Maqashid Shariah dan ekonomi islam, bagaimana revolusi industri 4.0 berdampak pada ekonomi islam, serta pendidikan dan penelitian pada ekonomi islam di bawah revolusi industri 4.0.

Hal yang penting untuk ditekankan juga pada aspek dampak. Dampak merupakan hal yang paling vital dan dirasakan langsung oleh masyarakat maupun lingkungan. Terutama dampak pada investasi yang merupakan penyebaran dana dengan tujuan untuk menghasilkan dampak sosial dan lingkungan serta pengembalian keuangan.

Ketua penyelenggara dari P3EI Heri Sudarsono, SE, M.Ec juga menyampaikan harapan agar acara-acara seperti ini tetap diselenggarakan. Mengingat bahwa ekonomi islam sangat potensial diterapkan di Indonesia dan memiliki dampak yang berkepanjangan bagi pembangunan ditengah-tengah revolusi industri 4.0. (ARS)

Kenalkan Mahasiswa Baru dengan Kapita Selekta Pasar Modal

Program Magister dan Doktor Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) menyambut mahasiswa baru tahun ajar 2019/2020 dengan membekali kuliah perdana pada hari Sabtu (20/7) tepatnya di ruangan aula utara FE UII. Program Magister dan Doktor FE UII ini memiliki tiga program magister yang meliputi Magister Akuntansi, Magister Manajemen serta Magister Ekonomi dan Keuangan. Selain itu Program Magister dan Doktor FE UII juga telah memiliki  satu Program Doktor Ilmu Ekonomi (PDIE). Acara ini dibuka oleh Jaka Sriyana, SE., M.Si., Ph.D.selaku Dekan FE UII.

Kuliah perdana yang bertajuk Kapita Selekta Pasar Modal Indonesia (Activities Within Capital Market) ini menghadirkan Yoyok Isharsaya selaku Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek. Beliau menyampaikan bahwasanya gambaran secara umum kondisi pasar modal Indonesia per 30 Juni 2019 terus berkembang. Berdasarkan data dari Indonesian Stock Exchange (IDX) menunjukkan bahwa besarnya stock market capitalization atau nilai saham yang beredar di pasar adalah sebesar Rp 7.243,05 T , sedangkan besar total outstanding bond atau nilai obligasi yang belum lunas/terhutang sebesar Rp 2.936,74 T. 

Selain itu komposisi investor di pasar saham antara lokal dan asing pun juga hampir sama. Hal ini di tunjukan berdasar data IDX Custodian House (KSEI). Berdasarkan data tersebut besarnya kepemilikan saham oleh investor lokal dari waktu ke waktu semakin meningkat. Pada tahun 2014 kepemilikan saham investor lokal hanya sebesar 35,51% saja, namun data tersebut terus berkembang hingga Juni 2019 ini telah mencapai angka 47,78%. Selain itu aktivitas perdagangan juga telah didominasi oleh investor lokal, dari bulan Januari-Juni 2019 sebesar 66,16% telah didominasi oleh pihak lokal. 

Senada dengan hal tersebut, Yoyok Isharsaya juga menyampaikan terkait perusahaan go pulic,  kegiatan ini adalah merupakan penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan/emiten untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. 

Proses go public perusahaan ini sebenarnya sederhana, yang pertama perlu dilakukan adalah membentuk tim Initial Public Offering (IPO) internal. Kedua melakukan  Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham. Terakhir perusahaan yang ingin melakukan go public harus melakukan pengadaan dan penunjukkan lembaga dan prosesi penunjang seperti penjamin pelaksana emisi efek (underwriter), konsultan hukum yang berasal dari dalam negeri atau internasional jika ada, akuntan publik, penilai independen, biro administrasi efek, notaris dan juga percetakan.

Menjadi perusahaan perusahaan untuk melakukan penawaran umum (IPO) atau go, tentu meningkatkan image perusahaan. Selain itu, banyak pula manfaat lain bagi public go public. Salah satunya ialah akses pendanaan dari pasar saham dan tambahan kepercayaan untuk akses pinjaman. Hal ini berupa ekspansi  atau diversifikasi usaha dengan tujuan memperbaiki struktur modal perusahaan dan membayar pinjaman perusahaan tersebut.

Liquiditas yang tinggi juga menjadi keuntungan lainnya jika perusahaan menjadi perusahaan go public. Valuasi saham dan kemungkinan divestasi ini jelas menguntungkan bagi founder. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mencari modal dan keuntungan bagi perusahaan saja. Namun, pemilik saham lama juga dapat menjual sahamnya kepada masyarakat dan mentunaikannya.

