Seminar yang diadakan oleh Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) pada Kamis (07/03) bertujuan untuk membuka wawasan dan meningkatkan keyakinan dalam menghadapi pasar modal. Tema Grow Your Mindset to Navigate the Capital Market with Confidence” menjadi pusat perhatian, diadakan di gedung kuliah umum UII sebagai bagian dari rangkaian peresmian galeri investasi.

Rendy Yudistira dari CGS Internasional Sekuritas Indonesia menjadi pembicara pertama, membahas Environmental, Social, and Governance (ESG). Rendy menjelaskan bahwa, “ESG adalah standar yang mengukur keberlanjutan perusahaan dengan merujuk pada tiga kriteria: lingkungan, sosial, dan tata kelola.” ESG diimplementasikan oleh PT CGSI dengan menanam bibit pohon hingga mendukung panti asuhan, menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan.

Harris Ainur Falah membahas peluang dan tantangan pasar modal syariah. Dia menyoroti dominasi saham syariah pada Januari 2023 saham konvensional. “Keputusan investasi untuk meningkatkan nilai investasi demi mencapai tujuan keuangan yang efisien,” ucap Harris menambahkan.

Setelah break Zuhur, Dave, mahasiswa manajemen IP angkatan 2023, berbagi pengalamannya di pasar modal sejak SMA dan mencapai satu miliar pertamanya pada usia 17 tahun. Ia menyampaikan motivasi dan kiat-kiatnya untuk menjadi investor sukses disampaikan. “Jika kita ingin menjadi 1% orang sukses maka lakukan hal-hal yang 99% orang tidak lakukan, fokus pada tujuan dan konsisten serta jangan mudah puas terhadap sesuatu,” jelasnya.

Seminar ditutup dengan penyerahan plakat dari ketua panitia, menandai kesuksesan acara dan memberikan apresiasi kepada para pembicara. Seminar ini tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang pasar modal dan ESG, tetapi juga menginspirasi peserta untuk mulai berinvestasi sejak dini dan menjadi investor yang berkualitas. 

(DMZ/AB)

Citra Kurniawati merupakan salah satu alumni sukses dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) yang menamatkan studinya pada tahun 2004. Kini, Citra bekerja di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dan diamanahi jabatan Head of Trading and Head of ALMA (double heading). Sebelum menduduki posisinya saat ini, Citra bertanggung jawab sebagai Head of Dealing Room (Treasury) yang menangani deal dengan client untuk transaksi foreign exchange, sukuk, money market, dan capital market

Lahir di Batang pada tanggal 12 Januari 1983, Citra berhasil melalui berbagai tantangan dan sukses dalam menjalani dunia kariernya. Menurut Citra, perjalanannya hingga mencapai titik kesuksesan saat ini berada di luar prediksi awalnya, mulai dari pemilihan jurusan perkuliahan hingga jenjang karier yang ditekuninya saat ini. 

Awalnya, Yogyakarta tidak menjadi kota tujuan yang diinginkan Citra untuk menempuh pendidikan tinggi. Citra ingin kuliah ke tempat yang jauh dari kota asalnya, seperti di Malang atau Surabaya. Akan tetapi, atas saran orang tua yang mengharapkannya untuk kuliah di Jogja, akhirnya ia memutuskan untuk patuh dan menjadikan UII sebagai kampus pilihannya.

Ketika memasuki dunia kerja, hal serupa kembali terjadi. Tadinya, Citra berkeinginan menjadi wartawan senior yang bisa keliling dunia dan profesional untuk menuliskan berita aktual dan terpercaya, tetapi karier di bidang jurnalistik hanya berjalan selama dua tahun. Kemudian, karena orang tua yang memintanya untuk tidak berkecimpung di dunia jurnalistik, akhirnya ia berhenti dari profesinya sebagai jurnalis. Citra memegang prinsip bahwa ridho orang tua adalah ridho Allah, sehingga ia tidak keberatan untuk mematuhi keinginan orang tua dan memutuskan resign dari pekerjaannya.

Setelah megakhiri karier di bidang jurnalistik, Citra memulai karier di sektor perbankan dan mengawalinya dengan bekerja di PT Bank Bukopin Tbk. Ia ditugaskan sebagai Head of Money Market and Forex yang bertanggung jawab untuk membawahi transaksi yang berhubungan dengan penempatan dan pinjaman bank secara nasional hingga internasional, juga transaksi foreign exchange dan valuta asing. Selain itu, Citra juga  rutin menulis tentang daily market review yang dikirimkan ke nasabah, kemudian ada review bulanan dan review tiga bulanan yang nantinya akan dikirimkan ke investor. Dalam melakukan tugasnya yang satu ini, Citra mengungkapkan bahwa ilmu jurnalistik sebelumnya sangat terpakai, jadi baginya tidak ada ilmu yang sia-sia. Semua ilmu yang ia dapatkan selama ini diakuinya sangat berguna dalam keberhasilan perjalanan kariernya. Tidak lama setelahnya, karena keinginan untuk hijrah dari praktik riba, akhirnya Citra memutuskan untuk pindah kerja dari bank konvensional ke bank syariah pertama di Indonesia.

Beberapa tahun setelah perjalanan kariernya di sektor perbankan, Citra memutuskan untuk kembali bersekolah dan menempuh pendidikan magister. Padahal, saat itu kariernya sedang menanjak. Bagi Citra, belajar bukan hanya sekadar untuk mendapatkan pekerjaan cemerlang, tetapi juga untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan kualitas individu. Karena asas inilah Citra memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya, meskipun kesuksesan karier telah ia capai.  Citra memulai studi magister di bidang islamic economics and finance pada tahun 2018 dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2020. Di jurusan ini, ia belajar banyak mengenai ekonomi dan keuangan islam, sejalan dengan pekerjaannya saat ini yang berbasis di bank syariah. 

Seiring berjalannya waktu, karier Citra semakin melejit. Dari yang sebelumnya bertugas sebagai Head of Dealing Room (Treasury) Bank Muamalat, kini ia diamanahi sebagai Head of Trading and ALMA (Double Heading). “Jadi kalau sebelumnya membawahi transaksinya, baik transaksi dengan perbankan ataupun sekuritas, kini saya mendapat tambahan tanggung jawab tidak hanya untuk mengawasi transaksi yang terjadi, tetapi juga untuk mengelola bank dari segi aset dan liabilitasnya”, papar Citra.

Dalam perjalanan kariernya, Citra menemui berbagai rintangan dan halangan, termasuk bidang karier yang tidak sesuai ekspektasi awalnya. Namun bagi Citra, semua keputusan yang telah diambilnya saat ini, seperti keputusan resign dari dunia jurnalistik dan mengikuti keinginan orang tua merupakan hal yang sangat ia syukuri, meskipun mulanya ia tidak menduga akan berkarier di sektor perbankan. Kendati demikian, Citra tetap mengupayakan yang terbaik untuk memenuhi tanggung jawab pekerjaannya. Seperti pesan dari guru yang selalu dia ingat, bahwa dia harus bisa melakukan yang terbaik dalam hal apapun, bagaimanapun rintangannya, karena usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Citra juga berpesan kepada rekan-rekan mahasiswa,

“Jangan bikin standar rendah untuk mimpi, bermimpilah setinggi-tingginya. Kemudian, wujudkan mimpimu dengan melakukan usaha terbaik. Do your best, and Allah will do the rest. Sangat penting untuk yakin pada kapabilitas diri sendiri, dan tentunya yakin pada Allah. Dengan demikian, kamu akan mendapatkan banyak kesempatan dan peluang yang luar biasa”.  – Citra Kurniawati

Kreatifitas yang dimiliki mahasiswa merupakan salah satu aset yang dapat dikembangkan untuk mengharumkan nama bangsa. Berbagai cara dapat dilakukan mahasiswa untuk menyalurkan kreatifitas mereka di bidang-bidang tertentu. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menuangkan ide dengan cara menulis. Dalam menunjang kreatifitas mahasiswanya, Universitas Islam Indonesia memiliki Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa di berbagai fakultas. 

Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII memberikan kesempatan untuk mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai penulisan proposal PKM yang baik dengan mengadakan Sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom pada Kamis, 19 November 2020. Dalam pembekalan materinya, FBE UII mengundang dua pembicara, Arif Fajar Wibisono SE., M.Sc. selaku pembicara sesi pertama dan Muhammad Ridwan Andi Purnomo ST., M. Sc., Ph.D. selaku pembicara sesi kedua. 

Pentingnya PKM di ranah universitas merupakan tolak ukur kualitas mahasiswa dalam mengasah kreativitasnya. Langkah pertama peserta dalam penulisan proposal PKM adalah dengan menciptakan inovasi yang dapat menyelesaikan masalah sosial di sekitar masyarakat. Setelah mengembangkan inovasi tersebut, mahasiswa akan dibantu dan didampingi penuh oleh universitas dalam penulisan proposal PKM. Output yang akan didapatkan oleh mahasiswa adalah pendanaan dari PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) untuk mengembangkan inovasi yang telah dirancang untuk mengatasi masalah sosial tersebut. 

Dewasa ini, Program Kreativitas Mahasiswa sudah menjadi aset nasional, dimana ide kreatif mahasiswa dituangkan kedalam proposal untuk kemudian diulas. “PKM sudah menjadi aset nasional dan di setiap forum nasional selalu dibahas oleh dosen-dosen dan di blow-up, sehingga mahasiswa akan rugi ketika tidak mengambil bagian dari aset nasional itu,” ujar Muhammad Ridwan Andi Purnomo selaku Reviewer PKM. Untuk dapat bersaing di masa yang akan datang, kata kunci utama adalah inovasi. Maka dari itu, mahasiswa yang mempunyai ide cemerlang diberikan kemudahan berupa bantuan dana untuk dapat mengeksekusi dan menjalankan inovasi. Sebagai tambahan, di masa mendatang keberadaan produk yang bagus itu tidak cukup, perlu didampingi dengan penyampaian kepada pasar secara cepat sehingga pasar dapat segera menggunakan produk tersebut.

Proposal Program Kreativitas Mahasiswa melalui 2 (dua) tahap seleksi. Tahap pertama adalah pemeriksa administrasi yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap aturan, seperti ukuran/jenis font, tanda tangan, nomor halaman dan sebagainya. Pada seleksi pertama memiliki tingkat reject sebesar 70%, menjadikan mahasiswa harus mematuhi dan memperhatikan aturan administrasi dengan seksama. Seleksi kedua terfokus pada isi konten PKM, sejauh mana mahasiswa dapat dengan jelas dan gamblang dalam menjabarkan ide inovatif agar reviewer tertarik dan dapat dengan segera memahami inti proposal PKM. (KAYK/ULF)

BASKARA AGUNG WIBAWA | Direktur Utama PT Permata Graha Nusantara

Integritas. Satu kata yang selalu Beliau pegang dan mengantarkan Beliau untuk mencapai titik seperti sekarang. Baskara Agung Wibawa, Beliau merupakan salah satu alumni lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) program studi Manajemen. Pria kelahiran 20 Juli 1970, di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang pegawai negeri hingga awal orde baru, dan ibunya merupakan seorang “Rektor Sekolah Dasar”. Tujuh bersaudara dan merupakan anak bungsu tidak mengurangi semangat keluarga Beliau untuk memberikan pendidikan hingga sarjana kepada Baskara dan saudaranya. Mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Wates, yaitu di SMA 1 Wates dan diterima pada Perguruan Tinggi diluar Jogja. Namun, nasihat ibu yang selalu ia jadikan pegangan hidup tersebut sempat membuat Beliau untuk menolak perguruan tinggi diluar Jogja tersebut dan Universitas Islam Indonesia-lah yang menjadi pilihan Beliau.