Namun, konsekuensi yang harus ditanggung bagi perusahaan go public ialah harus berbagi kepemilikan dengan publik. Selain itu tentu harus mematuhi kewajiban peraturan pasar modal berupa laporan keuangan, keterbukaan informasi tentang hal penting serta Good Corporate Governance. (ERF/SIN/DYH)

Kamis (18/7) Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mengadakan kerja sama dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang bertajuk Peran Strategis Ekosistem Keuangan Syariah dalam Mendukung Industri Halal Secara Terintegrasi untuk Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Ruang Sidang Dekanat 1/1 FE UII.

Acara ini terdiri dari serangkaian pelaksanaan penelitian yang dihadiri oleh 30 peserta Grup Riset Sektor Jasa Keuangan Syariah dengan latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari Perwakilan Kantor Otoritas Jasa Keuangan  Daerah Istimewa Yogyakarta (OJK DIY), Manajer Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Ketua Korwil Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI (DIY)), Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Kepala Unit Usaha Syariah BPD DIY, Kepala Seksi Pembinaan Industri Pariwisata DIY dan jajaran-jajaran lainnya.

Selaku Ketua Tim Peneliti P3EI FE UII sekaligus moderator dalam acara ini, Agus Widardjono, Ph.D. dalam sambutannya menyampaikan “Diharapkan dalam pertemuan ini menghasilkan manfaat yang baik dan terdapat nilai tambah agar masyarakat menjadikan bank syariah sebagai pilihan nomor satu”.

Selanjutnya Ratih A. Sekar Yuni selaku Analis Eksekutif Senior DRJK OJK, yang juga memberikan sambutan pada acara tersebut menyampaikan, “Terdapat tiga hal yang ingin dicapai dalam kegiatan ini, pertama terwujudnya ekosistem ekonomi syariah dalam mendukung industri halal, kemudian terciptanya sistem yang mengintegrasikan kontribusi masing-masing pemangku kepentingan, dan tumbuhnya perekenomian nasional” ucapnya.

Untung Nugroho selaku Kepala OJK DIY pada diskusi ini juga menyampaikan, “Masalah yang terjadi saat ini adalah industri halal belum tentu menggunakan keuangan berbasis syariah sehingga industri syariah belum ter-cover secara statistik”.

Tujuan utama diselenggarakannya forum ini antara lain untuk mengidentifikasi dan menggali peran strategis ekosistem keuangan syariah  dalam mendukung industri  halal secara terintegrasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Secara spesifik, melalui forum ini pula dapat menguji faktor-faktor apa saja yang berpotensi dalam mempengaruhi niat pelaku industri untuk memanfaatkan jasa keuangan dan perbankan syariah di Indonesia (demand-side), mengkonfirmasi hasil atau temuan pada demand-side tersebut kepada para penyedia jasa.

Masalah pembiayaan dan perbankan syariah  untuk sektor produktif yang masih rendah menjadi topik utama dalam pembahasan. Selain itu, terkait pelayanan bank konvensional yang dirasa lebih memuaskan oleh pelaku industri dibandingkan dengan skema pembiayaan syariah yang masih belum efektif dalam menyasar kebutuhan pelaku industri juga ikut diperbincangkan.  Hingga masalah belum optimalnya pemanfaatan Zakat Infaq Shadaqah Wakaf (ZISWAF) untuk pembiayaan dan yang terakhir berkaitan dengan masalah program pengembangan keuangan  syariah yang juga belum optimal bagi pelaku industri.

Harapannya, dari forum ini lembaga keuangan syariah dapat mengidentifikasi kebutuhan industri halal berdasarkan jenis, skala, dan tempat usaha. Selain itu juga dapat mendesain model layanan pada sektor produktif yang mencakup semua cluster industri halal, mengembangkan dan melakukan inovasi produk pembiayaan berorientasi pembiayaan industri halal, serta dapat membangun  model strategi kemitraan dengan  pelaku industri  halal yang  bersinergi dengan para stakeholder.  Sementara itu, diharapkan pula bagi OJK bersama para stakeholder dapat menyusun kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mewujudkan ekosistem keuangan syariah dalam mendukung industri halal secara terintegrasi. Para akademisi juga diharapkan dapat memperoleh informasi sebagai bahan rujukan dalam mendesain model pengembangan industri halal yang berbasis pada ekosistem keuangan syariah di Indonesia. (NDH/MSD)

Nanjing Xiaozhuang University (NXU) merupakan salah satu mitra Universias Islam Indonesia (UII) sejak penandatangan MoU pada tanggal 19 Februari 2014 lalu. Program yang telah terimplementasi diantaranya seperti Double Degree 2+2 untuk program S1. Dalam hal ini, UII telah menginisiasi kerjasama Double Degree untuk S1, khususnya untuk program studi Akuntansi, Teknik Informatika dan Manajemen.