Masa remaja Baskara hampir sama dengan remaja laki-laki pada umumnya yang mungkin cukup nakal. Berkelahi adalah satu kegiatan yang menjadi kebiasaan Beliau pada masa remaja. Modal nyali merupakan yang Beliau miliki untuk memutuskan keputusannya pada masa remaja. Akhir dekade 80-an, Beliau memilih Universitas Islam Indonesia sebagai pilihan perguruan tinggi karena merupakan salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Yogyakarta. Masuk melalui jalur tes tertulis gelombang pertama, dengan saingan yang sangat banyak pada masa itu, tidak membuat Beliau gentar. Kemandirian adalah hal yang selalu ia terapkan pada hampir semua aktivitas Beliau.

Kehidupan mahasiswa Beliau cukup berwarna karena Beliau aktif di beberapa kegiatan organisasi mahasiswa diantaranya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Koperasi Mahasiswa, beberapa kepanitiaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) yang ada di Universitas Islam Indonesia yang mempunyai nama PEKTA atau Pekan Ta’aruf. Pada masa Beliau kuliah, dengan pergaulan kampus yang berstandar ekonomi cukup tinggi tidak membuat Beliau gentar untuk aktif di dunia perkuliahan. Hal yang Beliau pegang adalah jangan terbuai pada kekayaan atau kelebihan orang tua, namun banggalah pada usaha dan kelebihan diri sendiri. Value, atau nilai merupakan hal yang memotivasi Beliau untuk selalu maju kedepan walaupun banyak hal yang menjadi tantangan untuk mencapai keinginan Beliau. Semua hal selalu Beliau nikmati dan integritas merupakan kunci utama Beliau untuk mencapai titik sekarang.

Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia pada tahun 1994, beberapa lowongan Baskara ambil dengan berbagai macam jalan dan berakhir pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tantangan demi tantangan selalu ia dapatkan, namun ia selalu menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan cara menikmati tantangan tersebut hingga ia bisa menduduki jabatan yang penting sebagai Direktur Utama PT Permata Karya Jasa sejak April 2015 sampai sekarang. Menurut Baskara, hidup harus dinikmati dan yang penting adalah semua hal yang diterima harus disyukuri. Baskara juga aktif di beberapa organisasi eksternal seperti komunitas pengendara vespa yang bernama Gas Vespa Club dan Pertamina Scooter Club dan ia juga sempat aktif sebagai Sekjen RW namun sudah tidak aktif karena saat ini Beliau harus kosentrasi terhadap disertasi yang sedang ia susun. Satu pesan yang ia ingatkan kepada mahasiswa UII adalah sebagai mahasiswa UII harus memiliki integritas dan jangan membanggakan kekayaan orang tua, namun banggalah terhadap kekayaan yang kita peroleh dari usaha kita sendiri.

HELMY SETYAWAN | Group Head Human Capital Management PT Perusahaan Gas Negara, Tbk.

Berjiwa Islami, pantang menyerah, dan selalu bersyukur kepada Allah SWT adalah beberapa ideologi yang dipegang teguh oleh Helmy. Helmy adalah salah satu dari ribuan atau bahkan jutaan alumni sukses Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia dengan predikat cum laude yang hingga kini memiliki karier yang gemilang dengan amanat jabatan yang terakhir beliau emban sebagai Group Head Human Capital Management di salah satu perusahaan BUMN yaitu PT Perusahaan Gas Negara, Tbk atau lebih ramah kita sebut sebagai PT PGN. Beliau mengambil program studi Manajemen angkatan 1992 dan menempa ilmu di sana hingga tahun 1997

Masa kecil Helmy bermula lahir di Semarang, 2 Oktober 1973. Helmy bukanlah anak satu-satunya karena beliau juga memiliki seorang adik dan menjadikannya dua bersaudara yang bersama tumbuh besar dengan kedua orang tua mereka di Semarang. Helmy memulai jenjang karier pendidikannya dari SD Negeri hingga SMP Negeri di Kota Semarang, hingga akhirnya Helmy lulus SMP dan memilih untuk melanjutkan pendidikan SMA-nya di Kota Yogyakarta. Setelah diterima disalah satu SMA di Yogyakarta, Helmy langsung bergegas mengemasi beberapa barang miliknya untuk keperluan sekolah dan hidupnya di Yogyakarta sebagai pelajar perantauan. Meskipun orang tua Helmy menyarankan agar Helmy tinggal bersama sanak keluarga yang tinggal di Yogyakarta, Helmy menolaknya. Pada awal meminjakkan kaki di Kota Yogyakarta Helmy sempat tinggal di rumah Tante dan Paman-nya yang tinggal di Yogyakarta, namun selang waktu kurang lebih sebulan Helmy lalu memutuskan untuk tinggal di indekos. Menurut Helmy, jika terus tinggal bersama keluarga, beliau tidak akan mendapatkan pengalaman merantau yang sesungguhnya dan pengalaman bagaimana melawan ego diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik tanpa harus diatur oleh orang tua. Pada akhirnya Helmy pun bisa menjadi orang yang disiplin waktu dan taat beragama, terlebih lagi Helmy memiliki Almarhum Paman yang menjadi seorang yang aktif dikegiatan majelis ilmu oleh Muhammadiyah yang mana setiap ada pengajian atau acara yang berkaitan dengan kebaikan Helmy selalu diajak.

Menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia menjadi pilihan Helmy setelah lulus SMA dan menjadi mahasiswa yang menempuh pendidikan pada jurusan Manjemen angkatan 1992. Helmy mengaku ketika kuliah tidak terlalu banyak ikut kegiatan organisasi namun beberapa kali Helmy mengikutin kegiatan OSPEK mahasiswa baru Universitas Islam Indonesia setelah Helmy menempuh satu tahun pertamanya menjadi mahasiswa. Selain itu Helmy juga merupakan mahasiswa yang berprestasi secara akademik dengan mendapatkan beasiswa prestasi akademik di semester satu dan dua. Menurut Helmy dunia perkuliahan itu terkadang bisa menjadi penjaga dan penyemangat hidup tapi juga bisa menjadi penjebak untuk diri sendiri, karena jika dari SMA hingga kuliah hanya terus belajar tanpa mau bersosialisasi dan kurang berani mencoba meng-explore diri, beliau yakin orang tersebut pasti akan terjebak dengan nilai dan ipk tanpa sadar dirinya telah membuat dinding yang besar di sekeliling dirinya dari lingkungan sekitarnya. Maka dari itu Helmy berpesan untuk ikuti saja jalannya proses perkuliahan tanpa meremehkannya. Selalu berusaha menjadi yang terbaik dangan tidak meremehkan aspek apapun. Helmy berhasil lulus dengan predikat cum laude lalu menjadi fresh graduate yang mendaftar dan diterima di lowongan pekerjaan PT PGN.

Pribadi yang baik dalam bersosialisasi, berani menantang diri, selalu menghargai waktu, dan selalu taat beragama merupakan kunci sukses karier Helmy dari dunia pendidikan hingga ke dunia kerja saat ini di PT PGN. Terdapat satu hal yang Helmy tekankan bahwa hidup ini tidak pernah sesuai dengan keinginan kita jadi bagaimana kitalah yang harus bisa fleksibel memanfaatkan segala peluang yang ada dan pantang menyerah, hal ini sudah dibuktikan oleh Helmy dengan lulus SMA dari jurusan Fisika, lalu kuliah di UII dari jurusan Manajemen Keuangan, dan saat ini mengemban amanat menjadi Group Head HCM yang merupakan tanggung jawab di bidang sumber daya manusia perusahaan.

 “Hari ini harus bisa lebih dan hari esok harus lebih baik lagi”

Hal itu adalah harapan Helmy kepada seluruh mahasiswa UII. Walaupun, pada dasarnya manusia harus selalu memiliki motivasi dan motivator terbaik di dunia ini adalah diri sendiri karena mau bagaimanapun seseorang diberikan motivasi oleh orang lain namun ketika ia belum mau menjadi lebih baik, motivasi hanya akan menjadi sebuah harapan dan hanya kata-kata.

ARINTO WICAKSONO | Kepala Divisi Kepatuhan Lembaga Penjamin Simpanan.

Arinto Wicaksono, merupakan salah satu alumni lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) program studi akuntansi. Menurut beliau, UII merupakan universitas yang luar biasa. Selama mengenyam perkuliahan di UII, beliau mendapat banyak pengalaman baik itu dari segi keilmuan maupun dari segi agama. Menurutnya, orang yang sukses bukan hanya dilihat dari segi dunia nya saja, tetapi orang yang sukses juga harus punya keseimbangan pada segi agamanya.

Pria yang merupakan anak dari seorang tentara ini menghabiskan masa studinya di SD Negeri Adisucipto 1 Yogyakarta, SMP Negeri 5 Yogyakarta, dan SMA Negeri 6 Yogyakarta. Setelah lulus SMA, beliau sempat down karena tidak lolos ke perguruan tinggi yang ia idam-idamkan, dan juga tidak dapat memenuhi keinginan ayahnya untuk menjadi penerus yang menggeluti bidang elektro. Namun tidak butuh waktu yang lama untuknya bangkit dari kegagalan itu. Pada zaman dahulu pada saat ia masih duduk di bangku SMA, beliau sering sekali melewati gedung kampus UII yang terletak di jalan Cik Di Tiro, yang kemudian membuat ia berpikir bahwa di kampus ini kita belajar sambil menuntut agama. Yang dimana hal ini selaras dengan apa yang selalu diajarkan oleh ayahnya, “Kamu harus punya kesuksesan di dunia yang menuju ke akhirat.” Akhirnya beliau memilih UII untuk menjadi tempat ia mengenyam perkuliahan.

Salah satu hal yang selalu ia yakini, bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Even itu hanya sehelai daun yang jatuh dari pohonnya, itu pasti sudah direncanakan oleh Allah. Dan pada saat menjalani masa kuliah, keyakinan tersebut ada benarnya. Allah memberi jalan begitu mudahnya, beliau dipertemukan dengan teman teman yang mau membantu beliau dalam mempelajari akuntansi, juga dosen-dosen yang memiliki kualitas yang baik. Salah satu dosen yang masih beliau ingat adalah Pak Sugiarto, dosen akuntansi yang mengajarkan beliau bahwa belajar akuntansi itu bukan dihafal, melainkan dimengerti. Sampai saat ini, tidak ada rasa khawatir sedikitpun dibenaknya karena Allah punya rencana dan pasti akan datang pertolongan.