Sebagai pengimplementasian program kerja sama dan juga memperkenalkan UII kepada mahasiswa NXU, pada tanggal 13- 19 Juli 2019, NXU berkesempatan bertolak ke UII. Kegiatan ini diadakan atas kesepakatan keduanya untuk melakukan Immersion Program. Kegiatan yang diikuti oleh sembilan belas orang mahasiswa dan juga dua orang dosen dari NXU ini merupakan satu wadah  untuk pemahaman mengenai budaya Indonesia, terkhusus di Yogyakarta. 

Kegitan yang berlangsung selama seminggu ini diawali dengan company visit ke Bumi Langit Institute. Kebun Bumi Langit ini merupakan sarana belajar bersama mengenai hubungan saling memberi manfaat antara manusia dan lingkungannya.  Melalui company visit ini dimaksudkan untuk menambah pengalaman kepada mahasiswa NXU mengenai potensi usaha yang dapat di kembangkan.

Sebagai langkah untuk membuka wawasan mahasiswa NXU tentang perekonomian Indonesia, UII juga memberikan perkuliahan yang bertajuk Undersanding Indonesian Economy. Kegiatan yang berlangsung pada hari Senin-Selasa (15-16/7) diruang sidang 1/1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) ini menyampaikan materi-materi terkait Makro dan Mikro Ekonomi di Indonesia. Materi ini disampaikan oleh para dosen yang memiliki keahlian dibidangnya, seperti Dr. Eko Atmadji, S.E., M.Ec., dan juga Rokhedi Priyo Santoso, S.E., MIDEc. Selain itu Drs. Akhsyim Afandi, M.A., Ph.D. juga berkesempatan memperkenalkan Ekonomi Islam di Indonesia. 

Senada dengan hal tersebut Drs. Achmad Tohirin, M.A., Ph.D. juga memperkenalkan Perbankan Indonesia. Pada kesempatan yang sama Drs. Agus Triyanta, M.A., Ph.D., menyampaikan terkait Hukum dan Regulasi Perbankan. Beliau menyampaikan bahwa pada tahun 1988 perbankan memiliki dasar hukum yang sangat lemah. Hal ini dibuktikan dengan bank-bank baru yang bermunculan seiring kemudahan izin mendirikan bank. Mudahnya akses untuk mendirikan bank ini tidak dibarengi dengan pengawasan dan peraturan yang ketat. Pada tahun 1992 pemerintah mencabut izin usaha bank yang mengalami kredit macet. Tak sedikit bank yang kala itu dikuasai para konglomerat yang membawa dana masyarakat ke luar negeri dan ditempatkan di perusahaan dalam grupnya. Akibatnya, saat kurs rupiah jeblok, utang valuta asing (valas) perbankan membengkak. 

Di saat yang sama, bank yang terpapar krisis mengalami kesulitan likuiditas (mismatch) yang sangat besar dan sulit melunasi kewajiban valas kepada perbankan. Hal ini semakin memperkeruh moneter di Indonesia. 

Hukum di Indonesia mengenai perbankan beberapa kali mengalami amandemen sehingga terdapat pula perubahan regulasi. Pada amandemen UU Nomer 10 Tahun 1998 lisensi yang diberikan pemerintah tidak semudah dahulu dikarenakan banyaknya masalah. Sebagai dampak dari krisis moneter, beberapa bank konvensional mengalami koleps tetapi bank syariah dapat bertahan. Sehingga, pemerintah mewajibkan konversi dari bank konvensional ke bank syariah.  

Dalam amandemen ini juga disebutkan Conversion of Conventional into Islamic Bank, yang dapat diartikan bahwa konversi bank konvensional menjadi bank syariah. Walaupun bank konvensional dapat dikonversi menjadi bank syariah, bank syariah tidak dapat dikonversi menjadi bank konvensional. Tidak semua bank syariah didirikan oleh Muslim, namun Bank syariah dapat didirikan oleh seseorang terlepas dari latar belakang agama apapun, selama mematuhi prinsip-prinsip Islam. Sesungguhnya undang-undang yang pernah berlaku dahulu,saat ini masih berlaku juga walaupun terjadi kontradiksi dengan undang-undang yang baru. 

Selanjutnya, Abdul Hakim,S.E., M.Ec.,Ph.D. selaku pemateri terakhir pada kegiatan tersebut menyampaikan terkait Islamic Banking Operations. Beliau mengatakan bahwa pengopasian perbankan syariah ini sama halnya dengan bank konvensional pada umumnya bedanya, bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Salah satu contohnya dalam perbankan syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti bank-bank konvensional pada umumnya, melainkan sistem perbankan syariah ini menerapkan sistem bagi hasil kepada pemberi pinjaman dan penerima pinjaman.