Selain belajar mengenai ilmu akuntansi, di FE UII pak Arianto mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan yang disampaikan oleh dosen yang mengampunya. “Manusia itu cuman bisa berusaha, lalu kita yang menjalani, nanti Allah yang memutuskan. Perkara itu bagus atau tidak, ya itu Allah yang punya kewenangan. Yang penting kita sudah maksimal, Allah pasti akan menolong kita. Itu value yang sampai saat ini saya pegang.” ujarnya, sambil mengenang masa kuliah. “Hingga saat ini, apabila saya menemui kesulitan dalam bekerja, saya kembalikan lagi sama Allah.”

Tidak berhenti sampai disitu, keyakinan yang ia pegang terus menuai hasil. Setelah ia lulus kuliah pada tahun 1999, tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Padahal pada tahun 1999-2000 merupakan tahun dimana terjadinya krisis ekonomi, banyak pegawai yang harus keluar dari pekerjaan mereka. Tapi, ternyata Allah memberi kemudahan kepada beliau yang dalam waktu kurang dari satu bulan sudah bisa bekerja di BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) sebagai auditor, dan mengalahkan teman-temannya yang bisa dikatakan merupakan lulusan dari universitas yang lebih besar.

Setelah bekerja di BPPN, beliau bekerja di Bank CIMB Niaga di bidang kepatuhan. Kebetulan, unit kepatuhan merupakan unit yang baru, karena delapan puluh persen faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi adalah disebabkan karena para pekerja melanggar peraturan, maka diperlukan satu unit yang bisa mencegah supaya mereka tidak melanggar peraturan. Tidak lama bekerja di CIMB Niaga, beliau diminta untuk men-set up sebuah organisasi di Bank BRI Syariah. Hal ini merupakan salah satu jawaban dari doa beliau, yang selama ini memikirkan hukum dari riba dan dampak dari riba itu sendiri. Pada saat bekerja di BRI Syariah, beliau diminta untuk bergabung di LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Hingga saat ini beliau menjabat sebagai Kepala Divisi Kepatuhan Lembaga Penjamin Simpanan.

Keberhasilan yang berhasil diraih hingga saat ini merupakan buah manis dari keyakinan yang selalu ia pegang, yakni berserah kepada Allah. Apapun yang ia hadapi, ia serahkan semuanya pada Allah. “Insyaallah, ada saja jalan. Dan selama ini, yang saya hadapi Allah selalu kasih jalan. Kuncinya cuman satu. Jalani kewajiban-Nya, jauhi larangan-Nya.”

“Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, belajar itu tidak akan ada habisnya. Berusahalah menggunakan waktu sebaik mungkin, karena dengan memanage waktu, hal itu bisa mengawali kesuksesan kalian.” pesan beliau untuk mahasiswa FE UII agar bisa dengan bijak memanfaatkan dan memanage waktu sehingga bisa mengawali kesuksesan.

AGUS BASTIAN | Bupati Purworejo

Kreatif dan pantang menyerah, adalah kesan pertama saat dengan bertemu dengan Agus Bastian. Beliau adalah salah satu dari ribuan atau bahkan jutaan alumni sukses Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Beliau mengambil program studi Ekonomi Perusahaan atau yang sekarang lebih dikenal dengan program studi manajemen saat menimba ilmu disana. Sekarang beliau menjadi orang ternama nomor satu di Kabupaten Purworejo. Tentu banyak cerita menarik yang begitu inspiratif sebelum beliau bisa menjadi seperti sekarang ini.

Kisah masa kecil kerap menjadi kenangan tersendiri bagi kebanyakan orang. Agus salah satu sosok yang masih memiliki ingatan kuat untuk menceritakan masa kecilnya. Ia lahir dari pasangan seorang ayah dan ibu yang sama-sama seorang guru. Namun, saat kecil ia diasuh oleh oang tua asuh yang merupakan tantenya sendiri karena orang tua yang tidak cukup waktu dan biaya untuk mengurus anak-ankanya. Masa kecilnya begitu berwana tutur Agus. Ia tidak pernah menetap di satu sekolah, bahkan saat SD ia pindah sampai lima kali. SMP ia habiskan di tiga sekolah, dan SMA ia berpindah sampai dua sekolah.

Merantau menjadi suatu pilihan Agus saat melanjutkan kuliah. Ia menjadikan Yogyakarta menjadi Kota yang akan ia singgahi di perantauan. Universitas Islam Indonesia memang menjadi pilihan kedua saat ia memilih perguruan tinggi, namun ia tidak pernah ada penyesalan pernah berkuliah di universitas swasta ternama itu.

Begitu banyak warna yang ia torehkan saat ia menempun masa kuliah. Ia aktif di berbagai organisasi. Ia juga pernah memenangkan lomba lawak pada tahun 1979. Berbagai demo ala mahasiswa pun tidak lupa ia ikuti. Salah satu demo yang begitu berkesan adalah demo tentang penolakan ospek yang dianggap keras pada masa itu. selain aktif di berbagai kegiatan kampus, ia juga bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sampai sampai, jadwal rutinitasnya pun begitu padat. Pagi hari sebelum berangkat kuliah ia harus menjadi loper Koran, selesai kuliah ia membuat berbagai kerajinan seperti sabuk, dompet sampai gantungan kunci. Dan malamnya ia gunakan untuk menjual hasil karyanya.