Dengan demikian harapan diadakannya aktivitas yang melibatkan kedua institusi ini dapat menambah erat hubungan kerjasama dan juga dapat memberi manfaat yang positif antara UII dan juga NXU. (ERF/WEM)

Bertambahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjalankan sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai islam, membuat semakin banyak juga pebisnis yang akhirnya mulai mencari tahu tentang bagaimana konsep dan sistem bisnis syariah yang seharusnya. Di dunia bisnis sekalipun seorang muslim hendaknya menjalankannya sesuai dengan landasan hukum islam. 

Oleh karena itu, pada Sabtu (6/7) Lembaga Dakwah Fakultas Jama’ah Al-Muqtashidin  (LDF) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) mencoba memberikan wadah diskusi kepada mahasiswa FE UII untuk membahas tentang perekonomian yang berlandaskan syariat islam. Acara yang bertajuk Kajian at FE (My Café) kali ini mengangkat tema diskusi “Bisnis Berkah Rejeki Melimpah”. Acara yang berlangsung di ruang P1/2 FE UII ini dihadiri oleh pembicara seorang pebisnis muda yaitu Ferry Atmaja yang merupakan Owner dari rumah makan Geprek Susu (Preksu).

Dalam penyampaian materinya Ferry Atmaja mengatakan, bahwa ia telah memulai usahanya sejak lulus kuliah pada tahun 2011 silam. Namun, sebelum ia mencoba bergerak dibidang usaha kuliner, pria alumni Fakultas Teknik Industri UII ini juga pernah menjajaki bisnis di bidang clothing. Ketertarikan  akan bisnis syariah, mendorongnya untuk mencoba membuka bisnis warung makan dengan menerapkan prinsip-prinsip islam. 

Ferry juga menjelaskan bagaimana cara untuk membuka bisnis sesuai dengan syariah dan dikemas secara syar’i. Seperti yang telah di terapkan pada warung makannya saat ini, ia menjual menu ayam geprek yang menerapkan sistem islam syar’i. Sistem syar’i disini dimaksudkan adalah dengan menjual produk-produk halal, tidak merugikan orang lain, dan tidak menggunakan riba atau bebas riba. Bisnis dengan sistem syar’i sendiri tidak semata – mata mencari keuntungan, tetapi juga mempertimbangan nilai keberkahan dari bisnis tersebut. Sistem yang digunakan untuk menjalankan bisnisnya adalah dengan mewajibkan para karyawannya untuk ikut kajian rutin, tahsin, dan tak lupa juga mewajibkan karyawan perempuannya menggunakan jilbab . Selain itu para karyawan yang bekerja tidak diperbolehkan untuk menunda sholat, ia mewajibkan para karyawannya untuk sholat berjamaah di masjid. Namun, walau begitu bisnis yang dijalaninya tidak terhambat. Caranya pelayanan konsumen akan dilayani oleh karyawati ketika para karyawan tengah menjalankan sholat berjamaah. Kemudian karyawati bergantian sholat setelah para karyawan selesai. 

Tentu saja selain menerapkan sistem syar’i dalam berbisnis, Ferry Atmaja juga menjadikan bisnisnya untuk sarana bersedekah. Sedekah yang diterapkannya adalah dengan memberi makan gratis untuk orang-orang yang berpuasa Senin-Kamis. Selain itu pada hari jumat bagi siapapun yang telah membaca surah Al Kahfi dapat minuman gratis sepuasnya, yang dibutuhkan dalam hal ini hanyalah kejujuran dari konsumen. Untuk menyenangkan hati konsumennya, ia juga memberikan kebebasan untuk menambah nasi dan es teh sepuasnya setelah sekali bayar. Hal tersebut juga membuktikan bahwa dengan berbagi dan bersedekah tidak akan membuatmu miskin, melainkan akan ada berkah didalamnya.  Terbukti dalam beberapa tahun, ia telah sukses membuka beberapa cabang warung makan di lokasi-lokasi strategis yang ada di Yogyakarta. 

Sehingga dalam urusan berbisnis, baiknya tidak hanya memikirkan tentang keuntungan duniawi semata,  melainkan ada hal lain yang juga harus diperhatikan untuk kepentingan akhirat seperti ibadah dan sedekah. (NAK/VRS)

Kamis (11/7/2019), Fakultas Ekonomi UII kembali mengadakan acara spesial kali ini dengan mendatangkan tamu dari mancanegara. Jauh datang dari Eropa tepatnya negara Italia, menjadikan acara ini sebagai waktu yang tepat bagi para peserta acara untuk meningkatkan kapabilitasnya terutama dalam hal membuat paper.

Giuseppe Grossi adalah seorang profesor Administrasi Bisnis (dengan fokus pada Manajemen Publik dan Akuntansi) di Departemen Administrasi Bisnis dan Ilmu Kerja. Saat ini, Giuseppe bertindak sebagai associate profesor paruh waktu di University of Siena (Italia).