Ia juga pernah menjadi seorang cleaning service di kantor notaris saat kuliah. Karen aketekunan dan kerajinannya, Bapak Suryanto Partaningrat, S.H yang merupakan bossnya sendiri mengapresiasi pekerjaannya dengan memberikan CV. Abadi Multi Service kepadanya. itu merupakan langkah awal ia merambah ke dunia entrepreneur sesungguhnya. Saat awal berdiri ia hanya memiliki dua karyawan dan akhirnya berkat ketekunannya berhasil berkembang menjadi besar. Selain menjadi boss cleaning service ia juga merambah ke dunia lembaga pendidikan dan perhotelan. Perkerjaan itulah yang membuat Agus berbeda dari mahasiswa pada umumnya.

Jatuh bangun pun menjadi asupannya pada masa itu. ia memang belum lulus kuliah saat memulai bisnisnya. Bahkan ia butuh 13 tahun untuk menyelesaikan kuliahnya. Namun karena dorongan dan perkataan orang tua bahwa orang tua tidak pernah bangga jika ia pulang membawa mobil namun belum lulus kuliah membuat Agus termotivasi untuk segera melanjutkan kuliahnya.

Saat memegang berbagai usaha hanya satu kuni yang ia pegang, yaitu kunci kreativitas. Dengan kreatif usaha apapun bisa eksis, namun jika tidak usaha apapun akan tersaingi oleh pesaing yang lebih kreatif. Selain itu harus bisa menggali potensi dengan optimal dan jangan pernah nyaman di zona nyaman. Dengan begitu usaha apapun bisa menonjol dari pesaing yang lain.

“Tetap semangat dalam berproses dan isilah waktu mu dengan hal yang bermanfaat”

Harapan Agus kepada Mahasiswa UII masa kini bisa mewarnai smua lini progresi. Mulai dari birokrasi, banker, entrepreneur dan lain-lainnya. Hal lain yang ia harapkan adalah jangan pernah menghabiskan masa muda dengan belajar saja, namun gunakan waktu untuk mencari pengalaman lebih di dunia organisasi.

SRI WULAN | Anggota DPR RI

Sri Wulan, wanita kelahiran Pati, 8 April 1977 lahir dari keluarga yang memiliki semangat bisnis yang luar biasa. Bisnis keluarganya bergerak dibidang peternakan sapi dan pertanian di Pati, Jawa Tengah. Bertekad untuk memajukan bisnis keluarga, Wulan memberanikan diri merantau ke Yogayakarta untuk menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Saat kuliah dulu, Wulan tidak banyak mengikuti kegiatan organisasi. Ia lebih sering menghabiskan waktu luangnya bersama teman-temannya ataupun untuk mengembangkan dirinya sendiri. Namun, sedikitnya kegiatan di bangku kuliah bukan berarti ia menghindari sosialisasi yang berguna untuk menunjang di masa depannya, tetapi banyak hal lain yang ia perjuangkan untuk dirinya dan masa depannya kelak.

Saat ini, Wulan bekerja di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi IX periode 2014-2019. Sebelumnya, Wulan menjabat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi periode 2009-2014. Sebagai anggota DPR RI, Wulan memiliki tujuan untuk mensejahterkan masyarakat dengan selalu siap membantu mereka yang sedang dalam kesulitan dan mendekatkan dirinya kepada masyarakat luas agar masyarakat lebih mudah dalam menyampaikan keluh-kesah maupun aspirasinya.

Selain berkecimpung dalam dunia politik, Wulan juga menjalani serangkaian bisnis yang juga memiliki tujuan yang selaras dengan kegiatannya di DPR RI, yaitu memberikan sarana menampung aspirasi masyarakat. Kegiatan bisnis yang Wulan jalani saat ini adalah mengelola travel umrah, Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK) Tama Jaya School di Pati, dan berkecimpung dalam kegitan sosial melalui komunitas yang dinamakan Sahabat Wulan, serta klinik kesehatan. Dalam mengelola bisnis travel umrah, pada awalnya Wulan mengalami berbagai kendala terutama saat banyaknya isu terhadap agen travel umrah yang melakukan penipuan. Namun, Wulan tetap menjalankan bisnis travel umrahnya dengan gigih dan ikut terjun langsung dalam proses bisnisnya dalam melayani calon jamaahnya. Lalu di komunitas Sahabat Wulan sendiri merupakan komunitas yang dibangun oleh Wulan dan teman-temannya. Awalnya Sahabat Wulan hanya komunitas rekreasi bersama antara Wulan dan kerabatnya. Namun, saat ini Sahabat Wulan juga bergerak dalam kegiatan sosial. Wulan juga mengepalai sebuah SMK yang bernama SMK Tama Jaya School di Pati, Jawa Tengah. SMK yang telah berjalan sekitar 3 tahun ini merupakan sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu. SMK yang dibangun oleh Wulan memiliki tujuan mempersiapkan dan membekali siswa-siswinya untuk bersaing di dunia kerja setelah lulus SMK. Tahun pertama pembangunan, sekolah ini tidak memungut biaya apapun untuk uang pembangunan karena kembali ketujuan utama, sekolah ini diprioritaskan untuk masyarakat tidak mampu. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Bendahara Umum Ikatan Keluarga Kabupaten Pati di Jakarta.

Dalam menjalani kegiatannya, Wulan sangat didukung oleh keluarga dan tidak pernah dibatasi selama kegiatan yang ia jalani merupakan kegiatann yang positif. Saat ini, Wulan sudah dikaruniai 3 orang putra. Ia mengaku bahwa ia memiliki waktu yang kurang untuk bersama keluarga, terutama karena pekerjaan yang membuatnya terus bergerak dari satu kota ke kota yang lainnya. Disela-sela kegiatan yang sangat padat dan berbekal hobi traveling, Wulan selalu menyempatkan dirinya untuk meluangkan waktu bersama keluarga dengan berekreasi keberbagai daerah maupun negara. Wulan juga selalu memegang teguh prinsip hidupnya, yaitu jujur kepada diri sendiri dan jangan pernah takut untuk melangkah, hadapi masa depan dengan positif, karena keluarga pasti mendukung.

ANASTUTY KUSUMOWARDHANI | Deputi Direktur Bank Indonesia

Anastuty Kusumowardhani, kalau ditanya siapa dia mungkin sebagian besar orang yang kita tanya akan menjawab dengan geleng kepala, lain halnya ketika kita bertanya tentang siapa yang mengenal Bank Indonesia, mungkin sebagian orang justru akan melontarkan pertanyaan seputar lowongan pekerjaan yang ada di tempat tersebut, giliran Ibu Anastuty yang menggelengkan kepalanya. Ia terkenal sebagai anak yang berprestasi semasa kecilnya, namun ayahnya tidak suka akan hal itu “dulu ayah nggak suka ke sekolahku karena paling-paling cuma suruh ambil piala, mungkin karena beliau pegawai negeri ya” ceritanya sembari tertawa kecil. Terbiasa dengan lingkungan tempat tinggalnya di Sukamandi mungkin membuat Anastuty menjadi penggemar olahraga sedari kecil mulai dari kehidupan bangku sekolahnya yang pertama. Ia tinggal disebuah rumah besar di komplek Belanda disitulah Anastuty sering merebahkan dirinya untuk istirahat sepulang sekolah mulai dari TK hingga SMP. Kehidupanya di Sukamandi hanya bertahan hingga Anastuty menginjak SMP kelas 2, ia harus pindah ke Tanah Kusir awalnya ia tak mau pindah, ia menangis jika harus meninggalkan kampung halamanya, karena baginya sudah terukir kenangan indah disetiap sudut. Ia tak akan bisa lagi menikmati indahnya alam, atau hanya sekedar menghirup nafas di sekitaran sawah hijau nan lapang. Tetapi semua itu harus dilaluinya demi menggapai masa depan yang lebih baik, pada kesempatan kali ini Anastuty lebih aktif dari sebelumnya ia mengikuti kegiatan – kegiatan yang berada di sekolah khususnya ekstrakurikuler. Perjalanan pendidikanya ketika SMA bisa dibilang sangat lancar ia pun aktif di lingkungan organisasi terutama OSIS, hingga akhirnya tibalah saat ketika Anastuty harus melanjutkan ke studi yang lebih tinggi. Anastuty yang tadinya ingin menjadi insinyur mencoba dengan mendaftar Perguruan Tinggi dengan mengambil jurusan Teknik Industri namun usahanya belum berbuah manis, tak berhenti sampai disitu ia kembali mencoba dengan mendaftar Arstiek namun apa daya usahanya juga belum berhasil, hingga pada suatu hari ayahnya tak berbicara panjang lebar langsung membelikan tiket ke Jogja untuk tes di UII. Seperti kebanyakan mahasiswa lainya, Anastuty menuntut ilmu di UII ia lalui dengan berbagai aktivitas yang tak jauh beda ketika dia SMA, ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman – temanya “mencari network lah ya” pungkasnya. Dentuman drum dan iringan musik khas Marching Band akan selalu terngiang di kepala Anastuty, belum lagi ditambah senda gurau bersama teman satu timnya inilah momen yang selalu mengisi keseharian Anastuty ketika ia sedang bosan dengan rutinitas kuliah.

Anastuty lulus dari UII pada tahun 1990, tidak ingin menunggu lama dalam proses memulai kerja ia langsung mencari pekerjaan dengan mendaftar dibeberapa perusahaan bonafit di Indonesia. Sebelum masuk ke Bank Indonesia, Anastuty pernah bekerja di lembaga pendidikan BNI dan di perusahaan minyak asing namun tak lama bekerja disana dalam waktu 2 bulan, ia mendapat panggilan dari Bank Indonesia walaupun awalnya Anastuty bahkan tidak tahu apa itu Bank Indonesia tetapi akhirnya ia tetap memenuhi panggilan tersebut. Tahun itu 1992, ia resmi bekerja di Bank Indonesia, perjalanan karirnya pun cukup cepat karena pada tahun 1993 Anastuty diangkat menjadi Asisten Manajer hingga tahun 1999 ia dipromosikan menjadi Manajer. Selanjutnya pada tahun 2000 karena tuntutan pekerjaan ia harus melanjutkan studi ke Australia, hingga pada akhirnya tahun 2011 Anastuty diangkat menjadi Deputi Direktur Bank Indonesia, ketika ditanya tentang kendala ia menjawab “Banyak sih kendalanya tapi harus stay calm, tipsnya jadi orang baik” tutur Anastuty. Memiliki banyak jaringan dengan orang – orang yang dikenalnya melalui organisasi maupun sekedar bermain biasa dahulu kala kuliah menjadi support system tersendiri bagi Anastuty, “selain peran Almamater, saya juga dulu ya banyak mainnya juga organisasi, saya jadi kenal banyak orang” ceritanya sambal menikmati minuman yang dipesan. Ia mengatakan dalam kuliah kita harus fokus karena kuliah membentuk cara kita berpikir, bagaimana cara kita bergaul juga menentukan bagaimana kita suskes nanti dan pesan bagi mahasiswa zaman sekarang khususnya mahasiswa FE UII “Jangan bergantung dengan orang lain, bergantunglah pada Allah SWT” ucapnya penuh makna.