Dia juga bertindak sebagai rekan peneliti dan profesor tamu di berbagai negara seperti Universitas Stockholm (2010-2011); Universitas Sydney (Juli-Agustus 2011); Victoria University of Wellington (September 2011); dan Universitas Kozminsky (2015 sampai sekarang)

            Pengalaman serta reputasi yang memukau membuat acara sayang untuk dilewatkan. Dengan bertempat di Ruang Sidang Fakultas Ekonomi UII, para peserta yang terdiri dari dosen-dosen bidang akuntansi diberi kesempatan untuk mempresentasikan papernya dan di review secara langsung oleh  Profesor Giuseppe Grossi untuk mengetahui apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Dengan berfokus pada Public Sector Accounting, Profesor Giuseppe Grossi juga memapaparkan bagaimana tips membuat jurnal yang baik dan dapat dipublikasikan.

Dalam workshop ini, secara singkat terdapat tiga poin penting terkait pembuatan paper, yaitu :

  1. Journal decision-making process and key decision takers
  2. Papers get (desk) rejection. Why?
  3. Practical advice on how to get publisher in accounting journals

Kendati workshop yang diadakan berupa small group, para peserta dan pembicara tetap terlihat sangat antusias dan hangat. Hal ini direpresentasikan dengan acara yang didesain tidak bersifat kaku melainkan peserta diizinkan bertanya atau menginterupsi di setiap waktu materi dipaparkan.

Acara ini berlangsung selama dua hari di tempat yang sama. Di hari Kamis (11/7/2019) atau merupakan hari pertama, acara dimulai dengan pembukaan hingga sambutan dari Dekan Fakultas Ekonomi UII yaitu Dr. Jaka Sriyana, M.Si. serta dari Ketua APSAE – Moh Mahsun, SE, M.Si, Ak, CA, CPA, CfrA.

Selanjutnya ialah penjelasan teknis singkat terkait pelaksanaan Clinical Papers oleh Fitra Roman Cahaya SE, M.Com, Ph.D. Selepas itu, para peserta mempresentasikan papernya dengan waktu yang telah ditentukan untuk dapat di review oleh Profesor Giuseppe Grossi secara langsung.

Di hari kedua, Jum’at (12/7/2019), acara kembali dilanjutkan dengan presentasi revisi paper oleh para peserta dan di review kembali oleh Profesor Giusepe Grossi. Sebagaimana workshop yang semestinya, Profesor Giusepe Grossi benar-benar menunjukkan kapabilitasnya. Hal ini jelas dimanfaatkan oleh para peserta dengan menimba ilmu sebanyak-banyaknya.

Dengan mengingat bahwa peserta workshop ini yaitu dosen-dosen bidang akuntansi baik yang sudah pernah membuat banyak jurnal hingga yang belum sama sekali, selepas acara ini diharapkan para peserta mendapat pemikiran-pemikiran baru terkait pembuatan paper di Public Sector Accounting.

Sebagai langkah awal untuk memperkenalkan betapa pentingnya The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA), Prodi Akuntansi FE UII mengadakan acara UII-ACCA Appreciation Day untuk mahasiswa yang telah lulus dua modul dan berhak menyandang gelar Advanced Diploma in Accounting and Business. Acara ini diselenggarakan di Aula Utara pada hari Minggu (14/07), dengan dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset UII, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., Dr. Mahmudi, SE., M.Si., Ak., CA., CMA selaku Ketua Program Studi Akuntansi FE UII , serta Conny Siahaan selaku Country Head of ACCA Indonesia dan orang tua mahasiswa akuntansi FE UII.

Sertifikasi Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) adalah wadah global bagi akuntan profesional. Ujian kualifikasi ACCA sendiri merupakan ujian bertaraf internasional yang menyediakan kesempatan untuk memiliki karir di luar negeri dalam bidang akuntansi maupun bisnis. Perusahaan akan mengakui kualifikasi ACCA, karena keterampilan dan kompetensi yang dimiliki sangat relevan dengan setiap area akuntansi dan finansial. Acara ini dimulai dengan upacara pemberian sertifikat kepada tiga alumni FE UII yang telah berhak menyandang gelar Advanced Diploma in Accounting and Business yaitu Lyanda Pasadhini, Mudi Waning Utami, dan Tiyas Kurnia Sari. Mereka adalah mahasiswa yang telah lulus memperoleh gelar ACCA setelah sebelumnya menempuh dua ujian kualifikasi ACCA yaitu modul F5 (Performance Management) dan F8 (Auditing & Assurance) dan sekarang ini sedang bekerja di perusahaan Big Four. Setelahnya, tiga mahasiswa UII diberikan kehormatan untuk menjadi pembicara dalam acara ini.

Selanjutnya, pemberian apresiasi juga diberikan kepada dua mahasiswa yang berhasil lulus satu ujian ACCA yaitu Fira Fimanila lulus modul F8 (Auditing & Assurance) dan Nadhira Fitriani lulus modul F5 (Performance Management). Acara ini diadakan untuk memberikan apresiasi sekaligus memberikan motivasi kepada mahasiswa baru untuk bisa seperti alumni-alumni mereka yang telah sukses. Dalam sambutannya, Mahmudi menyampaikan bahwa untuk memperoleh gelar ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan kedepannya diharapkan banyak dari mahasiswa akuntansi dapat memperoleh gelar advance diploma bahkan nanti bisa professional level. Beliau mengatakan “Program ACCA ini levelnya Internasional yang dapat mempersiapkan mahasiswa UII dengan kualifikasi dan kompetensi pada level Internasional.”

Dalam kompetisi global ini, Imam Djati juga mengatakan bahwa persaingan merebutkan dunia pekerjaan sangat ketat dan diharapkan mahasiswa UII berbekal kompetensi yang dibutuhkan perusahaan besar global seperti dengan sertifikasi-sertifikasi yang diakui oleh global. Dengan sertifikasi ini diharapkan mahasiswa UII dapat bersaing di dunia Internasional. Lyanda Pasadhini, salah satu penerima gelar advance diploma dari ACCA mengatakan bahwa sebuah kelulusan dari ACCA itu bukanlah point utamanya, “ Point utama adalah kalian akan mempunyai  yang membuat kalian menjadi professional dan akan membedakan kalian dari teman-teman kalian yang hanya S.Ak.,” tandasnya. Dengan adanya acara ini, prodi Akuntansi berharap bahwa kedepannya mahasiswa prodi Akuntansi FE UII dapat termotivasi untuk mengikuti jejak penerima gelar ACCA agar bisa menjadi akuntan ataupun professional keuangan yang dapat bersaing dengan dunia global. (VRS)

Pada kamis malam (5/07), Manifest menggelar acara dengan mengundang Cak Nun sebagai pengisinya. Manifest merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen atau yang biasa dikenal dengan Management Community ( MC) FE UII. Manifest terdiri dari beberapa rangkaian acara yakni sosial, sport, entertainment, dan edukasi. Acara yang dikemas dalam tajuk “Sinau Bareng Cak Nun Dan Kiai Kanjeng” merupakan salah satu rangkaian acara dalam bidang edukasi. Pengajian tersebut digelar di Balai Padukuhan Dero, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta telah mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat.

Salah satu pendakwah terkenal di Indonesia adalah Emha Ainun Nadjib atau yang biasa dikenal dengan Cak Nun, beliau merupakan seorang tokoh intelektual muslim dan budayawan asal Jombang, Jawa Timur. Acara pengajian ini dihadiri pula oleh Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag selaku Wakil Rektor UII bidang kemahasiswaan, keagamaan dan alumni serta Faaza Fakhrunnas, SE., M.Sc selaku perwakilan dari Dekan Fakultas Ekonomi UII.

Luasnya padukuhan Dero nyatanya tidak mampu membendung antusias dari para jamaah yang hadir. Jemaah terlihat memenuhi lokasi bahkan hingga memenuhi jalanan yang aksesnya sengaja ditutup oleh panitia, karena sebelumnya telah memprediksi besarnya animo masyarakat yang datang. Sudah menjadi rahasia umum ketika Cak Nun menjadi pengisi pengajian maka banyak sekali jemaah yang akan mengikuti kajiannya. Andre selaku Liaison Officer Cak Nun menyampaikan “Lebih dari 2.500 jemaah datang untuk menghadiri acara ini”.

Manifest sendiri mengusung tema “Inclusive Society” yang merupakan sebuah lingkup sosial yang terdiri dari masyarakat dengan perbedaan ras, suku bangsa, kepercayaan, sudut pandang, status sosial dan ekonomi dimana mereka merasa diterima, tanpa memperdulikan perbedaan yang dimiliki. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan rasa menghargai perbedaan antar sesama serta membentuk dan mendorong terbentuknya suatu masyarakat inklusif. Tujuan meningkatkan rasa menghargai perbedaan antar sesama sangat tercerminkan pada malam itu, pasalnya Cak Nun mengajak salah satu temannya untuk menjadi personil pada malam itu. Seorang wanita yang berasal dari Amerika biasa disapa “Bu Ann” yang saat ini tengah mempelajari musikologi etnik di Indonesia. Bu Ann pandai berbahasa Indonesia, bahkan ia dapat melantunkan Sholawat.