TANTI WIDIA NURDANI | Kadiv Komunikasi dan Humas Badan Keuangan Haji

Pancaran raut wajah yang ceria dan murah senyum, itulah kesan pertama kami saat bertemu dengan Tanti Widia Nurdani, Ia merupakan Kepala Cabang Bank Jatim Syariah dikota Malang. Tentunya banyak perjuangan yang ia lakukan sebelum menduduki posisinya sekarang, didikan mandiri yang diajarkan sejak kecil dirumahnya membuat Tanty tumbuh menjadi seorang wanita yang tangguh, semua pembelajaran yang sudah didapatkannya selama dirumah ia jadikan bekal untuk merantau di kota Pelajar semasa memasuki bangku Sekolah Menengah Atas.

Tanti Widia Nurdani yang lahir di Kabupaten Tuban pada tanggal 26 Mei 1981 ini memang sudah terlihat bakat kecerdasaannya, hal ini dibuktikan dengan prestasi yang diraihnya pada saat lulus di bangku sekolah dasar dengan meraih nilai Ujian Akhir Berstandar Nasional kedua tertinggi se-kabupaten Tuban. Selanjutnya ketika lulus SMP Tanti kembali meraih prestasi masuk tiga besar nem terbaik di sekolahnya.

 “Saya itu orangnya selalu one step ahead dibanding teman teman seusia saya”

Tanti adalah seorang yang visioner dan berpikir kedepan, dia tidak ingin menggantungkan nasibnya di universitas dan jurusan yang biasa biasa saja. Akhirnya Tanti memilih Universitas Islam Indonesia sebagai tempatnya berlabuh dan menimba ilmu , dia memilih UII Fakultas Ekonomi jurusan Menejemen program internasional. Alasan dia memilih UII karena kampus ini  adalah satu satunya kampus yang sudah memiliki Program kelas Internasional kala itu, dan untuk alasannya mengambil jurusan menejemen,dia mengungkapkan bahwa karena hasil tesnya bagus maka otomatis dia masuk ke jurusan menejemen yang kala itu menjadi program studi terbaik di Fakultas Ekonomi.

Ada beberapa organisasi  yang diikutinya selama menjadi mahasiswa diantaranya, menjadi pengurus KSPM atau (Kesatuan Pasar Modal) , lalu menjadi anggota English Club UII dan aktif dalam organisasi masjid yang kala itu bernama JAM. Waktunya semasa kuliah tidak banyak dihabiskan untuk banyak nongkrong dan menghabiskan uang untuk hal hal yang menurutnya tidak penting. Fokusnya adalah kuliah dan berkegiatan yang menurutnya bermanfaat. Akhirnya dalam kurun waktu 3,5 tahun Tanti sudah dapat menyelesaikan kuliahnya.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu kala itu dengan SKL (Surat Keterangan Lulus) Sementara, Tanti langsung memasukan CV nya untuk melamar kerja di berbagai perusahaan. Berbagai perusahaan dia jajal, ada yang memanggilnya untuk interview banyak juga yang tidak. Akhirnya pada saat itu Tanti mendapat panggilan interview di Bank Mandiri Syariah. Di bank Mandiri Syariah Tanti menjadi Customer Service bank. Empat bulan berlalu akhirnya Tanti pun resmi lulus dari Fakultas Ekonomi dan mendapat gelar Sarjana Ekonomi saat wisuda. Tanti bergabung di Mandiri Syariah hanya kurang lebih satu tahun. Setelah itu dia menjajal bekerja di Bank BTN dengan posisi Account Officer, kemudian Relationship Management Officer, Sub Branch Head, dan kemudian menduduki jabatan yang lebih tinggi yaitu Branch Manager. Dia pun lolos tahap seleksi dan menduduki jabatan Branch Manager di cabang Soekarno Hatta Kota Malang Jawa Timur selama kurang lebih 9 Tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2013.

Tahun 2010 saat dimana ibunda tercinta terkena stroke  dan pada saat itu Tanti seorang ibu yang juga baru memiliki bayi harus bergantian dalam mengurusi sang bunda dan anaknya, setiap pagi sebelum pergi bekerja dia menyempatkan menyuapi sang bunda yang lumpuh total serta anaknya juga yang masih bayi. Setelah 9 Tahun menjabat sebagai Branch Manager Tanti tertarik untuk mencari jabatan yang lebih tinggi, dan akhirnya dia mencoba memasukan surat lamaran pekerjaan di Bank Jatim Syariah Malang, tak disangka diapun diterima dan langsung mendapat jabatan yang tinggi. Dia merasa dibalik semua keberuntungannya pasti ada sebuah Invisible Hand  yang membantu memuluskan karirnya, invisible Hand yang dimaksud yaitu doa yang terucap dari kedua orang tua Tanti, terutama doa ibundanya yang walaupun secara fisik lumpuh namun doa dari ibundanya selalu mengalir untuk suksesan sang anak.

“Berusahalah semaksimal mungkin dan jangan lupa imbangi dengan doa,percayalah invisible hand pasti akan ada membantu melancarkan kesuksesan kita.”