Cak Nun selalu memiliki bahasan yang menarik, menyisipkan guyonan, serta menggunakan bahasa yang terkesan santai yaitu campuran Bahasa Indonesia dan Jawa. Ia sangat pintar dalam membawa suasana, serta berdakwah dengan sederhana. Menerapkan bentuk duduk lesehan dengan tikar menciptakan kedekatan antar jemaah yang melebur bersama tanpa adanya perbedaan status, ras, bahkan agama.

Para petinggi universitas pun turut duduk bersama di tikar tersebut. Beliau meminta 3 kelompok berisi 5 orang untuk berdiskusi mengenai sistem hukum yang hidup berdampingan dengan kita. Mayoritas berpendapat sama, yaitu keluarga, masyarakat, negara, agama dan alam. Dan menurut mereka yang paling mengikat adalah hukum agama, namun sebagian menjawab adat adalah yang paling mengikat. Beliau juga memberikan pertanyaan mengenai apa sumber utama kepantasan dalam hidup. Akhlak atau moral, cinta, filosofi, nurani, ruh dan lain-lain berada di level diatas hukum, namun tidak ada jawaban yang benar. Menurut Cak Nun semua dikatakan ‘dinamis’, semua berdampingan.

Cak Nun menyampaikan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita  melekat pada dua hukum yaitu hukum negara dan agama, akan tetapi hukum yang lebih terikat dengan kita adalah hukum negara. Kepandaian Cak Nun dalam menyampaikan kajian melalui kata demi kata serta diselingi sholawat menggema bersama jemaah, membuat acara yang di mulai dari lepas isya hingga tengah malam menjadi terasa singkat. Rangkaian acara tersebut ditutup dengan bersalaman antara Cak Nun dan jamaah. (LN/DMR)

Senin, (8/7), Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia menerima tamu dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muria Kudus yang sekaligus melakukan studi banding tentang program kelas internasional. Dalam kunjungannya, Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Muria Kudus langsung diterima oleh Dekan Fakultas Ekonomi UII, Jaka Sriyana, SE., M.Si., Ph.D. di ruang sidang p 1.1. Didalam acara studi banding tersebut dijelaskan bahwa program kelas internasional Fakultas Ekonomi UII dimulai pada tahun 1996. Dalam pelaksanaannya, kelas internasional memiliki kurikulum yang sama dengan program studi reguler dan juga memiliki akreditasi yang sama juga dengan program studi kelas reguler. Untuk struktur kepemimpinan mulai tahun 2018 kepala program studi sarjana dibantu oleh dua sekretaris program, yaitu sekretaris program studi reguler dan sekretaris program studi internasional program.

Untuk masuk ke dalam kelas internasional, calon mahasiswaharus memiliki TOEFL minimal sebesar 500 dan memerlukan nilai TOEFL minimal 550 untuk lulus sebagai sarjana dari Program Internasional Fakultas Ekonomi UII. Dalam hal ini, terdapat dua cara untuk masuk kelas internasional, yaitu dengan mengikuti tes khusus untuk masuk program internasional dan juga bisa transfer mahasiswa dari program reguler ke program internasional yang tentunya harus mengikuti tes tambahan berbahasa inggris.

 Dijelaskan juga bahwa pembayaran SPP di program internasional sama seperti kelas regular. Yang membedakan adalah adanya additional fee yang akan berguna untuk mahasiswa nya kembali. Contoh dari additional fee tersebut adalah ketika terdapat mahasiswa yang melakukan perlombaan di luar negeri maka akan ditanggung oleh Fakultas Ekonomi UII. Lalu, untuk di Ijazah kelulusan maka hanya akan ada perbedaan di SKPI saja.

Untuk sertifikasi Program Studi Akuntansi Internasional Program, Fakulta Ekonomi UII bekerja sama dengan SAP ERP. Sedangkan untuk Program Studi Manajemen berkoordinasi sesuai penjurusan di Prodi Manajemen yaitu Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Operasi, Manajemen Keuangan dan Manajemen Pemasaran . Untuk Manajemen Operasi sertifikasi yang dipilih adalah CMPM. Sedangkan untuk Prodi Akuntansi terdapat penjurusan yaitu keuangan, audit forensik. Dengan adanya konsentrasi atau penjurusan maka diharapkan mahasiswa akan menjadi saksi ahli apabila terdapat kasus. Mahasiswa dari luar negeri ada juga yang terdapat di kelas internasional di fakultas ekonomi.

Selain itu, di Fakultas Ekonomi  UII terdapat mata kuliah Enterprise Resource Planning  (ERP) yang bekerja sama dengan SAP yang wajib diikuti oleh mahasiswa Akuntansi dan Manajemen yang nanti akan ada sertifikasi bagi mahasiswa yang berkompentensi. Salah satu yang menjadi keunggulan di Fakultas Ekonomi adalah mata kuliah yang memiliki muatan teknologi seperti Sistem Informasi, ERP dan lain-lain. Hal unik lainnya adalah di Fakultas Ekonomi UII  juga memiliki materi yang terdapat nilai- nilai islami di setiap mata kuliahnya. Harapannya seluruh mahasiswa UII dapat menjadi insan rahmatan lil ‘alamin. Untuk lulusan sarjana dan magister di Fakultas Ekonomi sudah bergelar sesuai dengan jurusannya, untuk jurusan Akuntansi bergelar Sarjana Akuntansi (S,Ak.) Sedangkan Manajemen memiliki gelar Sarjana Manajemen (S,M.) dan untuk program studi Ilmu Ekonomi masih tetap bergelar (S.E.)

Selain bertukar ilmu, harapannya dengan adanya studi banding ini Fakultas Ekonomi UII dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muria Kudus dapat menjalin hubungan dengan baik. (MRG)

Pada hari Selasa (02/7), Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia kembali mengadakan kuliah umum yang bertajuk “Isu-isu Ekonomi Kontemporer : Memahami Dinamika Perekonomian Global”. Kuliah umum ini diselenggarakan di ruang P1/2 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia pada pukul 09.00 – 12.00 WIB. Tema kuliah umum yang sangat menarik ini akan dibahas oleh dua pembicara yang merupakan dosen Universiti Teknologi Mara (UiTM). Kedua pembicara tersebut adalah Zarul Azhar Nasir dan Nor Zarina Mohd Salim. Universiti Teknologi Mara sendiri merupakan Universitas ternama di Malaysia yang didirikan pada tahun 1956.

Setelah lantunan ayat suci Al-qur’an, nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu Hymne Universitas Islam Indonesia acara selanjutnya adalah sambutan dari Sahabudin Sidiq, SE., M.A. selaku Ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan penyerahan cendera mata kepada kedua pembicara.

Memasuki acara inti, moderator dari kuliah umum kali ini adalah Faaza Fakhrunnas, SE., M.Sc yang merupakan dosen dari program studi Ilmu Ekonomi. Pembicara pertama dari kuliah umum ini adalah sir Zarul Azhar Nasir yang akan membawakan topik tentang real property yang berkaitan dengan isu-isu ekonomi kontemporer, selain isu perekonomian global mengenai perang dagang Amerika Serikat dan China. Isu lain yang tidak kalah menarik adalah mengenai Purchasing Power, hal ini merupakan salah satu isu ekonomi kontemporer perekonomian global. Isu mengenai real estate ini bukan hanya terjadi di Malaysia saja namun, merupakan suatu isu yang menyeluruh dari semua negara. Dilihat dari data yang ditampilkan tersebut bersumber dari International Monetary Funds mengenai Global House Price Index nilainya semakin tinggi bersama dengan bertambahnya tahun.

Pembicara kedua yaitu madam Nor Zarina Mohd Salim yang berbicara mengenai Micro Economy yaitu “Factor Affecting Property Value in Malaysia”  yang terbagi menjadi lima yaitu Residential, Industrial, Agriculture, Commercial, Land Development. Pada data yang berjudul volume dari transaksi (unit) tahun 2017 dan 2018 perumahan memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu pada tahun 2017 senilai 194.684 dan pada tahun 2018 senilai 197.789 sedangkan yang paling rendah yaitu pada industrial pada tahun 2017 senilai 5.729 dan pada tahun 2018 senila 6.032. Pengertian dari nilai properti mengacu pada nilai sebidang real estate berdasarkan harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual.

Selanjutnya, membahas tentang tingkat pertumbuhan dan populasi tahunan di Malaysia. Pada saat population naik, seharusnya demand naik, sedangkan residential transaction (demand) pada grafik yang ditampilkan menurun dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan harga rumah atau tanah semakin mahal. Pada faktor inflasi, efek inflasi terhadap harga adalah positif. Apabila inflasi naik maka harga barang naik. Dengan naiknya harga barang akan menyebabkan daya beli terhadap rumah menurun. Harga rumah di Malaysia pada tahun 2009-2017 semakin mahal. Hal ini dikarenakan rumah yang tidak terjual (unsold) semakin meningkat. Apabila pengangguran naik maka semakin banyak rumah yang tidak terjual, karena pengangguran tidak memiliki pendapatan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pembelian rumah dan tanah adalah lokasi. Pusat lokasi yang termasuk ke dalam kawasan strategis akan meningkatkan harga jual rumah. Kesimpulannya adalah terdapat banyak faktor yang mempengaruhi nilai rumah atau properti di Malaysia, seperti populasi, faktor pendapatan, lokasi, serta pengangguran dan inflasi. (ARS/WEM)